Katuk adalah sejenis sayuran daun. Tanaman dengan nama latin Sauropus
adrogynus termasuk famili Euphorbiaceae. Begitu populernya, tiap daerah
punya sebutan bagi daun patuk — memata (Melayu), simani (Minangkabau),
katuk (Sunda), kebing dan katukan (Jawa), serta kerakur (Madura).
Tanaman katuk ini tumbuh di berbagai daerah di India, Malaysia, dan
Indonesia.
Di Indonesia, ia tumbuh di dataran dengan ketinggian 2.100
meter di atas permukaan laut (mdpl). Bentuknya perdu dan bisa mencapai
tinggi 2-3 meter, dengan cabang-cabang yang cukup lunak.
Daun
katuk tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai
bundar dengan panjang 2,5 cm dan lebar 1,25 – 3 cm. Bunga daun katuk
berbentuk tunggal berkelompok tiga. Buah bertangkai panjang 1,25 cm.
Tanaman ini dapat diperbanyak dengan stek dari batang yang sudah
berkayu. Zat dan senyawa yang terkandung di dalamnya mencakup protein,
lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin (A, B, C), pirolidinon, dan metil
piroglutamat serta p-dodesilfenol sebagai komponen minor. Selain itu
terkandung pula energi, hidrat arang, serat, abu, kalsium, karoten, dan
air.
Di Indonesia, daun katuk
umumnya dimanfaatkan untuk melancarkan air susu ibu. Daun ini sudah
diproduksi sebagai sediaan fitofarmaka yang berkhasiat untuk melancarkan
ASI. Setidaknya sepuluh produk pelancar ASI yang mengandung daun katuk
telah beredar di Indonesia sejak tahun 2000. Selain itu, konsumsi sayur
katuk oleh ibu menyusui dapat memperlama waktu menyusui bayi perempuan
secara nyata dan untuk bayi pria hanya meningkatkan frekuensi dan lama
menyusui. Namun demikian, penelitian terhadap efek samping penggunaan
daun katuk sebagai pelancar ASI ini masih belum pernah dilakukan di
Indonesia, sehingga belum teruji 100 persen keamanannya.
Di
Amerika, daun katuk goreng, salad dan katuk, dan minuman banyak
dikonsumsi oleh masyarakat sebagai obat antiobesitas (pelangsing tubuh).
Berhubung
katuk merupakan satu-satunya tanaman lokal yang memiliki kadar klorofil
tinggi, maka di dalamnya terkandung antioksidan dalam jumlah besar yang
sangat bermanfaat untuk mencegah radikal bebas dan mencegah penuaan
dini. Ia juga berkhasiat untuk menanggulangi penyakit kurang darah
(anemia), meningkatkan efisiensi absorsi saluran pencernaan, mengecegah
kelelahan, dan menghambat terjadinya penyakit kronis pembuluh darah.
Beberapa manfaat daun katuk lainnya di antaranya:
Menyembuhkan bisul, borok, menghilangkan darah kotor, serta
menyembuhkan demam dan influenza, karena mengandung banyak vitamin C
(lebih tinggi dari jeruk maupun jambu biji) yang sangat dibutuhkan oleh
tubuh, termasuk untuk meningkatkan ketahanan tubuh, membentuk kolagen,
mengangkut lemak, mengatur tingkat kolesterol, menyembuhkan luka, serta
meningkatkan fungsi otak agar bekerja maksimal.
Mencegah penyakit mata, meningkatkan pertumbuhan sel, dan menjaga kesehatan kulit, karena mengandung banyak vitamin A.
Membangkitkan vitalitas seks serta meningkatkan kualitas dan jumlah sperma, karena kaya senyawa fitokimia.
Mencegah osteoporosis, karena mengandung banyak kalsium yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kepadatan tulang.
Disarankan
untuk merebus dan menumis daun katuk terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi. Ini terutama untuk menghilangkan sifat racun (antiprotozoa)
pada daun katuk. Yang perlu diperhatikan, mengkonsumsi daun katuk dalam
jumlah banyak maupun dalam kondisi mentah dapat mengakibatkan berbagai
efek samping yang buruk bagi tubuh. Selain mengganggu penyerapan kalsium
dan fosfor, bahkan dapat mengakibatkan gejala sulit tidur, tidak enak
makan, dan sesak nafas.
sumber : tanaman obat
buka juga yang ini :
No comments:
Post a Comment