HALAMAN

Saturday, August 27, 2016

Celana Sandiaga yang Memikat Bikin Risma Batal ke Jakarta



Dunia Hawa - Politik tidak selalu identik dengan perseteruan . Politik itu ternyata bisa mendatangkan kegembiraan. Memang sudah seharusnya demikian, karena tujuan politik itu pada akhirnya adalah menyejahterakan masyarakat. Rakyat yang sejahtera ditandai dengan hadirnya kegembiraan. Kegembiraan selalu dibarengi dengan  senyuman. Senyum disertai kegembiraan akan membuat masyarakat sehat, tenteram dan sejahtera. Maka, jangan alergi dengan politik! Politik gembira yang sehat sejahtera tentunya. Bukan politik penuh intrik demi kekuasaan dan uang.

Okey, sekarang kita lanjut!

Ketika koalisi kekeluargaan digagas dan dideklarasikan, maka 7 partai sepakat jika Sandiaga yang diposisikan sebagai cawagub untuk mendampingi cagub dari PDIP. Cagub mengarah kepada Risma, walikota yang sangat berhasil di Surabaya dengan segudang prestasi yang diprediksi bisa mengalahkan Ahok, petahana yang sudah membuat banyak politisi dan pejabat pemprov DKI frustrasi.

Beberapa orang petinggi PDIP menyorongkan ide itu ke publik dan juga ke DPP tentunya untuk dipertimbangkan, demikian juga dengan Risma yang sudah pasti mengetahui perihal dirinya yang akan berpasangan dengan Sandy maju di Pilgub DKI.

Risma pun tidak bisa tidak, dan sudah pasti menimbang-nimbang hal itu, antara senang bercampur ragu, apakah ia akan meninggalkan Surabaya atau tidak usah ke Jakarta. Ia pun memilih fokus bekerja dan menunggu apa selanjutnya yang akan terjadi. Di tempat lain, Sandy juga sebenarnya kurang happy dengan posisi cawagub, apalah yang bisa dilakukan oleh cawagub? Ia mengingini posisi gubernur karena ia sangat terkesan dengan Ahok yang begitu perkasa di Jakarta. Apapun maunya Ahok, hampir tidak ada yang bisa mencegah, bila perlu pecat, gusur, ganti. DPRD juga tidak berkutik dibuatnya. Ya,  Sandy mau seperti itu, seperti Ahok, The Powerful Ahok.

Jangan kira pebisnis sukses dan pengusaha besar itu bisa berhasil karena nasib. Mereka berhasil hanya sepertiganya oleh faktor nasib. Duapertiga lagi adalah karena  kesempatan dan  kemampuan. Sandy, a succesful businesman sudah pasti jeli melihat setiap peluang atau kesempatan. Dan tidak usah diragukan lagi, ia mampu mengubah atau membuat kesempatan itu menjadi nyata, menghasilkan dan menguntungkan.

Ia pun mendapat kesempatan untuk maju di pilgub DKI sebagai cawagub. Namun Sandy bukanlah type orang yang hanya menerima nasib. Nasib bisa dirubah, itulah yang diyakini Sandy. Ia maunya seperti Ahok Sang Gubernur,  bukan wagub. Karena koalisi kekeluargaan memplot Risma sebagai Cagub, Sandy pun terpaksa harus memutar otak guna mengubah situasi.

Ia mendapatkan ide cemerlang, dan tentu ide dashyat seperti ini tidak datang begitu saja. Idenya sih sederhana, tapi hasilnya luar biasa!  Risma batal ke Jakarta tanpa sakit hati, bahkan dengan tersenyum. Hebat nggak idenya? Ahok mana bisa bikin begitu? Orang selalu dibuatnya gondok dan sakit hati, contohnya Amien Rais, tapi justru Ahoknya bisa tersenyum. Beda dengan Sandy, ia membuat orang tersenyum, akibatnya ia pun dapat untung. 

Hanya dengan modal kecil, ia mampu mendatangkan hasil yang besar. Modal celana training seharga seratusan ribu dengan sedikit polesan seni fotografi wartawan tentunya, dibalut dengan tanda tanya yang sedikit menonjol yang bisa ditafsirkan macam-macam.

Jangankan saya, anda juga pasti dibuatnya tersenyum. Yes, Sandy  you are awesome. Ibu-ibu, remaja putri, lajang, janda, hingga anak-anak juga dibuatnya tersenyum. Jangankan mereka, bapak-bapak seperti saya, pemuda, hingga kakek kakek juga pasti tersenyum dibuatnya. Sandy, what are you doing? Wonderful!!!

Namanya hati dibuat gembira, tentulah siapapun akan senang.  Hanya dengan hal kecil, namun Sandy berhasil memikat hati. Gerindra sudah pasti tambah senang, PKB langsung terpikat oleh Sandy dan sudah deklarasi. Memang PKS masih menimbang-nimbang, tapi sudah pasti mereka juga ikut tersenyum dan senang dengan apa yang dilakukan oleh Sandy. Andai PKS tahu apa sebenarnya dibalik celana Sandy ini, pasti mereka akan sangat marah. Kok bisa?

Iseng saya bertanya ke Bu Risma di Surabaya, " Ibu mau ke Jakarta, dipasangkan dengan Sandy?" Anda tahu apa jawaban risma? Ia hanya tersenyum dengan bahunya diangkat. Seakan-akan hedak mengatakan, " ahh ogah ah, geli ah, risih sayanya."

Memang itulah yang diharapkan Sandy, dan saya sangat yakin bahwa Risma tidak akan ke Jakarta. Andai kita tanyakan Risma, kenapa sih nggak mau ke Jakarta, kira-kira apa ya jawabnya?

" Bagaimana saya bisa berhasil di Jakarta, kalau konsentrasi kerja buyar gara-gara celana Sandy?" Risma benar, kita tidak mungkin berhasil jika melakukan sesuatu tanpa konsentrasi. Bagaimana mungkin ia bisa fokus melayani warga Jakarta, karena selalu melihat Sandy dan terbayang dengan celananya yang nyentrik? Isinya sih mungkin nggak lah ya.

Itulah Sandy, bukan saja berhasil memikat warga, ia bahkan membuat pesaingnya mundur dengan senang hati sambil tersenyum dengan hati yang gembira. Memang PKS tidak terlalu senang dengan keputusan Risma ini karena mereka sangat yakin hanya Risma lah yang bisa mengalahkan Ahok. Namun bisa saja PKS akan berubah pikiran, karena ternyata Sandy bisa mengalahkan Risma dengan cara yang simpatik dan elegan.

Konon kabarnya, ketika alasan penolakan Risma ke Jakarta  ini sampai ke telinga  Ibu Mega, ketum PDIP itu tak mampu menahan senyum hingga tertawa terbahak-bahak,

Memang seharusnya begitulah politik, tidak cakar-cakaran, tanpa kekerasan, tak perlu gaduh. Akhirnya masyarakat pun senang, gembira dan sejahtera.

[pendeta sederhana]

No comments:

Post a Comment