Sunday, May 28, 2017

Jaksa Masih Ingin Melanjutkan Banding Perkara Ahok, Ada Apa Ini?


DUNIA HAWA Perkara kasus Ahok atas dugaan penistaan agama kemungkinan akan kembali bergulir, seperti sebagian besar masyarakat ketahui bahwa Ahok sendiri sebelumnya telah menyatakan untuk mencabut banding atas perkaranya dan menerima hasil putusan hakim, seperti yang disampaikan oleh istri Ahok pada saat konferensi pers. Perkiraan saya kasus Ahok ini sudah akan berakhir saat Ahok secara resmi menyatakan untuk mencabut banding beberapa hari yang lalu, namun sepertinya masih banyak pihak yang belum puas atas putusan hakim dan ingin melanjutkan perkara kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, Atau kalau kita disuruh untuk berfikir positif mungkin saja jaksa keberatan atas putusan hakim dan melanjutkan kasus ini untuk mencari kesalahan dalam putusan hakim sebelumnya dengan tujuan untuk meringankan hukuman Ahok, ah tapi itu hanya halusinasi kayaknya dan bisa saja terjadi jika memang jaksanya benar-benar jaksa yang bener.

Keseriusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dalam merespon banding yang diajukan oleh jaksa ini sudah terlihat dengan sudah ditetapkannya susunan majelis hakim atas banding perkara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Berikut adalah susunan majelis hakim yang sudah terbentuk :

• Imam Sungudi (ketua majelis)
• Elang Prakoso 
• WibowoDaniel 
• D PairunanI 
• Nyoman Sutama
• Achmad Yusak

Namun terkait dengan berita ini pihak penasihat hukum Ahok yakni I Wayan Sudirta menyatakan bahwa pihak Ahok dan penasehat hukum siap untuk menghadapinya. Sudirta pun mengaku, tak ada persiapan khusus dari Ahok soal banding ini. Dia menyatakan sang klien siap menghadapi banding jaksa apabila sudah bergulir di persidangan. Demikian pula pihak kuasa hukum.

Ndak apa-apa biarin aja, kita tidak intervensi jaksa. Tidak masalah, tidak harus sama (pencabutan banding),” sebut Sudirta.

Menurutnya, Ahok sudah legawa dengan segala proses hukum yang harus dihadapinya. Namun, kata Sudirta, bukan berarti Ahok merasa kalah melainkan karena gubernur DKI nonaktif itu mengalah demi kepentingan bangsa.

“Dia baru marah kalau ada hal yang merugikan warga. Dia dijadikan tersangka, terdakwa, dengan jiwa besar dihadapi, diberi putusan tidak adil, ditahan walau pahit, dia hadapi. Orangnya sangat kuat. Kalah pilgub dia hadapi,” tuturnya.

“Kalau ndak mampu berdamai dengan keadaan, nggak mungkin beliau cabut banding. Dia tidak merasa kalah tapi mengalah,” lanjut Sudirta.

Mengenai diskusi bersama Ahok untuk membahas perkara banding yang diajukan oleh jaksa, Sudirta menyatakan bahwa hal itu akan dilakukannya pada saat akan mengunjungi Ahok besok selasa.

Kita nunggu perkembangan, Selasa depan ketemu pak Ahok, untuk membahas selanjutnya gimana, berdiskusi, kita dengar omongan pak Ahok. Untuk lain-lainnya juga, kalau ada masukan, informasi, kita diskusikan,” terang Sudirta.

Kondisi Ahok di tahanan sendiri disebutnya sangat baik. Saat ini kondisi Ahok menurut Sudirta jauh lebih fit dari sisi fisik.

Secara fisik makin singset, berisi, karena olahraga 3 jam sehari, lebih banyak olahraga, banyak membaca, berdoa, menulis,” kata dia.

Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, Pengadilan Tinggi DKI Jakarta sudah menetapkan majelis hakim banding perkara Ahok. Majelis banding akan mempelajari berkas perkara Ahok, yang dihukum 2 tahun penjara karena bersalah melakukan penodaan agama di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

Setelah majelis terima berkas, harus dipelajari dulu semuanya. Berkas banding baru ditetapkan Jumat sore. Jaksa belum mencabut,” ujar pejabat Humas Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Johanes Suhadi.

