DUNIA HAWA - Seorang teman pernah bertanya, "Kenapa Anies Baswedan tersingkir dari kabinet Jokowi?"
Saya sempat tidak bisa menjawab karena keputusan itu ada di tangan Jokowi. Dialah yang tahu kriteria panglima panglima yang dia harapkan.
"Anies kurang gila.." Begitu jawabanku sambil menyeruput kopi di malam hari. "Anies bagus, tapi Jokowi tidak hanya butuh orang bagus, dia butuh orang gila.."
Mungkin memang itu kriteria yang diharapkan Jokowi terhadap panglima perangnya. Dan kriteria itu tergambar dari sosok sosok gila yang sekarang ada disisinya, terutama dari para srikandi spt bu Susi, SM dan Retno Marsudi. Mereka bukan hanya gila, mereka sangat berbahaya.
Anies Baswedan memang tidak kurang apapun. Tidak ada cacat selama karirnya. Ia pintar, wawasannya bagus, tidak pernah korupsi dan santun. Kinclong lah pokoke.
Tapi ini Indonesia, dimana orang kinclong justru dimakan. Indonesia ini ibarat hutan buas, negeri antah berantah yang masih banyak predatornya. Mereka berkelompok, mana giginya tajam dan besar besar.
Dan Anies seperti seorang profesor lugu yang masuk hutan, sambil kulonuwun dan melepaskan sandalnya di depan keset bertuliskan "Welcome". Sedangkan di dalam hutan bukan lagi serigala dan buaya tetapi T-rex dan Raptor. Yang paling imut cuman Anaconda.
Masuknya Anies ke bursa Pilgub DKI rencana diusung Gerindra dan PKS mendampingi Sandiaga Uno jelas mengkhawatirkan. Pak Anies mungkin belum sadar garangnya partai partai itu dalam arena politik, terutama di hutan bernama Jakarta, tempat penggodokan calon pemimpin besar nantinya. Ia bisa seperti pelanduk yang mati ditengah- tengah atau keluar menjadi spesies baru yang sama laparnya.
Jakarta tidak bisa dipimpin dengan konsep konsep sekolahan yang terdidik dan mapan. Jakarta itu ibarat jalanan, disana harus menjadi preman untuk melawan preman kalau tidak dimakan sampai tinggal tulang.
Sejarah berbicara bahkan mereka yang dulu berpangkat Jenderal pun takluk dengan preman tanah abang. Sebelum Ahok, hanya Ali Sadikin yang bisa menaklukkan Jakarta dengan main gampar. Siapa yang tidak takut dengan bang Ali pada masa itu?
Gubernur lainnya hanya bisa kompromi dan negosiasi. Mereka takut Jakarta rusuh jika menolak keinginan ormas ormas betawi dan yang berbaju Islam, belum lagi mafia kecil yang menduduki kampung kampung kumuh dan mengutip uang dari pelacuran sampai para aparat yang rakus dan dimana-mana gentayangan.
Sulit santun jika berperang dengan situasi itu. Pada akhirnya banyak kepala daerah yang mengikuti arus saja, yang penting gua dan keluarga aman. Pak Anies, jika akhirnya masuk bursa Cagub harus banyak bermain di lapangan daripada sekedar teori trori kerakyatan dan nasihat nasihat yang menentramkan.
Saran saya, kalau pun jadi dipasangkan dengan Sandiaga Uno, pak Anies harus membawa jargon yang seram, supaya mereka nantinya tidak sembarangan.
Jargon yang sangar seperti ASU (Anies - Sandiaga Uno). Asu adalah binatang yang bisa sangat galak, tapi kalau salah asuh bisa sangat manja maunya cuman duduk dipangkuan. Atau SI EDAN (Sandiaga Uno - Anies Baswedan), biar mereka tahu seberapa edan kalau pak Anies yang memegang pemerintahan.
Atau digabung aja sekalian, jadi ASU EDAN..
Saya sama bang Ruhut sudah sepakat juga, jika suatu saat kami dicalonkan akan mengambil jargon PULGAR ( Sitompul dan Siregar ). Kami memang pulgar kalo sedang minum kopi dan ambil gitar..
"Buteeeeeetttttt.... "
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment