Dunia Hawa - Setelah Djan Faridz resmi terkapar dari bursa kursi orang nomor satu di PPP, dan partai berlambang Ka'bah itu resmi secara sah dipegang oleh Romahurmuziy yang merupakan kawan dekatnya Ahok, Lulung pun mengalami apa yang namanya Madesu, yaitu Masa Depan Suram. Bagaimana enggak madesu, sepak terjangnya dikunci oleh Romahurmuziy yang sedari dulu memang tak menyukai sepak terjangnya Lulung.
Bukan hanya Romahurmuziy saja yang mengunci sepak terjangnya Lulung demi ambisinya menjadi orang nomor satu di DKI, akan tetapi kubu Djan Faridz yang sudah keok pun justru menyundul Yusril sebagai calon Gubernur DKI, bukan si Lulung ini.
Nasibnya Lulung di PPP ini bisa jadi akan berakhir tragis seperti yang dialami oleh Fahri Hamzah yang tergusur secara menyakitkan penuh derai air mata yang mengiris kalbu dari partai PKS.
Namun kini semangat Lulung menyala lagi setelah diundang oleh Partai Demokrat besutannya SBY itu untuk mendaftar menjadi cagub DKI dari DPD Partai Demokrat.
Dengan semangat menggebu-gebu yang tak tertahankan lagi, Lulung pun segera menyambar kesempatan emas yang tak boleh disia-siakan itu dengan segera mengambil formulir pendaftaran cagub DKI di kantor DPD Partai Demokrat di Rawamangun, Jakarta Timur.
Sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada partai Demokrat yang telah mengundangnya mendaftar nyagub, Lulung pun memuja muji partai Demokrat setinggi langit. Lulung bilang visi, misi, asas, dan ideologi Partai Demokrat sejalan dengan pikiran semangat dan nilai dengan yang dianutnya.
Kasihan sekali partai Demokrat ini, saking gelap mata, akhirnya nekat mengundang politisi sampah untuk daftar nyagub di partainya. PPP saja sadar sesadar-sadaryha bahwa menyundul Lulung menjadi cagub DKI sama saja bunuh diri politik, karena mengusung calon yang sudah jelas-jelas pasti kalah hanya akan bikin elektabikitas partai ambruk dan tumbang rata dengan tanah.
Satu hal yang bikin aku sampai saat ini ngakak nyaris guling-guling, syarat minimal parpol untuk menyundul calonnya dalam pesta nyagub DKI inj yaitu minimal harus punya 20% dari total kursi di DPRD DKI atau minimal 22 kursi, sedangakn partai Demokrat hanya punya 10 kursi saja di DPRD DKI, tapi kok grasa grusu sundul sana sundul sini calon Gubernur dari Partai Demokrat. Ngerti pokitik nggsk sich?
Asli lucu banget ...
[mawalu/ kompasioner]
No comments:
Post a Comment