Dunia Hawa - Dalil para ulama yang membolehkan :
Pertama :Keumuman firman Allah
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki“ (QS Al-Baqoroh : 223)
Ayat ini menunjukkan seorang suami berhak melakukan segala cara jimak dalam menikmati istrinya kecuali ada dalil yang melarang seperti menjimak wanita yang haid dan nifas atau menjimak wanita di duburnya
Kedua :
Para ulama sepakat akan bolehnya menyentuh kemaluan istri.Ibnu ‘Abidin Al-Hanafi berkata
سَأَل أَبُو يُوسُفَ أَبَا حَنِيفَةَ عَنِ الرَّجُل يَمَسُّ فَرْجَ امْرَأَتِهِ وَهِيَ تَمَسُّ فَرْجَهُ لِيَتَحَرَّكَ عَلَيْهَا هَل تَرَى بِذَلِكَ بَأْسًا قَال لاَ وَأَرْجُو أَنْ يَعْظُمَ الأَْجْرُ
Abu Yuusuf bertanya kepada Abu Hanifah rahimahullah- tentang seseorang yang memegang kemaluan istrinya, dan sang istri yang menyentuh kemaluan suaminya agar tergerak syahwatnya kepada sang istri, maka apakah menurutmu bermasalah ?
Abu Hanifah berkata, “Tidak mengapa, dan aku berharap besar pahalanya
REFF
Haasyiat Ibni ‘Aabidiin Juz 6 Hal 367
Al-Bahr Ar-Raaiq syarh Kanz Ad-Daqooiq Juz 8 Hal 220
Tabyiinul Haqoo’iq 6/19
Ketiga : Pernyataan sebagian fuqohaa yang menunjukkan akan bolehnya mencium kemaluan (vagina) wanita
Hal ini sangat ditegaskan terutama di kalangan para ulama madzhab Hanbali dimana mereka menjelaskan akan bolehnya seorang suami mencium kemaluan istrinya sebelum berjimak, akan tetapi hukumnya makruh setelah berjimak
REFF: Kasyaaful Qinaa’ 5/16-17
Al-Inshoof 8/27, Al-Iqnaa’ 3/240
Keempat :Bahkan ada sebagian fuqohaa yang menyatakan bolehnya lebih dari sekedar mencium. Yaitu bahkan dibolehkan menjilat kemaluan
Sang istri.Al-Hatthoob Rahimahullah berkata :
قَدْ رُوِيَ عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ قَال لاَ بَأْسَ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى الْفَرْجِ فِي حَال الْجِمَاعِ وَزَادَ فِي رِوَايَةٍ وَيَلْحَسَهُ بِلِسَانِهِ وَهُوَ مُبَالَغَةٌ فِي الإِْبَاحَةِ وَلَيْسَ كَذَلِكَ عَلَى ظَاهِرِهِ
Telah diriwayatkan dari Imam Malik –rahimahullah- bahwasanya ia berkata, “Tidak mengapa melihat kemaluan tatkala berjimak”. Dan dalam riwayat yang lain ada tambahan, “Ia menjilat kemaluan istrinya dengan lidahnya”
Dan ini merupakan bentuk mubaalaghoh (sekedar penekanan) akan bolehnya, akan tetapi bukan pada dzhohirnya”
REFF:
Mawaahibul Jaliil 5/23
Al-Malibaariy Al-Fanaaniy (dari kalangan ulama abad 10 hijriyah dari madzhab As-Syafi’iyah berkata:
يَجُوزُ لِلزَّوْجِ كُل تَمَتُّعٍ مِنْهَا بِمَا سِوَى حَلْقَةِ دُبُرِهَا ، وَلَوْ بِمَصِّ بَظْرِهَا
Boleh bagi seorang suami segala bentuk menikmati istrinya kecuali lingkaran dubur, bahkan meskipun mengisap kiltorisnya
REFF: Fathul Mu’iin bi Syarh Qurrotil ‘Ain bi Muhimmaatid diin, hal 482 terbitan Daar Ibnu Hazm cetakan pertama tahun 1424 H-2004 H, Tahqiq : Bassaam Abdul Wahhaab Al-Jaabir
TAMBAHAN
Zainuddin al-Malaibari :
ﺗﺘﻤﺔ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﺰﻭﺝ ﻛﻞ ﺗﻤﺘﻊ ﻣﻨﻬﺎ ﺑﻤﺎ ﺳﻮﻯ ﺣﻠﻘﺔ ﺩﺑﺮﻫﺎ ﻭﻟﻮ ﺑﻤﺺ ﺑﻈﺮﻫﺎ
Boleh bagi suami menikmati semua jenis aktivitas seks dari istrinya selain pada lingkaran duburnya, meskipun dilakukan dengan menghisap klitorisnya
Reff - Fathul Mu'in, 3/340
- Al-Bahuthi:
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﻳﺠﻮﺯ ﺗﻘﺒﻴﻞ ﻓﺮﺝ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ
Qadhi Ibnu Muflih berkata : Boleh mencium kelamin isterinya sebelum bersetubuh
- Kasysyaful Qana' 5/17
- Al-Haththab :
ﻭﻗﺪ ﺭﻭﻱ ﻋﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻻ ﺑﺄﺱ ﺃﻥ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻔﺮﺝ ﻓﻲ ﺣﺎﻝ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ﻭﺯﺍﺩ ﻓﻲ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻭﻳﻠﺤﺴﻪ ﺑﻠﺴﺎﻧﻪ
Disebutkan riwayat dari Imam Malik bahwasanya beliau berkata: Tidak apa-apa melihat kemaluan saat bersetubuh
Ditambahkan dalam riwayat lain : Serta menjilat kemaluan tersebut dengan lidahnya Mawahib al-Jalil 5/23
Al-Qurthubi
ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺃﺻﺒﻎ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﺎﺋﻨﺎ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻪ ﺃﻥ ﻳﻠﺤﺴﻪ ﺑﻠﺴﺎﻧﻪ
Ashbagh salah satu ulama [malikiyah] kami berkata: Boleh baginya [suami] menjilatnya [kemaluan istrinya] dengan lidahnya
Tafsir Al- Qurthubi, 12/232
TRUS GIMANA DENGAN MADLI NYA KAN NAJIS ?
hal itu blom pasti
tinggal berkumur kan beres Analogi yang paling dekat dengan masalah ini adalah pada oral seks Cunnilingus Sebagaimana dijelaskan di atas, telah disebutkan dalam Fathul Mu'in, Kasysyaful Qana', Mawahibul Jalil, dan beragam kitab lainnya bahwa oral seks kelamin wanita diperbolehkan meskipun sama- sama beresiko menelan madzi. Boleh jadi hal itu karena sifat keluarnya madzi tidak pasti, di samping bisa dimuntahkan
Antara lain mengambil i'tibar dari kesucian dzakar dari rembasan farji (ruthubah).
[File Pelajaran ilmu Seks islam]
No comments:
Post a Comment