DUNIA HAWA - Saat ini dunia sedang berduka atas penganiayaan dan penderitaan yang dialami oleh ribuan etnis muslim Rohingya di Myanmar. Konflik tersebut dipicu adanya peristiwa pemerkosaan, perampokan, penganiayaan dan pembunuhan seorang wanita etnis Rakhine yang dilakukan oleh tiga orang pria etnis Rohingya. 78 orang tewas dan 3.000 unit rumah hancur karena konflik antar massa yang dipicu oleh kasus tersebut.
Bukannya bertambah reda namun konflik justru semakin melebar bahkan konon korban dari etnis Rohingya kini sudah mencapai ribuan orang. Data yang akurat sulit didapatkan karena konflik ini juga telah menyulut sentimen agama sehingga juga banyak beredar berbagai versi kisah dan foto2 hoax tentang Rohingya yang sengaja dibuat untuk memprovokasi dan membuat situasi menjadi lebih runyam.
Tapi kejahatan terhadap kemanusiaan yang melibatkan isu agama ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Sepanjang sejarah dunia, sentimen agama telah menyulut berbagai peperangan dan tindak kekerasan yang sulit untuk diredakan selama bertahun-tahun. Pembantaian terhadap umat Islam juga pernah terjadi pada masa Perang Salib pertama pada abad ke 11 M. Penganiayaan, pengusiran dan pembunuhan terhadap kaum Muslim dan Yahudi juga pernah terjadi pada masa Inkuisisi Spanyol pada abad ke 15.
Pembantaian terhadap kaum Hindu dan Sikh juga pernah dilakukan oleh kekaisaran Islam Mughal. Pembantaian dan pemerkosaan terhadap 1,5 juta kaum Kristen Armenia juga pernah dilakukan oleh kekhalifahan Turki Ottoman pada masa Perang Dunia I (1915-1923). 6 juta kaum Yahudi juga pernah dibantai oleh pemerintahan Nazi Hitler. Ribuan orang Kristen dan Yazidi juga telah dibantai, dipenggal dan diperkosa oleh milisi Negara Islam ISIS.
Pada intinya selama manusia masih “beragama dengan cara yang salah” dengan mengabaikan akal sehat dan hati nurani serta hanya mengandalkan dogma kebencian, ego kelompok, sentimen agama dan rasa mau benar dan menang sendiri maka kekerasan dan kejahatan kemanusiaan yang melibatkan isu agama masih akan terus terjadi sepanjang sejarah. Itulah sebabnya saya sering mengkritisi “cara berpikir yang salah dalam memahami agama", agar kesalahan dan kekonyolan yang sama tidak terus berulang sepanjang sejarah.
Salam Waras
No comments:
Post a Comment