DUNIA HAWA - Pilkada putaran kedua DKI Jakarta akan dilaksanakan pada bulan April 2017. Masih ada sisa waktu lebih dari sebulan lagi sampai hari H pencoblosan. Tentunya kedua pasang calon Gubernur-Wakil Gubernur masih membutuhkan dana untuk kampanye, sosialisasi meskipun dalam waktu yang singkat dan anggaran tidak sebanyak dana pada putaran pertama. Kita akan menunggu pelaporan dana kampanye pada putaran kedua, baik berapa besarnya dan darimana sumbernya serta bagaimana pengunaannya.
Barangkali ini hanya candaan atau untuk lucu-lucuan saja, biasanya kalau ada Pilkada (Gubernur, Bupati, Walikota), Pemilihan Legislatif(Pileg) bahkan sampai di tingkat desa dengan Pilihan Kepala Desa (Pilkades) orang biasa memperbincangkan calon tersebut sudah menghabiskan biaya berapa besar. Atau berapa modalnya. Biasanya perbincangan berikutnya adalah soal kalkulasi, berapa tahun yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal tersebut. Kalau berhasil terpilih tidak masalah tingggal kalkulasi dari sumber bla..bla..bla. Sementara kalau tidak berhasil terpilih terkadang menjadi masalah karena harus mengembalikan modal dengan menjual harta pribadi. Hehehe, itu terjadi diperbincangan kami di Jawa, entah di daerah lainnya.
Bagi saya menarik manakala melihat dana kampanye dari pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi yang dilaporan pada putaran pertama kemarin.
Jika dilihat dari besarnya pengeluaran, pasangan Anies-Sandi mengeluarkan dana kampanye lebih besar dari Ahok-Djarot. Data dari bendahara tim pemenangan Anies-Sandi, pasangan nomor urut 3 tersebut telah menghabiskan Rp 64,7 miliar selama penyelenggaraan Pilgub DKI Jakarta 2017 yang berkisar 4 bulan. Lebih besar dari dana kampanye pasangan Ahok-Djarot yang melaporkan pengeluaran dana kampanyenya Rp 53.696.961.113.
Jika dilihat dari sumber dana kampanye, dana yang masuk ke pasangan Anies-Sandi Rp 65,3 miliar, sekitar 96,8 persen dana tersebut berasal dari harta pribadi Sandiaga Uno. Sumber lain berasal dari sumbangan partai politik yang mengusung Anies –Sandi yaitu Gerindra dan PKS serta hibah badan hukum swasta dan bunga bank. Juga Anies sendiri menyumbang ratusan juta rupiah.
Sementara Ahok-Djarot melaporkan telah mengumpulkan uang sekitar Rp 60.190.360.025. Sumber dana pasangan ini sebagian besar berasal dari sumbangan perorangan yang kabarnya mencapai lebih dari 11 ribu orang. Data dari tim pemenangan Ahok-Djarot, dari Rp 60,1 miliar tersebut, sekitar 75 persennya berasal dari sumbangan perorangan yaitu Rp 45,6 miliar sedangkan sisanya Rp 14,4 miliar dari badan usaha.
Menariknya, sumbangan di kumpulkan dengan berbagai cara seperti mengadakan gala dinner, menjual merchandise, dll. Gala dinner sendiri digelar sampai 32 kali dan rata-rata setiap penyelenggaraannya berhasil mengumpulan dana Rp 500 juta sampai Rp 3 miliar.
Analisis Jika Terpilih Menjadi Gubernur dan Balik Modal Dana Kampanye
Jika melihat sumber dana kampanye pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi, perkiraan saya, beban berat akan disandang oleh pasangan Anies-Sandi jika kelak terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta . Lain dengan pasangan Ahok-Djarot yang justru tidak akan terbebani dengan sumbangan dari rakyat tersebut.
Mohon maaf, perkiraan saya, karena Anies –Sandi lebih banyak mengunakan uang pribadi maka ‘beban’ untuk mengembalikan uang atau balik modal lebih berat sehingga bisa jadi selama menjabat akan berusaha mengembalikan modal tersebut. Meskipun Sandi seorang pengusaha yang hartanya trilyunan tetapi pengeluaran uang puluhan milyar tersebut mungkin akan dianggap sebagai uang yang harus kembali dalam waktu tertentu. Jiwa bisnis-nya bisa jadi akan dipakai di sini, untuk menilai uang keluar dan uang masuk. Sumber pengembalian uang modal dari mana, Anies- Sandi lebih tahu. Eit, tapi ini hanya sedekar analisis saya saja. Saya sih berharap pasangan ini kelak jika menang tidak akan hitung-hitungan seperti yang saya tuliskan di atas.
Sementara untuk pasangan Ahok-Djarot karena sumber dana kampanye berasal dari rakyat, maka ketika terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, logikanya akan mengembalikan uang rakyat tersebut dalam bentuk program-program yang dibutuhkan rakyat, bukan program yang ber-orientasi untuk mengembalikan modalnya (modal pribadi) buat maju Gubernur. Ahok-Djarot akan santai saja, tidak dikejar-kejar untuk segera balik modal. Kan balik modalnya sudah berupa program yang pro rakyat tho.
No comments:
Post a Comment