Dunia Hawa - Lalu Adian pun meminta agar Teman Ahok meminta maaf kepada Pospera. Sebagai senior relawan, Pospera merasa punya lebih banyak pengalaman dibanding Teman Ahok.
Akhirnya Dalang mantan Teman Ahok, mereka yang menyusupkan pemalsu KTP, pengkhianat Teman Ahok, muncul dengan sendirinya ke permukaan, Sudah kepalang basah, telanjur telanjang bulat-bulat, Adian 'bodat' Napitupulu, langsung mengultimatum Teman Ahok segera minta maaf kepada Pospera karena posisi Pospera sebagai Senior relawan yang punya pengalaman lebih banyak.
Menggelikan, belum lebaran sudah memaksa Teman Ahok minta maaf. Apa tidak terbalik? Mustinya Adian 'bodat' Napitupulu lah yang minta maaf mencium kaki Teman Ahok sambil meraung-raung menangis. Yang merecoki siapa? apakah Teman Ahok pernah usil terlebih dahulu ke Pospera?, lantas kenapa Pospera menyusupkan penipu ke Teman Ahok? kalau kalah bersaing merebut dukungan rakyat, janganlah malu-malu sebagai Senior relawan belajar menimba ilmu ke Teman Ahok. Tidak mesti yang lebih Senior itu punya ilmu lebih, apalagi sekelas Adian 'bodat' Napitupulu yang dulunya anggota Forkot (Forum Kota) yang tak jelas asal usul sekolahnya, jangan-jangan lulusan sekolah preman.
Tuduhan-tuduhan, dari pengumpulan dana yang tak transparan, pemalsuan data KTP, dan sponsor di belakang Teman Ahok bukan urusan Pospera apalagi Adian 'bodat' Napitupulu. Sudah ada penegak hukum dan KPU DKI Jakarta yang kelak akan memverifikasi itu semua. Bila ada pidana maka itu akan menjadi domain penegak hukum. Untuk apa Pospera dan Adian 'bodat' Napitupulu ikut cawe-cawe?, alangkah baiknya bila Pospera mengurus kasus pidana anggota DPR maling.
Semua sudah bisa membaca, Pospera dimanfaatkan Partai Politik yang tidak rela Ahok maju lewat jalur perseorangan, Motor utamanya adalah PDI Perjuangan dan beberapa Partai Politik lainnya yang tidak mendukung Ahok. PDI Perjuangan punya motif Ahok dipisahkan dari Teman Ahok kemudian kembali menghadap si mbok untuk mengemis dukungan PDI Perjuangan. Ini kampungan. Jika hendak merebut Ahok kembali dari Teman Ahok, maka PDI Perjuangan bisa mencontoh Partai NasDem, Hanura dan Golkar yang terbukti mampu membaca situasi politik ke depan dengan piawainya. Kini tak ada jalan bagi PDI Perjuangan bisa membajak Ahok dari ketiga Partai Politik itu dan juga dari Teman Ahok.
Bagi Ahok, sebagai politikus yang punya kecerdasan, bila pintu yang satu dipersulit maka bisa melalui pintu lain asalkan Ahoklah yang memegang 'kunci' masuk ke pintu alternatifnya. Sepanjang ketiga Partai Politik itu memberi wewenang penuh ke Ahok maka tak haram untuk menggunakannnya. Yang pasti ditolak Ahok adalah bila dukungan ketiga Partai Politik itu diberi embel-embel konsesi tertentu. Jadi salah alamat dengan apa yang disampaikan oleh Hidayat Nurwahid yang menuduh Ahok inkonsisten, awalnya akan maju lewat perseorangan kenapa naga-naganya kini akan maju lewat Partai Politik? Hidayat Nurwahid semestinya menyalahkan revisi UU Pilkada yang mengharuskan verifikasi faktual terhadap seluruh KTP pendukung. Ini revisi yang muncul dari otak-otak edan anggota DPR asal PDI Perjuangan dan Gerindra. Bayangkan untuk verifikasi faktual terhadap sejuta data KTP hanya tersedia waktu 14 hari! dengan alamat yang ratusan ribu lokasinya apakah ini namanya bukan menjegal majunya Ahok melalui jalur perseorangan?
Yang keliru diperhitungkan PDI Perjuangan adalah skenario menjauhkan Ahok dari Teman Ahok maka Ahok PASTI akan ke si mbok. Kenyataannya, sudah menjatuhkan nama Teman Ahok melalui para mantan Teman Ahok lewat konferensi pers di Cikini, hasilnya publik malah membenci mereka dan Ahok malah mendapat tambahan dukungan dari Partai Golkar. PDI Perjuangan sebagai sponsor dengan tokoh utama Adian 'bodat' Napitupulu dan Junimart Girsang akan menjadi sasaran tembak paling tidak dari sejuta pendukung Ahok.
Yang seharusnya dilakukan adalah, Adian 'bodat' Napitupulu dan Junimart Girsang segera minta maaf ke Ahok dan Teman Ahok, kalau perlu cium kaki. Tanpa itu, bola salju akan membesar dan PDI Perjuangan akan menuai akibatnya pada pemilu 2019.
[immortal unbeliever/ kompasioner]
No comments:
Post a Comment