Dunia Hawa - Maaf ya pak Archandra.. beribu maaf.
Maafkan kami yang masih sibuk dengan hal-hal remeh seperti masalah paspor. Kami masih sulit berfikir hal yang besar, semisal bahwa bapak ternyata sangat di hargai di negara lain.
Kami tidak pernah melihat bahwa bapak ternyata punya hak paten desain offshore di Amerika, dan juga banyak hak paten lainnya. Kami juga buta kalau bapak sering diundang menjadi pembicara di forum forum internasional.
Mungkin bapak juga yang salah. Kenapa bapak punya paspor Amerika? Itu kan negara kafir.. Coba paspornya Turki, pasti akan kami puja puja. Secara Presiden kami disana....
Maafkan kami juga ya bu Sri Mulyani..
Kami hanya fokus pada masalah Bank Century, yang sampai sekarang pun masih gelap seperti ruangan yang gak pernah ditempati. Kami hanya takut ibu membawa konsep ekonomi neolib. Kami lupa bahwa sejak lama konsep ekonomi kita sudah liberal.
Tapi kami juga bingung, kalo ibu bawa konsep ekonomi komunis, wah ibu bisa dibilang PKI atau setidaknya ibu adalah salah satu agen ekonomi dari China. Maafkan kami yang bingung ini..
Kami yang lupa bahwa ibu sudah berani meninggalkan kursi terhormat sebagai Direktur Bank Dunia. Ibu meninggalkan gaji ratusan juta rupiah perbulan belum termasuk fasilitas seperti jet pribadi, hanya untuk 'mengejar kekayaan" yang jauh lebih besar sebagai menteri.
Kami yang lupa bahwa ibulah yang banyak menyumbang konsep Tax Amnesty dan sedang mengejar duit ribuan triliun dari negeri antah berantah supaya kembali ke negeri ini. Kenapa ibu gak mau berjilbab? Itu saja masalah kami. Kalau ibu berjilbab tentu kami akan puji puji setinggi langit. Sudah pintar, islami lagi.
Maafkan kami ya pak Jokowi. Pokoknya pilihan bapak selalu salah bagi kami.
Kami tidak mau berfikir terlalu jauh, semisal bagaimana kemajuan ekonomi ini dipercepat, bagaimana cara membongkar mafia yang selama ini menari di atas kekayaan ibu pertiwi dan bagaimana bapak harus mengetuk hati putra dan putri bangsa yang hebat di luar negeri supaya pulang dan berjuang untuk negeri sendiri.
Kami hanya sibuk mengurus masalah kancing jas, masalah dasi, masalah bahasa inggris bapak yang medok karena bapak tidak pernah sekolah di luar negeri dan masalah remeh temeh lain.
Kami sulit berfikir besar, pak.. sulit bagi kami. Mungkin karena itulah kami dinamakan kaum 2D, perspektif di otak kami masih 2 dimensi meski sekarang sudah zaman 4 dimensi.
Maafkan kami...
Mungkin kami butuh piknik dan bercangkir kopi.
Dari kami,
Kelompok penggemar susu basi.
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment