DUNIA HAWA - Saya baru memahami sekarang bagaimana bingungnya rakyat Suriah pada waktu awal menjelang perang...
Informasi yang bertebaran memecah mereka menjadi dua bagian, yang pertama percaya Bashar Assad melakukan pembantaian kepada rakyatnya dan yang kedua tidak.
Hiruk pikuk informasi itu ditambah dengan berisiknya para "ulama" yang terus mengecam Bashar Assad - yang kemudian dituding Syiah.
Karena konsep "sesalah-kesalahannya ulama sebenar-benarnya kita" itulah yang membuat akhirnya banyak rakyat Suriah yang taklid dan tunduk kepada "ulama" seperti kerbau dicucuk hidungnya. Ulama menjadi manusia suci yang tidak mungkin salah.
Persaudaraan pecah, mereka saling mencurigai satu sama lainnya...
Keributan ini berimbas ke militer. Mereka yang awalnya mengangkat sumpah setia kepada negara, membelot karena lebih takut pada "ulama". Bahkan sahabat Bashar Assad, Jendral Munaf Tlass, membelot bersama 18 orang Jendral lainnya ke Turki.
Kebayang apa yang dirasakan rakyat Suriah pada waktu itu...
Barisan terbagi dua, yaitu barisan benar dan salah. Hanya kedua barisan merasa benar. Pertanyaannya, mana barisan yang benar?
Rakyat Suriah harus mengalami perang 5 tahun lamanya untuk paham, bahwa barisan yang benar ada di posisi Bashar Assad, Presiden mereka yang sah. Itu sesudah mereka hancur lebur, kehilangan banyak saudara, negara rata dengan tanah dan membuka peluang ISIS masuk dengan persenjataan yang lebih gila karena dipasok "bunda" Hillary Clinton melalui Turki.
Begitulah gambaran sedikit tentang kondisi psikologis rakyat Suriah sebelum dan sesudah perang.
Kondisi yang hampir mirip dengan kita sekarang. Bahkan mereka yang bergelar ulama pun terbelah dua menyikapi situasi ini.
Sebelum akhirnya kita terpecah karena perbedaan pendapat yg semakin tajam, ijinkan saya mengutip sedikit peristiwa yang juga membingungkan umat muslim pada perang Jamal antara barisan Imam Ali as dan bunda Aisyah..
Pada saat menunggu serangan, seseorang bertanya kepada Imam Ali, "Wahai Imam, manakah yang benar ? Di depan ada barisan bunda Aisyah, istri Nabi dan sahabat-sahanatnya. Sedangkan di sini ada dirimu dan sahabat-sahabatmu..
Lalu, manakah yang benar ?"
Imam Ali berkata, "Kamu salah. Kamu melihat individu dulu baru mengukur kebenaran. Kebenaran tidak bisa dilihat dari individunya. Ukurlah kebenaran itu sendiri, baru lihatlah siapa yang berdiri di belakangnya..."
Karena itu, teman... Ukurlah kebenaran itu sendiri, lalu lihatlah siapa ulama yang ada dibelakangnya, Habib Rizik ataukah Gus Mus ?
Saya mah cukup secangkir kopi ajah... Salam hormat, Gus Mus. Selamat datang di kancah pertarungan akal sehat melawan nafsu amarah....
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment