HALAMAN

Monday, August 1, 2016

Risma Vs Ahok



Dunia Hawa - Semakin kencang suara dari seberang jendela supaya bu Risma maju di Pilgub DKI untuk melawan Ahok.

Sebenarnya dalam hati kecil, saya setuju. Bukan karena bu Risma cocok untuk menjadi Cagub ataupun karena prestasi beliau, tapi karena tidak ada lagi lawan yang sebanding dengan Ahok.

Jika bu Risma mau maju, maka gelaran pilkada DKI akan berlangsung seru. Dua kekuatan, dua prestasi berbeda dan dua magnet akan beradu kepiawaian siapa yang layak memimpin Jakarta.

Meski begitu, secara hitung- hitungan saya tetap menjagokan Ahok.

Bu Risma boleh saja terkenal di Surabaya, bahkan ia menang mutlak sekitar 80 persen. Lawan yang ada satu persatu mundur karena realistis tidak akan mungkin memenangkan pertarungan. Bahkan ada selentingan, lawan politiknya harus dibayar hanya supaya untuk maju saja melawan Risma. Dahsyat memang..

Pertanyaannya, berapa persen suara orang Surabaya atau orang Jatim yang tinggal di Jakarta? Dari sekian persen itu, berapa persen yang akan memilih Risma?

Tentu tidak bisa membandingkan Surabaya dan Jakarta, dari sisi apapun. Tingkat kesulitan di Jakarta begitu tinggi. Kalau masalah tata-kota sih saya percaya bu Risma mampu membenahi DKI, tapi masalahnya Jakarta ini premannya lengkap mulai dari yang cingkrang sampe yang berdasi. Orang orang berduit yang bahkan duduk sebagai perwakilan rakyat. 

Bu Risma adalah macan di Surabaya. Kemampuannya bertarung melawan anggota DPRD masalah tol tengah kota sudah teruji. Seorang wanita pemberani.

Sayangnya, bu Risma dalam perjalanan harus kompromi. Salah satu otak dari gerakan impeachment terhadap bu Risma, eh sekarang malah jadi wakilnya. Terlihat betapa rentannya bu Risma dalam menghadapi situasinya.

Bu Risma adalah seorang pekerja keras. Pagi pagi sudah terlihat nenyapu jalan di Surabaya. Ia seorang birokrat sejati yang lebih baik sibuk bekerja. Tetapi Jakarta tidak bisa dihadapi hanya dengan hitam putih. Disana kalau anda juga tidak lihai berpolitik, maka anda akan hancur berkeping.

Jangan sampai ketika bu Risma menjadi Gubernur, ia akan menangis lagi nantinya di Mata Najwa karena tidak tahan tekanan bertubi-tubi.

Jakarta itu kejam, ibu.. Lebih kejam dari ibu tiri.

Ibu bisa saja menang dalam pemilihan, tapi akan hancur ketika ibu menduduki jabatan. Ibu boleh menjadi seekor macan di Surabaya, karena musuhnya serigala. Di Jakarta, musuh ibu T-Rex bergigi pedang. Ibu akan dimakan setulang-tulangnya.

Karena itulah saya tetap menjagokan Ahok, karena mentalnya sudah teruji. Ahok sudah beradaptasi dengan situasi. Ia mengenal medan perangnya dengan baik. Ia tangguh dan bertarung dengan konsisten. Sedangkan bu Risma harus menunggu beradaptasi. Pasti si ibu akan lebih sibuk di awal melawan semua serangan daripada bekerja.

Betul kan, bu? Betulllllll.... 

" Dek Denny, kok gak pernah bahas saya sih.. Kan saya sudah rela berkorban naek metro mini.."

" Eh, pak Sandiaga Uno.. Males ah, bapak duduknya tegang gitu di pojokan belakang. Kayak takut kecopetan.."

"Sialannnnn.... !!"

Secangkir kopi pun melayang. Dan saya kepikiran, pak Sandiaga Uno kok di metro mini bisa duduk sendirian ya, penunpang lainnya pada kemana? Ah, semoga itu bukan pencitraan...

Seruputttttttt...

[denny siregar]

No comments:

Post a Comment