DUNIA HAWA - Hari ini, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka. Meski datang dengan suasana santai, namun sepertinya kunjungan Mega kali ini sangat berkaitan dengan situasi politik tanah air yang akhir-akhir ini memanas terkait Pilkada DKI dan juga isu makar.
Ada beberapa topik hangat yang menjadi perhatian publik belakangan ini, di antaranya: Perlu tidaknya Jokowi menemui SBY; Demo lanjutan terhadap proses hukum Ahok; Indikasi tindakan makar dengan menumpang kisruh Ahok. Publik menduga, ketiga isu inilah yang juga menjadi topik pembicaraan antara Megawati dan Jokowi di istana hari ini.
Publik menduga, ada semacam kekhawatiran Megawati bila Jokowi sampai salah bertindak akibat mendengar masukan dari orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, ia berinisiatif untuk mendatangi Jokowi hari ini. Isu yang paling krusial bagi Megawati terutama berkenaan dengan langkah Jokowi menyikapi langkah politik SBY.
Dan ini tentu bukan hanya soal perlu tidaknya Jokowi menemui SBY, sebagaimana ia telah menemui Prabowo Subianto. Namun lebih kepada substansi dari memanasnya suhu politik belakangan ini, yang disinyalir berkaitan dengan kepentingan SBY, yang mana hendak dibarternya dengan kebijakan Jokowi.
SBY setidaknya mempunyai dua kepentingan mendesak yang perlu mendapatkan lampu hijau dari Jokowi, dan bila keduanya bisa dipenuhi oleh Jokowi, maka SBY akan segera meredakan tensi politik yang sudah sangat tinggi saat ini. Kedua poin tuntutan SBY tersebut adalah:
1. Pemerintahan Jokowi tidak mengutak-atik masa lalu pemerintahan SBY
2. Jokowi membiarkan Ahok sendirian tanpa perlindungan Jokowi dan aparatnya, guna memberi peluang bagi Agus Yudhoyono untuk memenangkan Pilkada DKI.
Inilah sebenarnya dugaan publik yang menjadi substansi dari memanasnya suhu politik di tanah air belakangan ini. Perhatian publik saat ini sedang tertuju kepada Presiden Jokowi, bagaimana langkah politiknya untuk bisa mengatasi keadaan ini tanpa menimbulkan kekacauan.
Memang, sudah terlihat upaya luar biasa Jokowi dengan menghimpun sebanyak mungkin pihak untuk berada di belakangnya. Namun, upaya tersebut sepertinya belum cukup untuk meredam situasi. Pihak yang berseberangan dengannya sepertinya juga tidak tinggal diam, dengan terus memantau keadaan, sambil mencari peluang apapun untuk menaikkan daya tekan, guna memaksa pemerintahan Jokowi memenuhi tuntutannya.
Jokowi memang terlihat sangat hati-hati dalam mengelola situasi politik saat ini, karena membaurnya kepentingan politik dengan memanfaatkan sensitivitas agama, dan juga terlibatnya ormas-ormas radikal dan anti Pancasila, yang mana sebelumnya sudah jelas pada posisi menolak Ahok, jauh sebelum kisruh ini ada.
Dan ketika celah ini ada, mereka pun segera bergerak dan ditengarai kemudian ikut diboncengi oleh kepentingan politik SBY, yang bahkan diduga menjadi penyebab dari berlarut-larutnya persoalan ini. Ada kemungkinan bahwa SBY tidak akan mundur sedikit pun dari kisruh ini, sebelum kedua poin di atas dipenuhi oleh Jokowi. Dan hingga saat ini, belum bisa dipastikan, apakah Jokowi akan memenuhi tuntutan SBY, atau justru ia akan melakukan pukulan balik yang "mematikan." Kita masih harus menunggu beberapa hari ke depan.
Inilah juga yang ditengarai menjadi kegusaran Megawati, sehingga ia merasa perlu untuk mendatangi Jokowi sebelum terlambat, sehingga Jokowi bisa mengambil keputusan yang tepat menurutnya dalam menyikapi situasi saat ini, khususnya yang berkenaan dengan SBY. Biar bagaimanapun, Megawati tentu sangat mengenal SBY dengan baik, dan untuk itu, ia merasa perlu memberi masukan kepada Jokowi tentang langkah yang perlu diambilnya untuk menyikapi perkembangan poitik saat ini.
Dan itulah sebabnya Megawati menyatakan bahwa kedatangannya ke Istana hari ini bukan dalam kapasitas sebagai ketua umum PDI Perjuangan, namun sebagai Presiden ke-5 NKRI yang notabene SBY pernah berada di jajaran kabinetnya.
Jika Presiden Jokowi sampai datang menemui SBY, maka tindakannya itu akan lebih merugikan dirinya, karena ia memberi sinyal kepada publik bahwa dia melunak dengan bersedia melakukan bargaining dengan SBY, meski tidak pada posisi memenuhi sepenuhnya apa yang menjadi kemauan SBY.
Namun, dengan sikap melunaknya ini, posisi SBY akan menguat di mata publik, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa SBY akan menggunakan strategi lain sampai tuntutannya benar-benar dipenuhi oleh Jokowi. Dan ini tentu akan sangat melemahkan Jokowi sendiri, karena memberi kesempatan bagi SBY untuk menaikkan posisi tawarnya.
Usai pertemuannya dengan Megawati hari ini, Presiden Jokowi memang tidak secara tegas menjawab, apakah ia akan menemui Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam waktu dekat. "Ya, nanti semuanya akan kita atur," ujar Jokowi, Senin (21/11/2016) menanggapi pernyataan Roy Suryo yang mengatakan, partainya dalam posisi wait and see, atau menunggu kabar baik dari Presiden Jokowi jika ingin bertemu dengan SBY. Selengkapnya bisa dibaca si sini.
Memperhatikan semakin jelasnya posisi TNI dan juga Polri dalam mengamankan situasi saat ini dan juga antisipasi ke depan, sangat besar kemungkinan bahwa Jokowi sudah memutuskan untuk tidak akan menemui SBY secara khusus, apalagi memenuhi tuntutannya. Hal ini semakin diperkuat dengan pernyataan presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, yang menyatakan telah menyarankan kepada Presiden untuk mengumpulkan semua ketua umum partai politik dalam waktu dekat.
Dengan wacana pertemuan presiden dengan semua ketua umum parpol, maka Jokowi hendak memberitahu SBY bahwa saat ini SBY hanya merupakan ketua umum salah satu parpol, yang juga bukan yang terbesar di parlemen. Dengan demikian, tidak ada yang terlalu istimewa dengan SBY, sehingga ia perlu mendapat perlakuan khusus, apalagi sampai memenuhi tuntutannya.
Strategi ini juga tentu akan menjadi pesan moral tersendiri bagi SBY, agar ia tidak menilai dirinya terlalu tinggi. Dan juga, dengan duduk bersama dengan ketua umum parpol lainnya yang masih bisa menghargai pemerintahan yang sah. Jokowi seakan tidak memberi pilihan lain kepada SBY, selain harus menerima kenyataan bersama dengan ketua umum parpol lainnya, untuk secara terbuka menyatakan dukungannya kepada pemerintah yang sah. Kecuali SBY memang sudah tegas memposisikan dirinya dan partainya berkonfrontasi dengan pemerintah. Dan sangat kecil kemungkinannya, bila sampai SBY nekat melakukan hal itu secara terbuka.
Memperhatikan analisa di atas, kemungkinan besar Jokowi tidak akan menemui SBY dalam waktu dekat. Apalagi melunak terhadap tekanan SBY. Namun sebaliknya, Jokowi, dengan kekuatan politik besar yang ada di belakangnya saat ini, dan juga tentunya dengan kesiapan dan kesetiaan Polri dan TNI untuk mendukungnya, ia akan memaksa SBY untuk mundur dari tekanan dan tuntutannya, dan selanjutnya menyerahkan tuntutannya kepada proses hukum dan politik.
Kita akan segera tahu dalam beberapa hari ke depan siapa yang paling lihai, dan seperti apa kelanjutan dari strategi keduanya di kisruh ini.
No comments:
Post a Comment