Dunia Hawa - Entah kenapa tadi malam saya nonton video2nya Dr. Zakir Naik.
Tertarik juga kenapa orang sedemikian heboh terhadap sosok ini. Selama ini saya hanya mendapat info dari copasan2, pendapat2 dan baru tadi malam berkesempatan menonton aksinya langsung di youtube.
Dan seperti biasa saya selalu mengosongkan semua "apa yg saya percayai" supaya bisa berlaku adil dan obyektif dalam menilai.
Jujur saya tidak melihat serangan terhadap keyakinan apapun yang dilakukan Zakir Naik. Yang ia lakukan hanya menjawab pertanyaan dari orang yg berbeda agama dengannya, dan jawaban yang dia berikan selalu berdasarkan kitab2nya. Malah kadang saya ketawa sendiri ketika yang bertanya, di kick balik oleh Zakir Naik "apakah ia sudah membaca kitabnya sendiri dengan benar ?" Ternyata belum.
Seperti seorang wanita Kristen yang berkata bahwa untuk menjadi seorang Kristiani harus mengikuti pendapat gereja. Sama saja dengan di banyak orang Islam yang hanya mengikuti pendapat ulama, tanpa mau membaca kitabnya dan berfikir. Padahal di 2 agama ini, MasyaAllah, banyak banget sektenya. Jadi gereja atau ulama mana yang harus diikuti sebagai patokan kebenaran petunjuknya ? Zakir Naik malah mengajak semuanya kembali ke kitab sucinya.
Oke, yang lintas agama tidak menarik lagi buat saya. Saya coba yang antar agama, syiah dan sunni.
Dan saya kembali tidak menemukan hujatan Zakir Naik terhadap syiah, hal yang biasa saya dapatkan dari ulama2 yang keras. Malah ia berkata, tidak ada syiah dan sunni dalam Islam, yang ada hanyalah muslim. Lah, itu kan bahasa persatuan ? Trus salahnya dimana ?
Ternyata salahnya adalah di lebay-nya para penonton Zakir Naik, terutama yang menontonnya lewat youtube.
Di muslim yg lebay, judul2nya bombastis, seakan Zakir Naik adalah Superman. Dan biasanya dibumbui pernyataan2 "sekian orang masuk Islam..", "Zakir Naik membuat malu Kristen.." seperti itulah, saya hapal sekali model2 begituan.
Beberapa yang Kristen juga lebay. Bereaksi berlebihan terhadap pernyataan2 si muslim yang lebay. Padahal seandainya mereka mau duduk dan mengosongkan dirinya dulu bukan sibuk mendebat, maka ia bisa mulai membaca kitab2nya sendiri dan berdialog dengan pikirannya, bukan untuk pindah agama, tetapi untuk memperdalam petunjuk2 di kitab sendiri.
Yang syiah juga lebay.
Hanya karena Zakir Naik berpatokan pada hadis2 di sunni, maka ia dicap anti syiah. Lalu men-capnya wahabi hanya karena ia bercelana cingkrang dan berjenggot. Kalau patokannya adalah sejarah Islam, perdebatan itu sdh berlangsung berabad2 lamanya dan bukan hal baru. Zakir Naik bahkan tidak menyerang syiah, ia hanya berpatokan pada sejarah yg diyakininya berdasarkan hadis2 sunni.
Terlalu memuja dan terlalu membenci, itu saja masalahnya sehingga Zakir Naik terbentuk sesuai persepsi dan banyak dari kita menghakimi berdasarkan persepsi orang lain tanpa mau bersusah-payah mencari.
Seperti secangkir kopi. Seandainya banyak orang mengatakan bahwa ia pahit, tentu kita akan berfikir dua kali meminumnya apalagi warnanya hitam tidak menarik. Adil sejak dalam pikiran, begitu kata Pramudya Ananta Toer.
Susah memang dalam prakteknya.. Tapi juga ga perlu lebay kayak alay yang jarang dipakai..
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment