Dunia Hawa - Ini sebenarnya rahasia umum di kota Surabaya dan nasional tidak banyak tahu.
Tapi mari kita simak sinetron yang sudah memasuki episode ke 4 berjudul, "Ganteng ganteng ngebet jadi walikota..".
Sejak menjabat walikota Surabaya, bu Risma terus menerus ingin di dongkel kedudukannya. Bu Risma pada waktu itu memperjuangkan kota Surabaya supaya tidak dibangun tol tengah kota. Alasan bu Risma, tol tengah kota hanya akan menjadikan Surabaya kota macet karena akhirnya orang terdorong untuk beli mobil.
Prinsip bu Risma ini seperti menabok pantat penuh bisul DPRD Surabaya. Mereka yang sudah senang akan dapat "permen" dari pengusaha tol, meradang habis-habisan dan sepakat untuk menurunkan bu Risma dari jabatannya.
Aksi DPRD mendapat perlawanan dari warga Surabaya. Mereka menantang siapapun yang ingin menurunkan bu Risma, harus berhadapan dengan warga. Situasi akhirnya berbalik arah. Bukannya bu Risma yang turun, eh pimpinan DPRD Surabaya malah dipecat partainya.
Nah, salah satu deklarator untuk menurunkan bu Risma ternyata berasal dari partai pendukungnya sendiri, PDIP, dipimpin oleh Wisnu Sakti Buana, anak dari almarhum Soetjipto tokoh PDIP Jatim.
Gagal mendongkel Risma, mendadak Wisnu menjadi wakil walikota karena wakil Risma, yaitu Bambang DH, mencalonkan diri jadi Gubernur Jatim.
Masuknya Wisnu bukannya mendorong kinerja Risma, malah membuat Risma menjadi tertekan. Bahkan ketika Risma sedang membongkar komplek pelacuran Dolly, Wisnu salah satu yang tidak setuju.
Dan kita melihat adegan nasional dimana waktu itu Risma mengancam mundur dari jabatannya. Di undang ke Mata Najwa, Risma menangis tapi tidak mampu mengungkapkan apa yang menjadi bebannya. Sedangkan yang di Surabaya, terus saja menantang Risma untuk mundur.
Eh, gagal maning.. karena ternyata bu Risma gak jadi mundur sesudah Megawati turun tangan menyelesaikan masalah.
Masuk momen pilkada, Wisnu dengan gagah mengajukan diri menjadi calon walikota dari PDIP. Sayangnya, sudah konferensi pers kemana-mana, perintah datang lagi dari sang bunda, PDIP akan mencalonkan Risma.
Meraunglah beliau sekeras-kerasnya. Sobek bantal pink, robek robek celana, menyanyikan lagu "unbreak my heart" sekeras-kerasnya, tapi tidak merubah situasi. Akhirnya diambil jalan tengah, cup cup abrakadra.. Jadi wakil lagi.
Bu Risma orang birokrat, bukan politisi. Akhirnya mengalah supaya bisa bekerja. Mereka menang mutlak tanpa ada lawan tanding yang menawan. Surabaya hanya melihat sosok Risma tanpa melihat faktor pendukung lainnya.
Bambang DH, yang dulu gagal menjadi Gubernur Jatim, sekarang menjadi ketua DPP PDIP bidang pemenangan Pemilu. Posisi Bambang DH ini, orang dekat Wisnu, menjadi salah satu jalan terang kembali untuk menjadi Walikota.
Maka, diangkat teruslah nama Risma ke Jakarta untuk melawan Ahok. Ini kesempatan bagus. Selain Risma adalah lawan tanding yang sesuai bagi Ahok, ini juga membuka jalan bagi Wisnu yang sudah sejak lama ngebet untuk menjadi Walikota - untuk mencapai cita-citanya yang lama tertunda.
Pasti berbinar-binar wajahnya....
Sayangnya lagi, Risma mengeluarkan pernyataan bahwa "Ada yang ingin dirinya keluar dari Surabaya..". Sebuah sinyal yang kuat yang akan menjadikan seseorang kembali meraung merobek-robek bantal pink dan celananya, tapi kali ini menyanyikan lagu, "Fall again.."
Lagu Fall Again dulu di populerkan oleh sebuah sinetron yang berarti, " Gagal maning..."
Bu Risma sungguh kejam...
Tolong jangan kasih secangkir kopi, bu.. Entar bisa diminum secangkir-cangkirnya...
Seruputtt....
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment