HALAMAN

Sunday, December 25, 2016

I Wish You a Merry Christmas from the Bottom of My Heart


DUNIA HAWA - Saya baru 10 tahun menjadi seorang Katolik. Sejak kecil saya bersekolah di sekolah Kristen, walaupun keluarga saya dulunya penganut Kong Hu Chu. Jadi saya sudah terbiasa dengan beragam perbedaan dalam iman, terutama banyak sahabat karib saya waktu kuliah adalah penganut iman Islam.


Buat saya pribadi, makna Natal selalu merupakan kegembiraan atas kelahiran Bayi Yesus di dunia ini. Tuhan yang menjadi manusia. Jadi saya selalu bergembira dan bersyukur di moment Natal salah satunya untuk memperingati hari kelahiran Bayi Yesus.

Ketika dulu di sekolah minggu, saat Natal saya selalu mendapat hadiah peralatan sekolah dari Gereja, dari Bayi Yesus yang berulang tahun. Padahal dalam budaya kita bila kita berulang tahun, maka kita yang mendapatkan hadiah bukan malah memberi hadiah. Natal juga begitu menyenangkan badi saya, karena Natal juga berarti baju baru untuk ke gereja di hari Natal.

Ketika saya remaja, Natal selalu ditekankan kepada kelahiran Bayi Yesus di dalam palungan, karena semua penginapan di Bethlehem penuh. Kesederhaan selalu ditekankan gereja saya dalam merayakan Natal. Mengutamakan persiapan hati kita menyambut kelahiran Bayi Yesus itu lebih penting.

Saya masih ingat bila ada acara tukar tukar kado selalu diberi batasan maksimal, misalnya harga kado tidak boleh lebih dari Rp5.000,- (ini sekitar tahun 1991). Masa remaja ini saya berkenalan dengan makna Natal yang lebih religi, menyiapkan hati, bukan membeli baju baru.

Ketika saya kuliah di Australia, penduduk setempat selalu menganggap kami yang tidak pulang di libur Natal dan Tahun Baru, merupakan bagian dari keluarga mereka. Saya beserta beberapa teman yang memang tidak pulang ke Indonesia selama liburan Natal dan tahun baru; diundang ke acara makan malam Natal keluarga mereka.

Tidak ada acara tukar menukar kado, akan tetapi acara makan malam beserta seluruh keluarga dadakan di sana. Makna Natal buat saya adalah kebersamaan dengan keluarga terbentuk sejak itu. Tidak ada lagi baju baru maupun tukar tukar kado.

Yang menarik ketika saya bekerja di Singapura. Hampir semua rekan kerja saya bukan umat Kristiani (ada yang Hindu, Buddha, Muslim, dan ada yang tidak beragama), akan tetapi mereka semua sangat semangat menghadapi Natal. Moment Natal buat mereka adalah moment memberi bukan menerima.

Ternyata bagi mereka, walaupun mereka bukan Kristiani, akan tetapi Natal merupakan budaya mereka, karena menggunakan momen Natal untuk memberi kepada siapapun yang mereka sayangi, keluarga dan teman.

Memang tidak ada tukar tukar kado, akan tetapi masing masing kami, menyiapkan hadiah spesial buat setiap orang di kantor sebagai kejutan. Saat itu saya mendapatkan makna baru untuk moment Natal, yaitu waktunya memberi, bukan alasan religi, akan tetapi lebih ke aspek kemanusiaan.

Dalam iman Katolik (yang saya tahu), selalu diajarkan bahwa ketika kita berbuat baik kepada siapa pun yang membutuhkan, kita tidak perlu menyatakan diri sebagai seorang Katolik. Kita berbuat baik kepada sesama manusia, sebagai ungkapan syukur kita kepada kebaikan Tuhan. Dalam iman Katolik, masalah iman merupakan hubungan yang sangat khusus antara manusia dan Tuhan saja, tidak ada manusia lain yang berhak mencampuri masalah iman.

Perjalanan iman setiap manusia itu pasti berbeda-beda, sehingga ketika kita bertemu di jalan yang sama, maupun di jalan yang berbeda; maka kita wajib menghargai dan tidak berhak ikut campur masalah keimanan, karena itu adalah bagian Tuhan.

Buat saya, saya juga paham bahwa setiap umat Kristiani dan setiap umat Katolik memaknai Natal yang beragam. Buat saya tidak ada yang salah. Tidak ada yang lebih superior, atau lebih religi dari yang lain juga. Buat saya, perjalanan iman setiap manusia berbeda beda, sehingga makna Natal yang didapat juga berbeda beda.

Namun, yang penting adalah bahwa Natal merupakan momen yang menggembirakan karena merupakan perayaan hari kelahiran Bayi Yesus. Perayaan ultah manusia aja sangat menggembirakan, apalagi yang ultah Bayi Yesus.

Natal merupakan momen perjalanan iman Bunda Maria dan Santo Yusuf yang lebih memilih penyerahan kepada kehendak Tuhan daripada kehendaknya masing masing. Natal merupakn bukti perjalanan iman Bunda Maria dan Santo Yusuf yang rela mengalami kelahiran Putra pertamanya di kandang binatang pada musim dingin sendirian.

Natal merupakan bukti cinta Yesus kepada semua umat manusia, yang rela turun ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia di dunia. Bukti teladan bagaimana seorang anak yang taat kepada orang tuanya, dan menggantikan Santo Yusuf menjadi kepala keluarga sebagi tukang kayu sampai usia 30 tahun, setelah Santo Yusuf meninggal dunia.

Natal buat saya juga bermakna sebagai momen berkumpulnya dengan keluarga (yang saya dapat ketika saya kuliah di Australia) dan Natal buat saya juga bermakna sebagai momen yang memberikan kegembiraan kepada keluarga dan sahabat (yang saya dapat waktu di Singapura).

Makna Natal yang saya dapat selama hidup saya yang tidak muda lagi ini selalu mengajarkan saya menjadi manusia yang lebih baik yang selalu positif. Sampai akhirnya saya melihat makna Natal di 2016, di negara saya sendiri yang dipakai sebagai alat untuk menyebar kebencian, intoleransi dan ketakutan. Saya sempat sakit hati dan tersinggung.

Namun, akhirnya saya memilih untuk tidak memasukkan hal negatif ini dalam makna Natal untuk diri saya yang bisa membuat saya menjadi manusia lebih baik untuk Tuhan, keluarga dan sesama manusia yang lain. Sehari sebelum Natal 2016, saya memutuskan untuk memaknai Natal 2016 buat saya untuk selalu bersuka cita di dalam Tuhan, dan berbuat terbaik untuk sesama manusia apa pun agama mereka.

Melalui tulisan ini, I wish you a Merry Christmas from the bottom of my heart.

@christina liem


No comments:

Post a Comment