DUNIA HAWA - Curah hujan yang tinggi terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, salah satunya di Jakarta. Tak pelak lagi, ada beberapa titik di Jakarta yang terkena banjir , sementara ada beberapa yang tergenang.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, banjir di Jakarta yang beberapa tahun lalu menjadi langganan dan momok warga, sudah jauh berkurang sejak sejumlah program untuk mengurangi banjir di lakukan Joko Widodo (Jokowi) sewaktu menjabat Gubnernur DKI Jakarta bersama wakilnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Kemudian dilanjutkan oleh Ahok setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden RI ke-7.
Bahkan pada tahun 2015 titik banjir yang semula ada 486 lokasi, kemudian turun drastis pada Januari-Juni 2016 menjadi 185 lokasi dan Juli 2016 menjadi hanya 80 lokasi. Penurunan jumlah titik banjir, menurut Soni Sumarsono (Plt Gubernur DKI Jakarta) disebabkan karena berbagai program unggulan penanggulangan banjir yang telah terealisasi dan membuahkan hasil. Mulai dari pembangunan waduk, pembersihan got dan saluran air, normalisasi sungai dan waduk dan lain-lain.
Tetapi agaknya banjir yang melanda beberapa titik di Jakarta dalam minggu ini, dijadikan bahan olok-olok dan sindiran dari calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta , Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
“Kirain sudah bebas banjir,” kata Anies disambut gelak tawa pendukungnya di kantor DPP Gerindra, Jakarta Selatan, Kamis (16/2/2017).
“Genangan,” timpal Sandiaga yang berdiri di samping Anies.
“Oh genangan,” kata Anies lagi.
Bahkan Anies sepertinya segaja melempar olok-olok tersebut menjadi tudingan bahwa Ahok telah berbohong soal banjir di Jakarta. “Anda bisa cek apa yang diungkapkan Pak Basuki pada debat pertama di NET TV. Pada saat itu saya sampaikan, jadi ada banjir dari hulu. Beliau menyampaikan banjir dari hulu sudah enggak masalah lagi,” ujar Anies. Menurut Mendikbud yang tidak genap bertugas selama 2 tahun tersebut, air kiriman dari hulu saat ini masih meresahkan bagi warga Jakarta. Ia juga menambahkan bahwa banjir masih menjadi masalah. Seakan-akan hulu bukan masalah, padahal masih menjadi masalah. Menurut saya, secara tidak langsung, Anies mengatakan bahwa Ahok telah berdusta soal banjir di Jakarta dan menjadikan bahan olok-oloknya.
Banjir menjadi amunisi kampanye Anies
Tidak hanya Jakarta dilanda banjir. Bahkan sejumlah di daerah di Indonesia juga di landa banjir. Hal itu juga sudah lama diprediksikan oleh BMKG bahwa pada periode November 2016 sampai Februari 2017 bakal menjadi puncak musim hujan. Untuk kawasan Jabodetabek, BMKG sudah menyampaikan sinyal merah terjadinya bencana terutama di bantaran kali, seperti Kali Angke, Ciliwung, dan Pesanggrahan.
Jabodetabek sendiri diperkirakan belum mampu mengatasi banjir karena sarana dan prasarananya tidak memadai, selain faktor kali meluap, banjir bakal terjadi di bagian utara karena adanya pasang air laut.
Berdasarkan perkiraan dari BMKG tersebut, menurut saya, meskipun gubernur DKI Jakarta itu Anies Baswedan atau siapapun, potensi terjadinya banjir tidak bisa dihindari dan ini terbukti sudah banjir masih terjadi di Jakarta dan sekitarnya.
Soal banjir ini, rupanya Anies jeli memanfaatkan situasi banjir menjadi salah satu cara untuk menarik simpati warga. Dalam hujan deras dan tanpa payung, ia mendatangi lokasi banjir setinggi 1 meter di kawasan Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur, Senin (20/2/2017). Anies juga masuk ke dalam gang pemukiman warga. Ia juga mencari tahu soal banjir dengan bertanya kepada warga setempat. Dari pernyataan warga, Anies melontarkan pernyataan soal berhentinya normalisasi sungai sejak tahun 2014.
Bahkan ia menyoroti proyek normalisasi Kali Krukut penyebab banjir yang berhenti (mandek) selama hampir 3 tahun. “Normalisasinya itu berhenti mulai tahun 2014, makanya harus dicek kenapa normalisasinya itu berhenti mulai tahun 2014, ada masalah apa bisa berhenti. Karena kalau itu berjalan harusnya bisa selesai dengan baik,” ujar Anies.
Menurut pendapat saya, pernyataan Anies Baswedan itu sangat mengelikan dan terkesan membodohi warga hanya demi untuk mencari simpati warga yang pada akhirnya diharapkan akan memilihnya pada Pilkada putaran kedua nanti.
Kenapa?
Saya nyakin betul seorang Anies Baswedan pasti sudah membaca data dan tahu betul soal penyebab belum tuntasnya normalisasi sungai di Jakarta. Ia pasti sudah tahu kalau proyek normalisasi Kali Krukut di Jakarta tersendat karena persoalan pembebasan lahan. Soni Sumarsono sendiri waktu menjabat Plt gubernur DKI pernah menyebutkan bahwa normalisasi Kali Krukut diharapkan selesai sampai tahun 2017. Sampai 2016 sudah dilakukan pembebasan 117 bidang dan masih 69 bidang yang harus diselesaikan Pemprov DKI Jakarta. Kesulitan utama proyek normalisasi Kali Krukut karena harga yang tidak cocok, letaknya yang terlalu sulit, juga anggaran tidak ada di tahun 2016.
Kalau Anies seorang yang elegan, jujur dan bersaing merebut kursi DKI 1 secara fair mestinya ia akan menjawab keluhan warga soal banjir dengan mengatakan kalau proses normalisasi sungai belum tuntas sehingga wajar kalau masih ada yang terkena banjir. Ia juga mestinya menghimbau kepada warga untuk mau bekerjasama mempermudah proses pembebasan lahan sehingga normalisasi sungai bisa berjalan lancar dan cepat.
Tetapi ketika Anies merespon keluhan warga yang terkena banjir dengan melempar pertanyaan seperti diatas, maka patut dipertanyakan bahwa Anies itu sejatinya tidak paham permasalahan Jakarta dan tidak mau tahu permasalahan Jakarta. Pertanyaan saya berikutnya, pantaskah orang yang tidak paham masalah Jakarta akan memimpin Jakarta??
No comments:
Post a Comment