Monday, August 15, 2016

Sindroma Habibie


Dunia Hawa - Habibie yang hebat. Ia menjadi vice president sebuah perusahaan aeronotika di Jerman. Ia punya banyak paten di bidang industri pesawat. Dia jenius. Lalu Soeharto mengajaknya pulang. Ia membangun industri pesawat Nurtanio, kemudian menjadi IPTN. Tidak cuma itu. Ia kemudian menjadi Menristek. Cukup? Tidak. Ia mendirikan industri kapal, menjadi presdirnya. Ia juga menjadi kepala otorita Batam. Masih ada lagi sejumlah jabatan yang diserahkan kepada Habibie seorang.

Mungkinkah seorang manusia bekerja dalam setumpuk beban jabatan seperti itu? Mustahil. Tapi ini Habibie, bukan manusia biasa. Ia adalah manusia super. Maka semua jadi mungkin, karena ini Habibie. Ia juga boleh melakukan apa saja, atas nama kepentingan bangsa. Misalnya memakai dana reboisasi untuk membuat pesawat. Tidak relevan, bukan? Tapi itu tak penting, karena ini Habibie.

Akhir ceritanya kita semua juga tahu. IPTN yang sekarang bernama PTDI tentu tak moncer lagi ketika diharuskan hidup sebagaimana sebuah perusahaan. PT PAL juga demikian. Batam, kini tak lebih dari sekedar penyangga kebutuhan industri Singapura. 

Bangsa ini menderita sindroma Habibie. Orang-orang merindukan sosok super, yang prestasinya diakui di luar negeri. Ya, karena sudah sukses di luar negeri, tentulah ia orang hebat, bukan? Berbeda dengan orang-orang yang selama ini hanya berkiprah di dalam negeri. Mereka-yang di dalam negeri itu- tak hebat, pemalas, bahkan korup. Begitulah. Memuja orang yang sukses di luar negeri itu tidak jarang dilakukan dengan merendahkan orang-orang yang juga sudah bersimbah peluh membangun negara di dalam negeri.

Maka kalau ada orang seperti Habibie semua yang dia butuhkan harus disediakan. Semua yang dia mau harus dipenuhi. Prosedur yang ada harus dilanggar, bila menghalagi kemauan orang seperti Habibie. Yang tidak mendukung dia adalah pengkhianat bangsa.

Ada pula orang tertentu yang berlagak seolah dia Habibie. Berkarir setahun dua di luar negeri, pulang berlagak macam dewa. Sediakan segala sesuatu buat saya, karena saya ini hebat.

Kapan lagi ada orang hebat mau pulang untuk membangun negeri? Kenapa dihalangi? Yang menghalangi tentulah orang-orang dengki yang tak ingin negeri ini maju. Bahkan mereka itu pengkhianat, mafia, pencuri, dan koruptor.  

Berbagai keributan dalam tubuh bangsa ini belakangan ini adalah karena soal ini. Kita jadi gelap mata, seolah negeri ini, selama 71 tahun merdeka, terlantar tidak diurus sama sekali. Lalu tiba-tiba ada dewa yang mau pulang kampung membereskan, dan tentu saja kita percaya bahwa semua akan beres di tangan dia. Kita percaya bahwa dia tidak punya kepentingan apapun untuk diri dia pribadi.

Bagi saya Habibie hanyalah manusia. Dia benar, dan dia juga salah. Apalagi kalau cuma orang yang merasa seperti Habibie. Dia sangat pantas ditempatkan di depan ujian, untuk memeriksa dia benar atau salah.

[hasanudin abdurakman, phd]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment