Pelaksanaan hukuman cambuk terhadap seorang wanita beragama Kristen di Takengon Aceh karena menjual alkohol tak sesuai dengan aturan dalam Syariat yang hanya diterapkan untuk Muslim, menurut kepala dinas Syariat.
Syahrizal Abbas, Kepala Dinas Syariat Islam Aceh mengatakan dalam qanun jinayah diatur jelas bahwa pemberlakuan hukuman hanya untuk Muslim. "Kecuali bila dia (pelaku) dengan sadar minta dihukum cambuk, atas kesadaran sendiri. Garansi bahwa syariat hanya berlaku bagi Muslim adalah UU No 11 tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh," kata Syahrizal kepada BBC Indonesia.
Qanun Jinayat mulai diberlakukan di Aceh sejak Oktober lalu dengan hukuman cambuk antara lain diberlakukan dan mencakup khalwat (mesum), khamr (alkohol) dan maisr (perjudian).
Hanya berlaku pada Muslim
Sejak diberlakukan, sejumlah hukum cambuk telah ditetapkan, langkah yang mendapatkan penentangan dari sejumlah organisasi hak asasi manusia.
"Kalau melakukan pelanggaran yang tak diatur dalam hukum jinayat, maka yang berlaku adalah hukum nasional. Bila ia mau menundukkan diri dan berlaku syariah, boleh. Tapi pada prinsipnya berlaku pada Muslim," kata Syahrizal yang menyatakan belum mendapatkan laporan dari Aceh Tengah terkait hukuman cambuk ini.
Sejumlah komentar dari media sosial terkait hukuman cambuk ini termasuk dari Nani Armayani yang menyebutkan, "Apa kabar dengan ganja yang berhektar-hektar?...Yang menanam perlu dicambuk 28 juta kali?", sementara Tengku Arief Udin Tambusai menulis, "Kalau Pemda Aceh memang berani coba tertibkan rakyatnya yang suka nanam ganja, masak...Jangan cuma mengkaji hal kecil."
Kantor berita AFP menyebutkan wanita itu dicambuk 30 kali dengan rotan di depan ratusan orang bersama satu pasangan yang dicambuk 100 kali karena zinah.
"Inilah kasus pertama non-Muslim dihukum berdasarkan syariat," kata Lili Suparli pejabat di kantor kejaksaan Aceh Tengah kepada kantor berita AFP.
[bbc.com]
No comments:
Post a Comment