Berkas perkara banding baru ditetapkan pada Jumat (26/5) sore. Rencananya, berkas diserahkan kepada majelis hakim pada Senin (29/5). Ahok sudah mencabut permohonan banding di Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Melalui pihak keluarga, Ahok menyatakan menerima hukuman 2 tahun penjara karena dinyatakan terbukti bersalah melakukan penodaan agama terkait dengan pernyataan soal Surat Al-Maidah 51 saat berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

Sedangkan pihak jaksa belum mengambil keputusan setelah Ahok lebih dulu mencabut permohonan banding. Jaksa Agung M Prasetyo menegaskan tim jaksa masih mengkaji dilanjutkan-tidaknya permohonan banding Ahok. Jika menurut kaca mata masyarakat awam, saat Ahok sudah mencabut banding dan siap menerima apapun putusan yang diberikan hakim seharusnya ya sudah Ahok dipenjara dan kasusnya beres. Kenapa masih diungkit-ungkit terus ini kasus? Ahok sudah sangat bersikap baik dengan lapang dada menerima semua putusan sebelumnya demi menjaga kedamaian bangsa, kenapa tidak ada yang mengerti sikap baik Ahok ini? Apakah masih ada yang kurang puas dengan putusan hakim terhadap Ahok? Atau memang ada rencana lain di balik banding yang ajukan oleh jaksa ini?

@andik priyanto


Aksi Intimidasi FPI, Relawan Jokowi Bergerak Bersama Banser


DUNIA HAWA Berita tentang gerakan intimidasi Front Pembela Islam tersebar secara viral di media dan dunia maya.

Setelah kejadian intimidasi dokter Fiera di Solok yang kemudian diungsikan ke Jakarta, menurut berita yang saya dapat dilapangan, dokter Fiera dibantu oleh Putri Presiden keempat Indonesia, Gus Dur. Dan sore ini tersebar lagi berita tentang korban intimidasi FPI di Jakarta terhadap Leonard Wowling, seorang relawan Jokowi-Ahok, yang kemudian mendapatkan reaksi cepat dari para relawan Jokowi-Ahok lainnya.

Untuk informasi saya menerima pesan di group-group media sosial dan whatsup tentang GERAK CEPAT JOKOWI atau GeCe JKW (bisa di cek di www.gerakcepat.id) yang telah melakukan koordinasi dengan Komandan Banser DKI atas arahan dari Ibu Shinta Nuryah Abdurrahman Wahid dan hari ini Banser bersama satgas PDIP serta Laskar Jong Nusantara tengah bergerak untuk mengamankan korban. Sebelumnya korban diminta untuk melapor kepada Polres dan Koramil setempat.

Gerak Cepat Jokowi ini bisa dilihat dan di akses di : https://www.gerakcepat.id

Front Pembela Islam mulai melakukan aksi-aksi intimidasi seperti seolah-olah ingin memperlihatkan pada masyarakat bahwa mereka masih berjaya, masih eksis dan masih memiliki taring yang setiap saat bisa mencakar siapa saja.

Disisi lain, para relawan pun memberikan reaksi tanggap yang cukup cepat. Ini semacam gerakan spontanitas masyarakat. Kalau kebetulan nama gerakan menggunakan nama Presiden Indonesia, mungkin hanya sebagai simbolis bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang menentang aksi intimidasi, bukan kelompok yang mendukung intimidasi.

Intimidasi-intimidasi pada masyarakat dengan latar belakang atau tuduhan “Menghina Ulama dan Agama” adalah tindakan yang sangat berlebihan. Karena tidak ada Ulama lain yang dibicarakan siapapun kecuali Rizieq Shihab yang sedang bepergian dan tidak tidak mengindahkan panggilan untuk memeriksaan kasus yang sedang dihadapinya.

Pemerintah dalam hal ini Kepolisian harus menindak tegas dan menjelaskan bahwa kebebasan berpendapatan dari masyarakat adalah hal yang dilindungi oleh Undang-Undang Mereka tidak bisa main hakim sendiri. Saya ingatkan lagi, mereka selalu berlindung dibalik Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 tentang jaminan negara atas kebebasan mengemukakan pendapat di tempat umum.

In fact, menjaga keamanan lingkungan masing2 adalah tanggung jawab masyarakat, polisi hanya membantu dan menjadi back-up. Apalagi di Jakarta, mulai bulan Oktober nanti kan siskamling dan gotong royong akan di hidupkan lagi. Jadi kita tidak bisa selalu menyalahkan polisi sepenuhnya.

Kenapa mereka harus mengintimidasi pendukung Ahok sementara mereka sendiri adalah pendukung bahkan fanatisan dari Rizieq Shihab? Apalagi yang sedang diperlihatkan kelompok beragama ini? Suatu sikap “Adil” kah? Atau sikap ingin menang sendiri. eh jadi kayak anak-naka sekali yah…

Berbeda pendapat dan pilihan itu SAH!


Mereka sudah memutuskan untuk mendukung dan membela Rizieq Shihab dengan segala hal yang sudah diperbuat dan dikatakan oleh Rizieq Shihab. Dan masyarakat lain sudah memutuskan untuk mendukung dan membela Ahok. Silahkan berdiri dimasing-masing sisi, tidak perlu saling mengganggu dan saling mengejek.

Kenapa mereka harus merasa tersinggung dan terhina ketika pihak lain mengkritik RIzieq Shihab dengan segala sepak terjang dia? Tidak kah mereka juga sadar bahwa hinaan dan hujatan bahkan yang masih segar dalam ingatan kita adalah pawai anak-anak menyambut bulan suci Ramadhan berkeliling membawa obor dan menyanyikan lagu yang sangat menyudut dan menghina Ahok yang tidak semestinya dinyanyikan?

Buat apa FPI begitu ribet mengurusi pendapat orang lain sementara mereka tidak mengintropeksi diri apa yang sudah mereka tanamkan pada pendukungnya yang jelas-jelas masih dibawah umur?

Anyway, memang mungkin cerita perpolitikan dan kehidupan di Indonesia harus melalui fase seperti ini. Tapi kalau kita pelajari setiap kejadian, seolah semua akan berbalik kembali ke yang memproduksi. Seperti kata pepatah orang tua, siapa yang menabur, dia yang menuai.

Saya bukan seorang yang suka mengutuk atau mengecam. Tapi seorang yang percaya akan kekuatan do’a dan saya berdoa, semoga para pentolan FPI akan tiba pada masa dimana  semua kejadian, tindakan dan perbuatan yang pernah dilakukan akan menjadi kenang-kenangan yang membuat mereka merasa menyesalinya dan kesadaran yang terlambat yang hanya menimbulkan rasa penyesalan bahwa mereka sudah mendukung kelompok yang menjual agama untuk sepetak tanah di surga.


@erika ebener


Intimidasi Kaum Sorban Putih


Foto : dr Fiera Lovita

DUNIA HAWA Beredar massif di wa saya, kisah dr Fiera Lovita seorang wanita yang di intimidasi FPI. Dr Fiera adalah salah satu teman saya di fesbuk. Beliau adalah seorang dokter di Solok, Sumatera barat. Dan seperti halnya seorang yang cerdas dan lugas, begitupun juga tulisan di statusnya yang menanyakan "larinya habib rizieq dan tak kembali".

Tidak disangka ia kemudian di teror karena status-statusnya itu. Ia didatangi banyak angggta FPI yang meminta dia untuk menanda-tangani surat permintaan maaf diatas meterai karena "menghina ulama". Karena tekanan dan demi keselamatan anaknya, ia pun menanda-tangani surat itu dan meng-uploadnya di fesbuk.

Bukannya selesai, teror malah menjadi-jadi. Ia dicaci-maki dengan kata-kata tidak pantas dan terus didatangi, diteror keberadaannya. Kabar terakhir, ia kemudian diselamatkan dengan dipindahkan ke Jakarta oleh rekan-rekannya.

Teror yang sama dihadapi Dr Otto Radjasa di Balikpapan. Dengan alasan "menghina agama" gelombang orang suci mendatangi rumahnya dan mengancam. Mereka kemudian membawa kasus ini ke hukum dan mendesak perangkat hukum untuk memenjarakannya. Nasib Dr Otto sama dengan Ahok, sesudah sidang langsung masuk penjara.

Sebagai catatan, Dr Fiera dan Dr Otto juga beragama Islam, sama dengan mereka yang menteror dan mengintimidasi mereka.

Teror dan intimidasi itulah yang sedang menjadi senjata "Islam ekstrim" itu sekarang. Dengan alasan "menghina ulama" dan menghina "agama" mereka melakukan teror dan intimidasi ke orang-orang yang mereka tidak suka.

Kebayangkan, bagaimana jika nantinya mereka berkuasa?

Mereka bahkan meng-intimidasi saya juga dengan mengumumkan melalui media massa akan melaporkan ke polisi akan status saya yang "menghina ulama". Tidak tanggung-tanggung, 700 lebih pengaacara disiapkan.

Hebat juga ya... :)

Salah satu ciri khas gerakan mereka adalah KEROYOKAN. Mereka merasa lebih aman ketika menyebut jumlah ANGKA yang besar untuk mengintimidasi seseorang. Biasanya itu ciri pengecut yang bersembunyi di balik angka karena tidak mampu bertarung satu lawan satu dengan lawannya.

Karena itu angkanya harus bombastis. Kalau gak 700 ya 7 juta.

Apakah benar angkanya sebesar itu?

Tidak, itu hanya gertak sambal saja. Permainan persepsi, propaganda si lemah untuk menunjukkan diri mereka kuat..

Saya belum koordinasi dengan GP Ansor. Tetapi sebaiknya anda sekarang mulai mencari dan mengantungi nomer-nomer telepon GP Ansor di masing-masing wilayah anda. Tekanan-tekanan massa seperti itu hanya bisa dihadapi dengan hadirnya anggota Ansor dan Banser di tempat anda.

Mereka itu kalau melihat seragam GP Ansor dan Banser, langsung ciut kayak curut. Karena itu, jangan pernah takut. Percayalah....

@denny siregar


Teriakan Anak-Anak 'Bunuh si Ahok' di Pawai Obor 'Bisa Berbahaya'


Foto : Pawai obor di Jakarta diikuti sejumlah anak untuk menyambut datangnya Bulan Ramadan. Namun tidak jelas di lokasi mana di Jakarta, tempat anak-anak berteriak 'bunuh-bunuh' berlangsung.

DUNIA HAWA Anak-anak yang berteriak 'bunuh-bunuh si Ahok' saat ikut dalam pawai obor di Jakarta merupakan sikap yang bisa berbahaya di kemudian hari bila ditolerir, kata seorang psikolog anak.

Teriakan "bunuh-bunuh si Ahok" dengan melodi lagu anak-anak Menanam Jagung di Kebun Kita, terdengar dalam video pendek yang beredar di media sosial.

Pawai obor menyambut Ramadan dilakukan di sejumlah tempat di Jakarta, pada Rabu (24/05). Di malam yang sama terjadi bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu.

"Ada foto2 (foto-foto) & video korban teror bom bunuh diri di Kp Melayu, tp yg (tapi yang) lebih menakutkan bg (bagi) saya: video anak2 yg (anak-anak yang) diajarkan & diperalat teriak2 bunuh2 (teriak-teriak bunuh-bunuh)," tulis penulis dan aktivis, Mohamad Guntur Romli, melalui akun Twitternya

"Sampai kapan dibiarkan anak2 itu diajarkan teriak2 bunuh2, apakah smpai nanti mrk menjadi pelaku bom bunuh diri?" tambahnya dengan puluhan komentar.

Salah seorang pengguna, Dian, menanggapi dengan menyatakan, "Saya sebagai ibu miris mendengar anak2 kecil teriak2 bunuh2 di acara pawai obor yg seharusnya menyenangkan."

"Pihak @komnas_anak dan @Itjen_Kemdikbud hrs turun tangan!! Jangan diam saja ketika anak2 Indonesia di ajarkan yel2 bunuh orang!!" tulis pengguna lain Bennicio‏ @benny_ibra." 

"Kaya kita mau bilang mau beli permen"


Pakar psikologi anak Universitas Indonesia, Rini Hildayani, mengatakan bila hal seperti ini dibiarkan dapat berbahaya.

"Pesan itu bisa tercatat bahwa hal itu memang benar untuk dilakukan, ketika perilaku itu dibiarkan terjadi dan tidak ada konsekuensi untuk anak justru mungkin direward dengan perilaku mereka itu. Anak anak bisa melihat bahwa perilaku itu wajar dan tidak salah," kata Rini.

"Kalau internalisasi (dari rumah tangga) bisa berbahaya, kalau dari usia kecil anak-anak sudah terpapar oleh sikap yang mentolerir atau membolehkan tanpa ada konsekuensi atas hal-hal yang agresif dan secara moral itu tak bisa dibenarkan meneriakkan hal-hal yang harmful(membahayakan) buat orang lain.

