DUNIA HAWA - Setiap agama memiliki dua sisi ajaran yaitu ajaran yang bersifat eksoterik (lebih menekankan pada hal yang bersifat luaran dan simbolis) dan ajaran yang bersifat esoteris (lebih menekankan pada hal yang bersifat dalam dan hakikat). Eksoteris berasal dari bahasa Yunani “ekso” yang berarti “dari luar” sedang esoteris berasal dari bahasa Yunani “esoteros” yang berarti batin atau “esoterikos” yang berarti “berkaitan dengan bagian yang terdalam”.
Eksoterisme adalah pemahaman yang menekankan pada dogma dan penafsiran yang bersifat tekstual, harfiah dan lahiriah. Sedangkan esoterisme adalah pemahaman yang lebih menitikberatkan pada pengertian yang bersifat hakikat, nilai dan prinsip. Eksoterisme bergerak dari luar ke dalam sedangkan esoterisme bergerak dari dalam ke luar. Keduanya sebenarnya bisa saling melengkapi dan menyempurnakan.
Adapun dalam ilmu tasawuf (spiritualisme dan mistisisme Islam), ilmu untuk mencapai Tuhan dibagi dalam 4 tahapan atau 4 tingkatan yaitu :
1. syariat
2. thariqat,
3. hakikat dan
4. makrifat.
• Syariat berarti praktek formal hukum dan tata cara keagamaan
• thariqat berarti jalan atau metode untuk mencapai Tuhan.
• Hakikat berarti makna sejati dari ilmu agama itu sendiri
• Makrifat berarti pengetahuan mengenai segala sesuatu yang bersumber langsung dari ilmu Tuhan.
Andaikata dilambangkan dengan bahasa pendidikan maka tingkatan syariat, thariqat, hakikat dan makrifat adalah seperti tingkatan sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi (PT).
Orang Jawa juga mengenal 4 tingkatan ini yang biasanya disebut sebagai :
1. sembah raga
2. sembah cipta
3. sembah rasa dan
4. sembah sukma
• Sembah raga berarti menyembah Tuhan cukup dengan perbuatan atau gerak raga belaka.
• Sembah cipta berarti menyembahTuhan cukup dengan perbuatan, dengan segenap konsentrasi dan pikiran yang terpusat.
• Sembah rasa dan sembah kalbu berarti menyembah Tuhan dengan sepenuh hati, jiwa dan segenap perasaan sedang sembah sukma berarti berhadapan dan menyembah Tuhan secara langsung dengan ruh dan sukma kita sendiri.
Tingkat yang pertama adalah tingkatan yang paling mudah diketahui dan dilaksanakan oleh orang banyak yang masih awam sedang tingkatan terakhir adalah tingkatan yang paling tinggi dan paling sukar serta hanya sangat sedikit sekali manusia yang bisa mencapainya. Syariat, thariqat, hakikat dan makrifat juga bisa dilambangkan sebagai sabut kelapa, batok kelapa, buah kelapa dan rasa santan kelapanya.
Syariat ibarat sabut kelapa karena hal ini terletak sebagai bagian yang paling luar atau permukaan serta masih dibutuhkan langkah yang panjang untuk bisa memprosesnya. Thariqat diibaratkan batok kelapa, meskipun demikian masih cukup susah juga untuk membukanya.
Hakikat ibarat buah kelapa karena buah kelapa inilah akhirnya yang akan dipergunakan. Namun buah kelapa inipun masih harus diparut dan diproses untuk mendapatkan santannya. Namun air santan inipun masih berwujud sehingga dia belum bisa dianggap sebagai makrifat.
Rasa dari santan kelapa inilah yang diibaratkan sebagai makrifat karena dia sudah tidak berada lagi di alam yang berwujud namun menjadi intisari dari seluruh keberadaan pohon kelapa. Begitu juga Tuhan adalah sesuatu yang “tak berwujud” namun menjadi sumber, tujuan, intisari dan dasar dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
(NB : Aliran Wahabi dan semua aliran "Islam Politik" baru berada pada level pertama saja, masih sangat jauh dari konsep hakikat. Itu sebabnya mereka belum mampu menjadi solusi yang rahmatan lil alamin atau membawa berkat bagi seluruh alam.)
[muhammad zazuli]
No comments:
Post a Comment