Dunia Hawa - Hubungan suami istri dalam Islam berlandaskan atas firman Allah: ”Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman." Penggalan "Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki" diparameteri oleh Hadits Nabi bahwa semua cara boleh namun tidak boleh memasukkan zakar dalam anus atau dubur yang dengan demikian menjadi haram hukumnya.
Maka tiba masalah datang kepada suami istri yang menggebu-gebu syahwatnya sehingga tergoda untuk melakukan oral seks. Ternyata Islam sudah melakukan kajian hal yang baru-baru saja sangat santer karna koneksi internet menembus seluruh sudut kehidupan kita yang menyambungkan dua kutub timur dan barat.
Mayoritas ulama yang melakukan pembahasan tentang hukumnya dalam Islam bervariasi dari boleh sampai makruh, hanya sedikit dari mereka yang mengatakan haram karna belum ada dalil yang mengharamkanya. Persetubuhan suami istri dalam Islam adalah sedekah, bersenang-senang antar suami istri adalah sedekah, sehingga pemanasan sebelum babak yang sesungguhnya dimulai menjadi suatu hal yang dianjurkan agar tidak ada fihak yang disakiti karna belum keluarnya "pelumas" dari kemaluan istri.
Pemananasan dalam hubungan suami istri adalah hal yang penting agar cara kita melakukannya tidak menyamai cara binatang yang tidak menggunakan unsur-unsur perasaan dalam bercinta. Mana ada binatang yang melakukan fore play dengan menghisap zakar pasangannya?.
Yusuf Qardhawi dalam menjawab masalah ini mengatakan membolehkan Oral Sex bagi pasutri dan ketika Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdirrahman Al Jibrin ditanya “Bolehkah seorang wanita mencium kemaluan suaminya, begitu pula sebaliknya?”, maka beliau menjawab: “Hal ini dibolehkan, namun dimakruhkan. Karena asalnya pasutri boleh bersenang-senang satu dan lainnya, menikmati seluruh badan pasangannya kecuali jika ada dalil yang melarang.
Boleh antara suami istri menyentuh kemaluan satu dan lainnya dengan tangannya dan memandangnya. Akan tetapi, mencium kemaluan semacam itu tidak disukai oleh jiwa karena masih ada cara lain yang lebih menyenangkan.” “Hal ini dibolehkan, namun dimakruhkan. Karena asalnya pasutri boleh bersenang-senang satu dan lainnya, menikmati seluruh badan pasangannya kecuali jika ada dalil yang melarang.
Boleh antara suami istri menyentuh kemaluan satu dan lainnya dengan tangannya dan memandangnya. Akan tetapi, mencium kemaluan semacam itu tidak disukai oleh jiwa karena masih ada cara lain yang lebih menyenangkan.” Pendapat yang hampir sama namun lebih konprehensif datang dari Syaikh Musa Hasan Mayan,beliau menjawab pertanyaan serupa dengan mengatakan: “Tidak mengapa melakukan seperti itu.
Seorang pria boleh saja bersenang-senang dengan istrinya dengan berbagai macam cara, ia boleh menikmati seluruh tubuhnya selama tidak ada dalil yang melarang. Namun tidak boleh ia menyetubuhi istrinya di dubur dan tidak boleh berhubungan seks dengan istrinya di masa haid. Sedangkan mencium kemaluan pasangannya, tidak ada masalah. Itu adalah tambahan dari yang dihalalkan karena tidak ada dalil yang mengharamkan, syari’at pun mendiamkannya. Sehingga oral seks semacam itu kembali ke hukum asal yaitu boleh. Yang menyatakan haramnya harus mendatangkan dalil, namun sebenarnya tidak ada dalil yang melarang perbuatan semacam ini.
Kebenaran adalah di sisi Allah." Hal yang perlu diperhatikan dalam oral sex adalah kebersihan organ vital , agar pasangan yakin dengan kebersihannya karna alat vital adalah tempat keluarnya najis karna itu ada pendapat yang sampai mengharamkannya berdasarkan alat vital adalah tempat keluarnya najis ini, namun amat lemahlah pendapat ini karna najis memang harus selalu dibersihkan di mana mana tempat dan ketika sudah dibersihkan maka hal itu sudah menjadi suci. Kemudian agar diketahui untuk tidak menelan cairan madzi, madzi adalah cairan yang keluar sebelum sperma.
Seluruh ulama berpendapat bahwa madzi adalah najis yang sama sekali berbeda dengan sperma. Namun demikian jika dalam sarana oral seks ini ada unsur penyakit yang membahayakan maka hukum yang mayoritas membolehkan bisa menjadi haram hukumnya atas dasar kaidah ushul fiqh berdasar hadist nabi: لا ضَرَرَ ولا ضِرارَ "Tidak boleh memulai memberi dampak buruk (mudhorot) pada orang lain, begitu pula membalasnya." (HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni 3: 77, Al Baihaqi 6: 69, Al Hakim 2: 66. Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih).
Jika anda masih tetap ragu terhadap hukumnya namun sangat ingin melakukannya terhadap suami /istri anda maka sebaiknya meninggalkan keraguan dan menetapkan hati untuk melakukannya dengan dasar menyenangkan suami ataupu sebaliknya adalah sedekah hal mana lebih baik dari pada masuk dalam jurang perzinahan Nauzu billahi min zaalik , perintah nabi Da’maa yuribuuka ila maa laa yuribuka” (tinggalkan hal-hal yang meragukanmu dan pilihlah sesuatu yang tidak meragukanmu .
Dan ketika agama mendiamkannya tanpa ada dalil yang jelas mengharamkannya sebaiknya kita ambil kesempatan ini dan tidak banyak bertanya karna dari banyak bertanya akan menyusahkan diri kita sendiri sebagaimana firman Allah YA AYYUHA ALLADZINA AMANU. LA TAS'ALU 'AN ASY-YAA IN TUBDA LAKUM TASUKKUM ( wahai orang-orang yang beriman janganlah menanyakan hal-hal yang bila diterangkan kepada kamu niscaya menyusahkan (QS al-Maidah :101) Wallahu a'lam bisshowab.
[nurkholis ghufron/ kompasioner]
No comments:
Post a Comment