"Kayaknya ringan saja ngomongnya kan, kayakkita mau bilang mau beli permen. Padahal ucapan itu ada muatan agresivitas dengan mengatakan bunuh dan mengatakan hal-hal yang semacam itu. Bila itu ditolerir kata-kata seperti itu bisa dianggap benar dan hal-hal yang lebih jauh lagi mungkin saja terjadi di masa-masa yang akan datang," tambahnya.

Teriakan "bunuh-bunuh si Ahok" diangkat Rizieq Shihab pada saat demo menentang mantan gubernur DKI Jakarta itu November lalu.

Rizieq sendiri tak jelas keberadaannya setelah tidak hadir dalam pemanggilan polisi terkait dugaan pelanggaran Undang-undang Pornografi menyangkut Firza Husein.

Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok membatalkan banding atas hukuman penjara dua tahun dalam kasus penistaan agama.

Arist Merdeka Sirait, aktivis perlindungan anak dari Komisi Nasional Perlindungan Anak menyatakan kekhawatirannya teriakan-teriakan seperti pada pawai obor itu akan berlanjut selama Ramadan.

"Apa yang terjadi tadi (Rabu) malam, ada teriakan bahwa di luar kesadaran anak-anak SD, SMP itu, akan menjadi-jadi pada satu bulan ini. Karena ini kan bulan Ramadan dan ada kesempatan peluang, habis tarawih, saur, dimungkinkan juga, ini yang memperihatinakan Komnas Perlindungan Anak," kata Arist.

"Kami menyerukan deradilaksasi pemahaman itu baik lingkungan rumah, sekolah dan tempat ibadah, karena anak-anak ini sudah ditanamkan rasa kebencian, dan itu terbukti pada (peristiwa) terakhir-terakhir ini," tambahnya.

Komentar pembaca di Facebook BBC Indonesia


Dari lebih dari 5.600 reaksi terkait berita anak-anak ini, sebagian besar mengungkapkan kemarahan (lebih dari 3.000) dan kesedihan (hampir 2.500) sampai Jumat (26/05) sore.

Banyak komentar dari sekitar 2.600 yang masuk mengungkapkan kemarahan terhadap orang tua atau orang dewasa yang membiarkan anak-anak ini ikut dalam ujaran kebencian. Inilah di antaranya:

Budi Satria -- "Ane Muslim, jangan ajarin anak2 kita dengan kekerasan, lebih baik ajarkan anak2 kita cara sholat yang benar, wudhu yang benar, patuh pada orang tua, belajar tentang kejujuran, menyayang binatang dan alam sekitar, sayang kepada teman, menghormati agama orang lain, dan berikan kepada mereka waktu bermain yang tepat serta berikan kegiatan positif yang sesuai umur dan kebutuhan mereka."

Rosdiana Sirait -- "Setuju sekali pendapat pak Budi Satria,inilah muslim sebenarnya. Biar bagaimanapun org tua lah yg berperan penting dengan apa yg dilakukan anak2 nya, makanya kita jadi org tua harus benar2 memperhatikan semua kegiatan anak kita, spy anak kita selalu berjalan di jalan yg benar."

Ani Yani -- "Suruh sekolah yg benar biar udah besarnya dapat kerjaan yg bagus jadi ga ada waktu untuk demo demo..."

Donatela Lux -- "Ikut miris anak anak yg suci dan polos mala ikut dengan mental org tua yg sakit."

Watikah Arnold -- "Yg bilang ini berita hoax gak bisa terima kenyataan yah??? Ini nyata lohhh di depan kita....anak anak calon penerus bangsa ini seperti ini adanya hari ini kalau tak ada tindakan dan perubahan yg tegas."

Maria N. Irene Najati "...Mau dibawa kemana Bangsa Indonesia dengan generasi yang selalu dibekali kebencian !!!!!"

Ummi Hani -- "Wahai para orang tua....pahamilah...!!! Apa yg kalian tanam itu yg akan kalian panen. Jgn ajari anak mengatakan "BUNUH" sbg kata yg "biasa2" saja."

Lilis Lilis -- "Ini sangat sangat memprihatinkan!! Anak2 yg vulnerable begitu mudah dihasut dan diradikalisasi.."

Eliza Kohar -- "Ga usah heran karena sejak kampanye Pilkada DKI putaran I aja udah banyak bocah2 yg belum punya hak pilih (bahkan ada yg masih usia sekolah dasar) yg diajak ikutan aksi penolakan dan penghadangan, banyak video nya bertebaran juga."

@bbc.com