Terdakwa Jessica Kumala Wongso mengikuti sidang saksi kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (20/7/2016). Jessica didakwa dengan dugaan menaruh zat mengandung sianida ke dalam kopi yang diminum Mirna di Cafe Olivier, Grand Indonesia, Januari lalu.
Dunia Hawa - Sidang lanjutan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso kembali digelar hari ini Rabu 20 Juli 2016 di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pada persidangan kali ini Jaksa Penuntut Umum menghadirkan 4 orang saksi. Antara lain: Cindy Aprilia Cornelia (Resepsionis) , Marlon Alex Napitupulu (Pelayan/Server) , dan Agus (Pelayan)
Kesaksian Cindy (Resepsionis):
Cindy dalam kesaksiannya di persidangan menyebutkan bahwa di Olivier Cafe ada area smoking dan non smoking. Yang letaknya sebelah kanan adalah area smoking dan sebelah kiri adalah non smoking. Meja no smoking ada 15 meja. Meja nomor 20, 21, 22, 35, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 53, 54 dan 55. Dan meja Jessica adalah meja nomor 54.
Posisi meja nomor 54 ada di tengah dari meja nomor 53 dan 55. Cindy menyebut awalnya Jessica diajak menuju meja nomor 55, tapi sudah ada orangnya. Begitupun dengan meja nomor 55. Sehingga menurut Cindy, ia langsung mengantar Jessica ke meja nomor 54. Dan meja nomor 54 ada di tengah/di sebelah meja nomor 53 dan 55.
Dan bahkan Cindy pun menyebut bahwa Jessica tidak minta pindah meja sama sekali. Cindy mengarahkan Jessica ke meja nomor 54 karena hanya meja nomor 54 satu-satunya yang masih kosong di area no smoking yang berkapasitas empat orang (Sesuai dengan pesanan Jessica), Karena meja lain yang berkapasitas empat orang di area no smoking yakni meja nomor 53 dan 55 sudah ada orangnya.
Analisa: Sehingga jika kita mencermati dan memahami kesaksian yang disampaikan Cindy , maka sangat jelas secara nalar, logika dan akal sehat tidak ada celah atau waktu bagi Jessica untuk memasukan Natrium Sianida ke dalam gelas Vietnamesse Ice Coffe Mirna. Menjadi tidak ada celah ataupun waktu karena meja nomor 53 dan 55 yang berada di dekat meja Jessica (Meja nomor 54) berada sangat dekat dengan meja nomor 53 dan 55 yang sudah ada orangnya.
Sehingga pertanyaannya adalah bagaimana logikanya jika Jessica yang sudah tahu dan bahkan sangat mengetahui bahwa didekatnya (Meja nomor 53 dan 55) sudah ada orang tetapi masih memasukan Natrium Sianida ke dalam gelas Vietnamesse Ice Coffe? Ini tidak masuk di akal.
Kemudian dapat di clearkan pula bahwa tidak benar kalau Jessica yang sudah memilih meja nomor 54 tersebut, mengingat yang mengantar Jessica ke meja nomor 54 adalah Cindy yang merupakan resepsionis Olivier Cafe bukan Jessica yang memesan meja nomor 54. Karena hanya meja nomor 54 yang satu-satunya meja berkapasitas empat orang yang masih tersisa, sehingga Jessica terpaksa menerima meja nomor 54, karena sudah janjian dengan tiga teman lainnya (Mirna, Hani dan Vera- Tidak jadi datang-)
Cindy juga dalam persidangan tadi menyebutkan bahwa semua meja yang masuk dalam area no smoking semuanya dilewati Jessica. Cindy juga menyebut bahwa di dekat meja Jessica ada pembatas berwarna hitam berbentuk besi, ada pula tanaman disekitar meja yang diarahkannya tersebut (Meja nomor 54), sehingga aktivitas di meja nomor 54 tidak terlihat. Bahkan Cindy juga menyebut Jessica membawa paper bag.
Analisa: Itu artinya ,dengan Jessica melawati semua meja area no smoking tersebut, Jessica tahu betul bahwa semua meja di area itu sudah ada orangnya, keadaan di area meja no smoking juga sangat tidak aman dan bahkan sangat berbahaya jika Jessica menuangkan Natrium Sianida tersebut.
Sehingga saya yakin bukan Jessica yang mengakibatkan Mirna mati. Karena sangat tidak masuk di akal jika Jessica memasukan Natrium Sianida ke dalam Vietnamesse Ice Coffe Mirna ditengah sorotan 8 kamera CCTV dan adanya orang-orang yang ada di dekat mejanya (Meja nomor 54 yang diarahkan Cindy).
Karena Jessica melawati semua meja yang masuk dalam area no smoking. Terlebih lagi di Olivier Cafe ada 8 kamera CCTV. Meskipun sempat dinyatakan bahwa ada sebuah CCTV yang menghalangi arah sorotan dari kamera CCTV, juga terhalang oleh tanaman yang ada dibawah kamera CCTV, maka satu kamera CCTV yang menghalangi tidaklah akan berhasil menutupi apa yang terjadi di sekitar Olivier Cafe, toh masih ada 7 kamera CCTV lainnya yang terus menyorot di cafe tersebut.
Bahkan tidak hanya 7 kamera CCTV, tetapi ada berapa pasang mata dari orang-orang yang ada di area no smoking tersebut, sehingga ini sangat tidak memungkinkan bagi Jessica untuk memasukan Natrium Sianida. Menjadi tidak mungkin karena ada banyak kamera CCTV juga banyaknya orang yang ada di meja yang masuk dalam area no smoking (Ada 15 meja).
Kemudian terkait dengan kesaksian Cindy yang mneyebut bahwa ada tanaman disekitar meja nomor 54 sehingga menghalang-halangi sorotan kamera CCTV, Pertanyaannya adalah kamera CCTV posisinya tinggi sehingga tidak masuk di akal kalau hanya gara-gara tanaman aktivitas di meja nomor 54 (Meja Jessica) menjadi tidak terpantau kamera CCTV. Dan jika memang tanaman itu mempegaruhi sorotan kamera CCTV, mengapa pula tanaman itu diletakkan di dekat meja nomor 54? Ini tidak bisa kalau ingin menimpakan semuanya kepada Jessica.
Karena tanaman yang diletakan di dekat meja nomor 54 adalah milik Olivier Cafe bukan Jessica sehingga kalau sorotan CCTV jadi terhalang karena keberadaan tanaman itu, maka itu adalah kesalahan Olivier Cafe, mengapa harus ada tanaman di dekat meja yang berada di abwah kamera CCTV?
Kemudian dalam kesaksiannya , Cindy juga mengatakan bahwa setelah memesan meja untuk berempat (Jessica, Mirna, Hani, dan Vera- Tidak jadi datang) . Jessica izin keluar sejenak dan kembali sekitar pukul: 16:00 Wib.
Analisa: Kesaksian yang disampaikan Cindy benar, ini terlihat dalam kamera CCTV yang sempat diputarkan Jaksa Penuntut Umum. Dalam kamera CCTV itu jelas bahwa Jessica keluar dari Olivier Cafe setelah memesan meja ke resepsionis. Dan saat kembali lagi ke Olivier Cafe sekitar pukul 16:00 Wib, Jessica dalam kamera CCTV terlihat membawa 3 buah paper bag berwarna biru garis-garis putih.
Sehingga keluarnya Jessica dari Olivier Cafe lalu masuk lagi sekitar pukul: 16:00 Wib tidak merupakan sesuatu yang aneh bahkan sangat normal, karena Jessica keluar dari Olivier Cafe bertujuan ke Grand Indonesia untuk membeli hadiah untuk Mirna yang memang ingin diberikan Jessica sebagai hadiah yang dibungkus dalam 3 paper bag berwarna biru garis-garis putih.
Namun dalam kesaksian lainnya , Cindy juga terkesan ingin memojokan Jessica karena Cindy menyebut bahwa sebelum Jessica keluar dari Olivier Cafe, Jessica tampak melihat-lihat sejenak di area no smoking, hanya beberapa detik lalu pergi ke luar Olivier Cafe.
Analisa: Jessica sudah memesan tempat di Olivier Cafe (Dua meja berkapasitas empat orang yakni meja nomor 53 dan 55 sudah ada orangnya sehingga diarahkan Cindy ke meja nomor54).
Pertanyaan dari kesaksian yang disampaikan Cindy. Apakah Jessica tidak boleh melihat-lihat sejenak , beberapa detik di area no smoking? Bukankah Olivier Cafe ini tempat orang minum kopi? Lalu kalau Jessica melihat-lihat sejenak di temapt minum kopi (Olivier Cafe), memangnya kenapa, apa tidak boleh?
Jessica melihat-lihat sejenak hanya ingin tahu saja bagian di area no smoking, ini dikarenakan tanggal 6 Januari 2016 adalah pertama kali bagi Jessica datang ke Olivier Cafe, sehingga terlalu berlebihan kalau soal orang melihat-lihat di kafe , terlebih lagi Jessica yang baru pertama kali datang, langsung dianggap sesuatu yang aneh. Tidak ada yang aneh, apa tidak boleh melihat-lihat di Olivier Cafe? Dan saya yang hadir tadi pun merasa aneh, harusnya pertanyaan menohok ini ditanyakan oleh Tim Kuasa Hukum Jessica, tetapi seperti biasa, itu tidak dilakukan.
Kesaksian Marlon Alex Napitupulu (Pelayan):
‘’Saat mau closed bill. Saya tanya, kenapa kok mau closed bill? Dia (Jessica) jelaskan saya mau traktir teman-teman saya, jadi saya yang bayar,’’kata Marlon
Analisa: Yang jadi keanehan dari kesaksian Marlon adalah mengapa Marlon harus bertanya kepada Jessica kenapa kok mau closed bill? Karena tidak ada kewajiban atau suatu keharusan dari Marlon untuk menanyakan hal tersebut kepada Jessica, toh Jessica mau membayar dulu itu adalah urusan pribadi dia, kenapa Marlon malah menanyakan kenapa kok mau closed bill?
‘’Biasanya kalau seorang tamu akan membayar seluruh pesanan, mereka akan menaruh kartu kreditnya pada kasir,dan jika pembayaran secara tunai maka konsumen membayar uang muka 25% hingga 50%,’’ kata Marlon.
‘’Untuk closed bill saya pikir jarang bahakn hampir tidak pernah (terjadi), tamu bisa keeping card kalau pakai credit card, kalau tunai bisa bayar DP 50%, tidak closed bill,’’kata Marlon.
‘’Posisi kopi berada lebih dekat dengan tangan kiri terdakwa’’ ucap Marlon.
‘’Bisa terjangkau tanpa menggeser tempat duduk’’ucap Marlon.
Analisa: Tidak perlu seperti biasa membayar uang muka lebih dulu seperti yang dikatakan Marlon, toh Jessica sebagai tamu melakukan pembayaran atas minuman yang dipesannya adalah kewajibannya sehingga tidak perlu harus menunggu sampai semua minuman itu habis baru kemudian dibayar.
Karena apa salahnya kalau Jessica tidak membayar uang muka lebih dulu? Apa salahnya pula kalau Jessica membayar duluan? Apakah ada SOP Olivier Cafe yang mengharuskan bahwa harus membayar uang muka dulu 25%-50% baru kemudian dibayar? Apa salah kalau Jessica mau closed bill? Kalau salah, salahnya dimana?
Nah, kemudian terkait dengan kesaksian Marlon, yang dalam kesaksiannya menyebutkan bahwa posisi kopi berada lebih dekat dengan tangan kiri terdakwa, maka yang jadi pertanyaannya adalah siapakah yang memesan Vietnamesse Ice Coffe? Tentu Jessica, nah kalau pemesannya adalah Jessica, lalu apa salahnya kalau Vietnamesse Ice Coffe itu berada di dekat tangan kiri Jessica? Apa salahnya?
Lalu, Apakah Vitenamesse Ice Coffe tidak boleh berada didekat tangan kiri Jessica? Kalau Vietnamesse Ice Coffe berada di dekat tangan kiri Jessica, Jessica untu mempermudah Jessica melakukan sesuatu? Lalu kalau gelas berisi Vietnamesse Ice Coffe bisa terjangkau Jessica tanpa harus menggeser tempat duduk, apa salahnya? Salahnya dimana? Masa harus diletakkan jauh dari pembelinya? Tentu kesaksian Marlon ini harusnya ditohok oleh Tim Kuasa Hukum Jessica, tetapi lagi-lagi tidak dilakukan.
Kesaksian Agus Triono (Pelayan):
‘’Teman saya Rosi bilang itu table 54 ibunya minumnya jamu kunyit. Nggak berapa lama korban sudah pingsan,’’ kata Agus.
‘’Sebelumnya belum pernah terjadi, saya pikir itu jamu kunyit, kopinya sudah habis diganti jamu kunyit,’’kata Agus.
Analisa: Warna dari Vietnamesse Ice Coffe adalah warna cokelat. Komposisi dari Vietnamesse Ice Coffe: Kopi Robusta, susu, es batu, air hangat. Sehingga menjadi aneh jika kopi yang awalnya berwarna cokelat bisa berubah menjadi warna kuning seperti kunyit. Apa yang menyebabkan kopi yang berwarna cokelat bisa berubah menjadi warna kuning seperti kunyit? Ini yang masih menjadi tanda tanya besar.
Kemudian terkait dengan kesaksian Agus yang menyebut bahwa sebelumnya belum pernah terjadi (berubah warna), maka ini adalah kesaksian yang sangat lemah karena tidak mungkin kopi berwarna cokelat bisa berubah warna menjadi kuning seperti kunyit.
Natrium Sianida tidak berwarna dan tidak berbau sehingga saya yakin Jessica bukan yang meracun Mirna hingga mengakibatkan Mirna mati. Karena kopi berubah warna menjadi warna kuning adalah di luar akal sehat. Dan sampai saat ini belum ada satu bukti pun yang mengarah pada Jessica yang telah didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap Mirna.
[ricky vinando/kompasioner]
No comments:
Post a Comment