HALAMAN

Tuesday, July 5, 2016

Wabah Intoleran



Dunia Hawa - Intoleran itu adalah penyakit menular. Ia bahkan bisa jadi wabah. Bagaimana penyebarannya?

Ada orang-orang intoleran dalam Islam. Mereka bertindak membuat kerusakan. Orang-orang Kristen menganggap mereka itu adalah wajah utuh dari keseluruhan umat Islam. Maka, orang Kristen yang tadinya toleran bisa berubah menjadi antipati terhadap umat Islam. 

Sebaliknya ada juga orang-orang intoleran di kalangan Kristen. Efek yang ditimbulkan sama seperti di atas, dalam arah sebaliknya.

Bagaimana menangkalnya? Dengan mengenali orang-orang intoleran itu, memisahkan identitas mereka dari orang toleran. Artinya, kita tidak perlu menganggap mereka sebagai representasi Islam atau Kristen. Mereka adalah representasi dari orang intoleran, apapun agamanya.

Tapi saya sadar bahwa itu saja tidak cukup. Ajaran Islam, meski di satu pihak diklaim sebagai ajaran toleran, penuh dengan muatan-muatan yang bisa dijadikan dasar untuk tidak toleran. Ada ayat yang menganggap Yahudi dan Nasrani itu musuh abadi. Ayat yang mengajarkan bahwa pihak mereka adalah pihak yang selalu memusuhi, dan Islam selalu jadi korban.

Ajaran yang ditanamkan sedemikian rupa membuat orang gagal melihat secara objektif. Tak peduli Wali Kota London seorang muslim, orang Islam tetap menganggap kaum muslim dizalimi di negeri non muslim. Pembantaian di Myanmar dijadikan alasan untuk menuduh Yahudi dan Nasrani. Begitulah, banyak orang dibutakan dari fakta, karena menerima informasi berbasis iman, bukan pikir.

Yang saya lakukan adalah kampanye untuk berhenti membaca kitab suci secara literal. Berhenti untuk memandang setiap kata dalam kitab suci adalah perintah suci. Sebagian dari kitab suci itu harus dipandang sebagai catatan sejarah. Ia cukup kita kenang sebagai bagian dari masa lalu, bukan panduan praktis untuk hidup sekarang.

Saya tahu ini pandangan yang sangat sulit diterima bahkan oleh kalangan moderat sekalipun. Tapi saya tidak akan pernah berhenti menyusun argumen dan mengkampanyekannya.

[hasanudin abdurakhman]

No comments:

Post a Comment