"Kalau Tuhan itu beranak, terus bidannya siapa?"
DUNIA HAWA - Begitulah ceramah Habib Rizieq tanggal 25 Desember kemarin, disambut gelak tawa oleh para jamaahnya. Ceramah itu kemudian diunggah ke youtube dan meledaklah masyarakat medsos.
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia atau PMKRI bereaksi dan langsung melaporkan ceramah itu ke Polda Metro Jaya lantaran dinilai menistakan agama Kristen.
Dan pro dan kontra menanggapi laporan PMKRI pun terjadi...
Kalau dari kubu sebelah yang berdaster sudah jelas reaksinya dengan membela HR. Tapi yang menarik bagi saya adalah reaksi dari sebagian umat Katolik..
Banyak teman teman dari Katolik mempernasalahkan laporan PMKRI itu, karena menurut mereka ceramah HR tidak berdampak apa apa bagi mereka. Buat mereka, sudah biasa mereka dihina seperti itu dan tidak pernah mereka balas. "Itu urusan Tuhan Yesus yang membalasnya.." Kata teman saya yang Katolik.
Saya tersenyum. Jadi teringat tulisan saya berjudul "Umat-umat manja" tentang diamnya banyak umat Kristen ketika terjadi pembubaran KKR Natal di Bandung oleh ormas yang mengatas-namakan Islam.
Dan saya juga diserang oleh banyak umat Kristen yang mengatakan hal yang sama, "Itu urusan Tuhan Yesus yang membalas mereka..". Saya kembali menulis dengan judul "Cerdik seperti ular dan tulus seperti Merpati.." membahas sudah saatnya umat Kristen melawan penindasan itu dengan melalui jalur hukum bukan dengan pembalasan fisik.
Inilah yang sekarang dilakukan oleh PMKRI, melawan dengan jalur hukum...
Saya sepenuhnya setuju dengan PMKRI. Urusan Tuhan adalah urusan akhirat, tapi urusan dunia adalah urusan manusia, toh manusia sudah diberikan akal dan organ untuk melawan penindasan.
"Tidak mungkin berhasil memenjarakan HR dengan laporan itu. Sia-sia, kami sejak dulu telah biasa dibegitukan dan melawan. Lihat hasilnya seperti apa?" Temanku kembali dengan nada apatisnya. Sepertinya dia lelah, maka kuberi dia secangkir kopi saja...
Sini temanku, biar kubisikkan sesuatu..
Masalah hasil itu urusan Tuhan, manusia hanya berusaha. Jadi tidak perlu repot dengan hasilnya nanti apa, karena usahamu-lah yang dinilai..
Coba perhatikan akibat laporan PMKRI, terutama dari ucapan Novel Bamukmin, Sekjen Dewan Syuro DPD FPI Jakarta seperti yang saya kutip dari Tribunnews.
" Laporan itu mengada-ada dan bagian dari pengalihan isu..
Jadi kalau kita melihat sangat tidak mungkin seorang HR itu menistakan agama. Karena dalam perjuangan kita itu sangat-sangat tidak boleh untuk menistakan agama. Itu hanya fitnah, tuduhan yang mengada-ada dan suatu pengalihan isu untuk kita tidak fokus terhadap kasus Ahok. Jadi itu fitnah murahan yang ditujukan kepada HR.."
Perhatikan dengan baik ada nada keresahan dari ucapannya, bertentangan dengan arogansi yang biasanya mereka lakukan..
Kenapa begitu ?
Karena HR selama ini "dikenal" sebagai tokoh lintas agama dan dianggap sering berdialog dengan agama lain. Bahkan menurut Novel lagi, HR mendapat penghargaan Man of The Year dari kalangan Tionghoa. Entah kalangan Tionghoa yang mana yang dia maksud...
Dengan beredar luasnya video itu dan diangkatnya kasus ini ke permukaan oleh PMKRI, maka secara sadar tentu akan menimbulkan reaksi juga dari umat Kristen yang selama ini mendukung dia baik secara moral dan pendanaan..
Yang terjadi pertama ketika masalah ini diangkat ke permukaan dengan disebar luaskannya video ceramah itu, baik melalui jalur hukum dan jalur medsos, maka akan muncul hukum sosial.
HR tidak akan bisa mengelak ketika jaringan dia yang beragama Kristen mulai memandangnya dengan sebelah mata - dan mungkin dampaknya kedepan akan menarik dukungan dan pendanaan mereka. Kalau ini terjadi, ini akan bisa melemahkan posisi HR dan juga keuangan organisasinya.
Inikah yang disebut strategi perang. Bukan hanya dampak hukumnya, tapi dampak sosialnya yang lebih mengena.
Jadi, tidak perlu menekan PMKRI dengan apa yang mereka lakukan, malah sebaliknya dukung mereka untuk segera melaporkan dan mengangkat masalah ini ke atas. Ini juga dengan catatan, jangan sampai PMKRI akhirnya mencabut laporannya karena ada "jabat tangan" di akhir acara..
Jika bisa, jangan hanya PMKRI.. Tapi ormas omas Kristen bahkan Persatuan Gereja juga melaporkan hal yang sama. Jangan takut bahwa umat Islam tersinggung, karena "Islam" yang dimaksud mereka bukan Islam saya dan bukan juga Islam banyak muslim lainnya.
Jangan takut dengan ancaman mereka, karena mereka selalu begitu, mengintimidasi. Dan HR tidak mewakili Islam di Indonesia, ia hanya Imam besar sebuah ormas saja..
Ini momen yang baik untuk melakukan perlawanan dari penindasan. Melawanlah sesuai jalur konstitusi dan tetap hindari gesekan fisik..
Saya angkat secangkir kopi untuk PMKRI dan mereka yang keluar dari zona nyaman ketertindasannya selama ini..
Seruput...
"Kezaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya oran orang jahat tetapi karena diamnya orang orang baik.." Imam Ali as.
Tuhan yang Beranak
Saya sendiri heran dengan pernyataan Habib Rizieq dalam ceramahnya itu..
"Kalau Tuhan beranak, lalu bidannya siapa?" Dan tertawalah satu ruangan dalam ketidak-mengertian yang sama.
Saya menganggap HR adalah seorang yang paham ilmu agama, maka ia didaulat sebagai Imam besar di sebuah ormas. Tapi ternyata seorang "Imam besar" pun tidak pernah bertanya langsung kepada Pendeta, Romo atau pemuka agama yang selevel dengannya dalam pengetahuan agama mereka.
Setahu saya yang bodoh ini, konsep "anak Tuhan" dalam pandangan Kristen, bukanlah "anak" dalam pengertian biologis, yang dilahirkan melalui hubungan badan dan berproses dalam kandungan selama 9 bulan.
"Anak" adalah sebuah bahasa kiasan, bahasa pendekatan, untuk menyatakan ketinggian Yesus dalam penyatuannya dengan unsur KeTuhanan.
Di Islam kita biasa menyebut "Muhammad kekasih Allah", tapi apakah ada pertanyaan, "Lalu sudah berapa lama mereka pacaran?"
Tentu itu pertanyaan bodoh, sama seperti pertanyaan tentang "siapa bidannya?" karena kita tahu bahwa bahasa "Kekasih" itu adalah bahasa pendekatan menggambarkan kedekatan Nabi Muhammad Saw dengan Tuhannya.
Lalu kenapa HR tidak "tabayyun" bertanya kepada pemuka agama Kristen yang mengerti agamanya, seperti apa yang pernah saya lakukan?
Saya tidak paham, mungkin saja karena sudah terbiasa dengan kesalah-pahaman selama ini, atau untuk memuaskan alam pikir jamaah yang selama ini onani dengan pengetahuan "Tuhan beranak" seperti apa yang selama ini mereka pikirkan. Makanya mereka tertawa terbahak mendengar penjelasan HR, seperti puas karena sudah ejakulasi mendengar apa yang selama ini ingin mereka dengar.
Saya jadi teringat perkataan Imam Ali as, "Orang bodoh itu mensifati segala sesuatu dengan dirinya..". Dalam artian, ketika ia tidak punya pengetahuan akan sesuatu, maka ia mensifati pengetahuan itu melalui pandangan dirinya. Persis seperti seorang anak SD yang mensifati seorang Profesor dengan kapasitas dirinya.
Karena ingin pintar itulah, saya suka tidak ragu untuk bertanya, untuk menambah pengetahuan saya, bukan untuk merubah keimanan saya. Sudah cukup keimanan saya menjadi dangkal hanya karena minum Equil dan makan Sari roti, jadi gak perlu ditambah lagi dengan kebodohan...
Lalu kenapa umat Kristen membuat sebuah kiasan Bapak dan Anak dalam hubungan penyatuan Yesus dengan unsur keTuhanan?
Ya, terserah merekalah. Mereka punya bahasa sendiri, sama seperti mereka mempunyai konsep "gembala" dan domba" dalam pengertian ke-imam-an. Di Syiah malah menyebutnya "berwilayah" kepada para Imam mereka.
Itu hanya masalah bahasa dan tidak perlu diperdebatkan apalagi mengolok-oloknya. Islam itu akal dan ilmu pengetahuan, bukan dogma yang tidak masuk akal. Kalau masalah bahasa aja sudah ga mampu memahaminya, lalu bagaimana mungkin Islam bisa menjangkau pengetahuan yang lebih tinggi seperti iptek?
Mending seruput kopi sambil ngobrol dengan teman yang berbeda agama tapi mempunyai pengetahuan yang cukup tentang agamanya. Jangan lupa, rendahkan diri dulu sehingga ilmu bisa mengalir dengan mudahnya.
Percayalah, ilmu itu seperti air. Ia hanya bisa mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Serufut.. ?
"Dan janganlah kamu mengolok sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan mengolok Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan” (QS. Al An’am: 108).
No comments:
Post a Comment