HALAMAN

Saturday, November 19, 2016

Demo 212 (Pendekarnya Wiro Sableng, Gurunya Sinto Gendeng


DUNIA HAWA - Sebelum mengungkapkan isi hati ana kepada ente tong, alangkah baiknya mari kita tertawa bersama-sama dan bernostalgia sama serial drama waktu SD dulu. 

Maakakakkakakakakakakakak


Wiro Sableng adalah pendekar bersentaja kapak berkostum putih seperti kostum karate. Yang unik dengan pendekar ini adalah dadanya yang bertuliskan angka 212. Embuh (entah) apa artinya, waktu itu ana masih unyu-unyu ingusan nonton Wiro Sableng belum ngerti makna simbol tong. Berangkat ngaji pun nunggu Wiro Sableng dulu karena saking sablengnya.

Tong, demo kan diundur ni ya dari tanggal 25 november ke tanggal 2 Desember. Kata temen ana ijin dari pak polisi belum turun, katanya mereka lagi mumet kelabakan cari isu baru biar demo tetep jalan. Soalnya logistik udah terlanjur disemprotkan, dana udah terlanjur digulirkan. Mungkin buat ongkos tahun baru sekalian kali ya tong? Ente mau ikutan ndak tong? Mayan piknik gratis tong…

Demo berjilid-jilid yang kian banyak memberikan ide-ide segar kepada para penulis nampaknya membuat dunia pilkada benar-benar rasa pilplres. Bahkan pilpres kemarin rasanya ndak seheboh ini kok tong. Sudah terlalu banyak masyarakat yang awalnya bodo amat sama politik kini jadi tiba-tiba pinter banget politiknya. Yang awalnya cuek bebek di medsos sekarang jadi hobi komen sana komen sini, updat updet setatus, shar share berita. Kadang hoax juga dishare. Hadahhhhh…. Guling mana guling….???

Ana tepok jidat ini sambil geleng-geleng liat respon nitizen yang kaya tawon keluar dari sarangnya kalo ada artikel yang keren dikit. Ribuan yang like, ribuan yang share, ratusan yang komen. Di sono ana temuin banyak sekali karakter orang. Ada yang asal komen sampe jadi bahan bullying komentator lain. Ada yang sok pintar, sok islami, sok alim, sok bijak. Tapi ada juga yang emang beneran pintar, beneran bijak, beneran alim dan beneran akun asli. Hehe. Karena udah ndak keitung berapa akun bodong di dunia maya ini sampe ana pengen ganti nama Maya jadi Siti.

Kalimat yang ndak bisa serta merta mereka katakan di medsos akan dengan mudah dilontarkan untuk membully orang lain. Biasa ya tong pelampiasan…. Di dunia nyata kurang ekspresif, jadi diungkapkan di dunia maya. Tapi alangkah baiknya jika kita menahan untuk berkata “kotor” di medsos.

Sikap muslim yang seperti sekarang ini banyak membuat teman ana yang bertanya-tanya tentang Islam. Dalam diskusi ilmiah yang biasa kami lakukan salah seorang rekan bertanya “Neng, Apakah dalam ajaran Islam memang diharuskan untuk memerangi non muslim sehingga cara-cara kotor nan sadis pun mereka lakukan?”   Jawaban ana singkat saja “Tidak bro, Islam yang asli adalah Islam yang penuh kasih sayang. Kalo yang seperti itu Islamisme”.

Islam dan Islamisme adalah dua konteks yang berbeda. Akan ana bahas di artikel berikutnya ya tong. 

Kembali ke soal demo 212 yang sudah ramai diperbincangkan di dunia maya, karena yang ngobrol masalah ini di dunia nyata lebih sedikit dibanding dengan yang di dunia maya. Masyarakat semakin mudah diprovokasi dengan berbagai macam isu yang akhirnya akan ada tersangka-tersangka lain. Mengapa demikian tong?

Karena e karena setiap masalah yang ada selalu ditanggapi dengan tidak akademis, berdemo bukanlah solusi dari masalah penistaan agama. Ana masih memiliki keyakinan yang amat kuat bahwa Rasulullah tidak mencontohkan bela agama dengan cara yang demikian.

Tapi jubir FPI sekaligus panglima lapangan GNPF MUI, Munarwan tetap menjelaskan kepada masyarakat untuk menuntut keadilan. Demo ini dilakukan karena Ahok ndak segera ditahan.

Katanya “Aksi damai berdoa untuk negeri. Kami akan punya tagline bersatu dan berdoa untuk negeri. Aksi ini akan mempersatukan Indonesia dan mendoakan Indonesia agar selamat, tidak tercerai-berai.”

Allahummaa (duh Allah)… Sejuk sekali kalimat yang Bapak lontarkan. Tapi maaf ya pak… Indonesia isinya bukan hanya muslim tok. Aksi doa bersama udah digelar tuh dalam istighosah akbar kemarin 18/11/2016. Ini baru namanya aksi damai pak….   Aksi damai tersebut sudah diwanti-wanti banyak pihak untuk lebih baik dibatalkan tong, karena sudah tidak perlu lagi. Hukum sudah berproses, Ahok sudah tersangka dan memenuhi syarat untuk tidak ditahan, ada undang-undangnya. Ini negara bukan negara onta tong….

Kata pak Wiranto, “Jangan sampai kebebasan berpendapat melalui demonstrasi itu dimanfaatkan hal-hal yang mengganggu ketertiban umum, mengganggu eksistensi negara. Kalau itu dilaksanakan, berarti memang harus ada langkah keras dan tegas”   Ente maksa-maksa pemerintah buat nangkep pak Ahok sama dengan menunjukkan betapa kurangnya pengetahuan ente tentang Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan ente dulu dapet berapa?

Sungguh aneh bin unik. Pendidikan Kewarganegaraan dari jaman SD sampai masa S1 masih jadi materi wajib tapi anehnya masyarakat seperti mengabaikan nilai-nilai ini.   Ente kaya Wiro Sableng aja tong… tong. Ndak popo lah suka-suka ente yang penting jangan sableng-sableng amat apalagi sampai mengarah kepada gendeng. Jangan ya tong…! Jangan…

@maya ilma


No comments:

Post a Comment