DUNIA HAWA - Tragedi Rohingya adalah tragedi yang terjadi ketika orang merasa berhak membunuh ketika berbeda. Tragedi Rohingya terjadi karena kemanusiaan dicampakkan, digantikan dengan kebengisan, mungkin atas nama Tuhan.
Soal ini harus diingatkan kembali. Banyak orang menjadikan tragedi ini sebagai alasan untuk membenci. "Coba lihat itu, muslim di Myanmar dibantai. Jadi, wajar saja kalau muslim di sini membalas, bukan?" Eh, siapa yang mau dibalas? Yang membantai ada di Myanmar, kok pembalasan mau dilakukan di sini?
Ada juga yang bilang,"Muslim di Myanmar dibantai kalian tak ribut. Ada satu gereja saja dibakar, kalian ribut." Muslim Myanmar dibantai, dunia ribut. Kalau tak ribut, bagaimana kalian bisa tahu? Ada satu gereja dibakar, ada satu jiwa dikorbankan, itu pun sesuatu yang harus diributkan. Setiap jiwa itu bernilai sama dengan jiwa seluruh manusia, itu kata Quran. Barang siapa membunuh satu jiwa, sama dengan membunuh seluruh jiwa manusia. Jadi, satu nyawa terbuang pun pantas diributkan.
Rohingya adalah soal kafir membunuh muslim! Kafir selalu membenci muslim. Karena itu muslim harus selalu waspada. Kafir jangan dibiarkan berkuasa. Kalau berkuasa mereka akan zalim.
Benarkah? Kalau begitu, bagaimana menjelaskan arus migrasi yang terus terjadi dari negeri muslim ke negeri kafir? Baik yang terjadi dalam suasana perang maupun damai. Mengapa orang-orang muslim berbondong-bondong pindah ke negeri kafir, kalau di tempat tujuan mereka dizalimi?
Tidak. Kafir tak selalu zalim. Kafir adalah soal pilihan iman. Mereka tak memilih iman yang kamu pilih. Kamu sebut mereka kafir. Mereka kafir terhadap yang kamu imani. Tapi mereka punya iman sendiri, bebas memilih sebagaimana engkau juga bebas memilih. Jadi, tak perlu bermusuhan hanya karena berbeda dalam pilihan iman.
Sebaliknya, muslim juga bukan jaminan. ISIS itu muslim, mereka rajin melantunkan ayat-ayat Quran. Tapi mereka membunuhi siapa saja. Muslim, Kristen, mereka bantai semua. Pemerintah Syiria, Saudi Arabia, Yordania, mengirim jet-jet tempur, membombardir kawasan yang dihuni manusia. Muslim, Kristen, tak penting lagi, karena bom tak memilih agama.
Tragedi Rohingya sama dengan tragedia Syiria. Ini adalah tragedi ketika nalar sudah tertutup oleh kebencian. Maka kita sedang menyiapkan tragedi yang sama ketika nalar kita matikan. Kita menyiapkan tragedi yang sama saat kita menjadikan tragedi ini sebagai amunisi untuk membenci. Atau saat kita menjadikan tragedi ini sebagai alasan untuk mencaci. Kalau itu yang terjadi, nalar kita juga sedang mengalami tragedi.
No comments:
Post a Comment