Monday, May 22, 2017

Ahok Membatalkan Naik Banding!


DUNIA HAWA Astaga naga! Siapa yang sangka, siapa yang sudah menduga? Saya sungguh tidak sampai kepikiran bahwa Ahok bisa batal mengajukan banding di Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta atas vonis yang diberikan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara, 2 tahun penjara yang sangat menyakitkan dan mengejutkan ini.

Sudah 2 minggu Ahok tinggal di penjara, kita pikir ia akan segera ditangguhkan penahannya karena PT DKI sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak mengabulkan permohonan penangguhan tersebut setelah kasusnya secara resmi masuk kesana. Siapa yang menyangka, padahal tinggal selangkah lagi kita bisa melihat wajah Ahok lagi di media-media nasional, kini hal itu sudah tidak mungkin lagi.

“Sudah (memasukkan) memori banding, sudah dapat tanda terima banding. Sudah resmi menyerahkan memori banding. Kemudian Bu Vero (Veronica Tan) dan Bu Fifi (Fifi Lety Indra) mewakili keluarga datang,” ujar pengacara Ahok, I Wayan Sudirta, Senin (22/5/2017).

“Intinya ada dua kejadian. Satu sudah menyerahkan memori banding sudah masuk di berkas, kemudian setelah itu keluarga memutuskan setelah berdiskusi dengan kami, keluarga memutuskan mencabut. kita harga keputusan itu, kita dampingi,” ujar Sudirta (pengacara).

Sangat Mengejutkan


Keputusan yang katanya berdasarkan permohonan keluarga ini sungguh mengejutkan bagi saya. Kenapa batal? Bukankah keadilan harus ditegakkan di bumi Indonesia ini? Bukankah mayoritas ahli hukum setuju bahwa vonis hakim PN Jakut ini sangat aneh dan tidak ada masuk akalnya sedikit pun?

Kalau dilihat dari sisi hukum, kita sebenarnya punya peluang yang besar untuk menang di PT. Ditambah lagi, tidak ada alasan lagi untuk menahan Ahok sebelum ada keputusan hukum yang tetap. Bahkan memori banding sudah selesai disusun dan tinggal diserahkan ke PT DKI Jakarta kan? Lalu ada apa ini tiba-tiba batal begini? WHAT ON EARTH HAS HAPPENED?

Ini Pengorbanan yang Tidak Ternilai


Bukankah Ahok dan kita semua yang punya akal sehat berpikir juga yakin bahwa keputusan hakim tersebut adalah berdasarkan tekanan? Lalu mengapa batal banding? Saya beritahu kalian, dan ini menurut saya saja, mungkin ini adalah bentuk pengorbanan dari Ahok dan keluarga untuk kedamaian negeri ini.

Apakah mungkin negeri ini lebih mereda ketegangan sosialnya ketika Ahok batal banding dan menerima hukuman penjara 2 tahun? Jawabannya menurut saya: belum tentu. Namun apabila ditanya apakah ada efeknya, saya yakin ada, karena ini menunjukkan kelegawaan seorang negarawan untuk menerima hukuman dan siksaan yang tidak adil sekalipun, apabila ada kepentingan yang lebih besar.

Tentu saja kita sangat sedih, karena saya yakin seyakin-yakinnya bahwa kelompok sebelah akan semakin ganas. Narasi yang akan mereka permainkan kira-kira adalah ya seputar menertawakan Ahok yang batal naik banding karena mengaku berdosa. Mereka mungkin akan langsung menobatkan Ahok sebagai penista agama terbejat di atas muka bumi Indonesia ini, toh buktinya tidak berani mengajukan banding. 

Demi membuat mereka senang, demi membuka pintu untuk Presiden Jokowi tetap berdiri tegak di tengah badai ini, Ahok telah mengorbankan dirinya.

Mengalah Untuk Menang


Saya sebenarnya agak kecewa dan bisa jadi banyak orang lain lagi yang kecewa. Namun marilah kita memandang positifnya, ini menandakan bahwa Ahok dan keluarga sungguh besar hatinya. Mereka difitnah dan dipenjara sampai begini, namun masih ikhlas tidak mau naik banding. Ini membuktikan bahwa Ahok bukanlah manusia biasa, Tuhan telah hadir ke dalam hatinya dan keluarganya untuk menguatkan mereka.

Lagian, kalau naik banding, memang besar peluang bisa bebas. Namun jangan lupa, ini hukum Indonesia agak aneh. Meskipun di atas kertas menurut saya pribadi tidak mungkin hukumannya ditambah, tapi semua bisa terjadi. Sungguh, bisa saja hakim PT DKI, jika tidak menggunakan hati nuraninya, lalu malah menghukum Ahok lebih berat lagi dengan alasan macam-macam yang diada-adakan.

Bukan tidak mungkin ada terjadi sesuatu di belakang layar yang membuat Ahok pada akhirnya tidak mengajukan banding. Kalau di drama Korea, mungkin Ahok dan keluarga diminta oleh siapa untuk tidak banding, karena bisa jadi sudah ada jebakan yang menanti di depan, karena logikanya Ahok pasti mengajukan banding kan?

Ingatlah bahwa Ahok itu banyak musuhnya, jadi bukan tidak mungkin bahwa musuh Ahok sudah memasang jebakan batman ketika Ahok naik banding. Meskipun tidak adil, tapi Ahok memutuskan demikian, berarti dirinya dan keluarga sudah ikhlas. Meskipun kita kecewa, kita harus tetap harus menghargai pengorbanan Ahok dan keluarga ini ya. Bisa jadi, ini justru malah mengalah untuk menang. Dengan batal banding ini, bisa jadi malah justru membuat mereka orang-orang yang sudah memikirkan jebakan selanjutnya untuk Ahok lalu kocar-kacir.

Penutup


Ahok sudah mengalah, dan ini bukan berarti kalah. Kita harus yakin bahwa Ahok lapang dada dan ikhlas untuk menjalani hukuman yang tidak adil ini karena beliau memang punya peran khusus lainnya nanti ketika keluar dari penjara. Kita harus tetap menaruh harapan bahwa tangan Tuhan akan menarik Ahok ke atas ketika nanti ia keluar dari penjara.

Untuk menutup, saya akan mengutip sebuah kalimat yang sangat indah maknanya di dalam ajaran agama Buddha: “Semoga Semua Makhluk Berbahagia”.

Ahok sudah berkorban, Ahok rela dan kuat menjalani semua ini. Maka dari itu, semoga saja dengan ketidakadilan yang menimpanya ini, lebih banyak lagi makhluk di negeri ini yang berbahagia. Pada akhirnya, semoga dengan kebahagiaan dan kegembiraan mereka di atas penderitaan orang lain ini akan dapat membawakan ketentraman di negeri ini dan tujuan yang lebih besar akan dapat dicapai.

Tentang seorang pria yang berumur 50 tahun, bermata sipit dan sudah mulai memiliki uban itu… Pasti akan kuceritakan kisah perjuangan dan pengorbanannya kepada generasi penerus bangsa ini….tentang keberanian dan kejantannya… tentang bagaimana ia begitu bertanggung jawab menghadapi proses hukum dan rela berkorban untuk kepentingan orang lain…

@aryanto famili


Tuhan Tidak Tidur, Rizieq Ditetapkan Sebagai Tersangka


DUNIA HAWA Singkat saja, aku ingin sekali menuliskannya!

Diperjalanan saya buka buku yang saya peroleh dari teman, dan akhirnya book ini menjadi teman perjalanan selain satu kotak rokok di dalam saku ku.

Agar menjadi ilmu yang bermanfaat, maka saya bagikan dua paragraf dari buku “spiritualitas dan realita kebudayaan kontemporer”

Tuhan sejarah dalam kultur.


Apa yang terjadi ketika pemaknaan Tuhan diredusir ke dalam teks? Maka itu akan bergerak dalam kefanaan. Teks, seperti dijelaskan Derrida, maknanya selalu berada pada kesementaraan atau selalu tertunda. Memfinalkan definisi Tuhan dalam teks, justru akan membuat Tuhan itu bisa dimanfaatkan untuk pelbagai kepentingan, karena sifat teks yang bisaa “dilarikan” kemana-mana. Tuhan kemudian menjadi banal, teredusir sebatas permainan kata yang remeh temeh. Dalam kata-kata tekstualitas yang banal itu, manusia lantas bisa menggunakan pula Tuhan yang mati itu untuk pelbagai kepentingan.

Padahal kesejatian Tuhan tak pernah terbatas pada tekstualitas. Ia adalah entitas yang tak terjelaskan, tapi bisa dirasakan kehadirannya. Dipanggil atau tidak dipanggil, Tuhan hadir dalam diri manusia, bahkan dalam kehidupan masing-masing dari manusia. Mereka yang tidak peka, memilih menganggap angin lalu, tetapi mereka yang peka akan menyadari Tuhan dalam dirinya. Oleh karena itu, Tuhan tak bisa dipaksakan definisinya secara sepihak. Ia nomotetis, tetapi sekaligus idiosinkretis. Ia abadi, sekaligus mewaktu. Inilah ironisnya, sebagian kelompok justru melupakan kesejtian Tuhan dan cenderung memaksakan definisi “tuhan” secara sepihak. Mereka lupa atau mengabaikan bahwa Tuhan itu sendiri, pada kesejatiannya tak akan pernah bisa terjelaskan dalam definisi tunggal yang dibuat manusia, apalagi Cuma sekelompok orang tertentu. (Hal 84)

——————————-

Dan belakangan ini banyak kelompok yang bermain dengan kata “Tuhan”. Hingga diredusir untuk dijadikan pembenaran dalam memperoleh hasrat kepentingan termasuk kekuasaan. Kalau kata filsuf Nietszche hanya sebatas “fiksasi idea”. Maka bagi saya pribadi tidak heran jika melihat situasi bangsa akhir-akhir ini banyak yang menjadikan dirinya Tuhan dan menentukan syurga dan neraka untuk sesamanya hingga sanggup untuk saling mengkafiri.

Saya jadi ingat konsep sufi dalam mahabah cinta, yang sederhananya jika kecintaan pada sang Agung sudah melampaui, maka dengan sendirinya sesama manusia akan saling mengasihi.

Saya juga jadi teringat kisah Paus Yohanes Paulus II yg ditembak muslim Turki yaitu Mehmet. Ketika mehmet dipenjara, Paus justru memaafkannya dan menjenguknya, hingga mehmet berubah menjadi santun dan pengasih. Saya juga teringat kisah Umar bin Khatab yang sangat bangga jika memenggal kepala seorang muslim, bahkan dengan bangga menghina Islam, tapi dia justru di doain oleh Rasul dan dibalas dng kelembutan. Hingga Umar berubah menjadi orang yang amat mengasihi. Inilah buah kasih. Yang “melampaui.”

Tapi justru pengikutnya yang menyebut diri sebagai front pembela, lebih memilih lari setelah “menggauli”.

Jika kita pikir sungguh tidak rasional, yang menyebut diri sebagai front pembela dan menegakkan prinsip Islam tanpa kompromi. Tetapi justru lari dari masalah yang sedang dihadapi. Berbagai kasus dari pelecehan ideologi negara sampai “chat mesum” tidak membuat dirinya berani untuk menghadapi kenyataan.

Hal ini dapat kita lihat dari kepergiaannya ke Arab lalu ke Malaysia dan pergi lagi ke Arab. Yang amat memalukan hendak membawa kasusnya ke PBB. Kenapa memalukan, karena PBB itu urusan kenegaraan bukan personal apalagi menyangkut “chat mesum”. Sementara di Nuantara kafir, dan PBB sendiri bukan lembaga yang anggotanya mayoritas Islam. Artinya dia menjilat ludahnya sendiri.

Dan saya sangat merasa lega hari ini, ketika agama dan Tuhan dijadikan seperti “mainan” sekaligus alat untuk hasrat kepentingan. Oleh mereka yang menyebut diri front pembela, imam besarnya yang ditunggu-tunggu sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Kabar ini saya dapat dari detik.com. Bahwa Polda Jabar menetapkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab menjadi tersangka kasus dugaan penodaan Pancasila. Penetapan Rizieq sebagai tersangka berdasarkan hasil rangkaian gelar perkara tahap penyidikan yang dilakukan tim penyidik Ditreskrimum Polda Jabar.

“Penyidik meningkatkan status Rizieq Syihab dari saksi terlapor menjadi tersangka,” kata Kabidhumas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Senin (30/1/2017).

Gelar perkara ketiga ini berlangsung hari ini selama tujuh jam atau mulai pukul 11.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Sebelumnya, pagi hari tadi, penyidik meminta keterangan tambahan satu saksi ahli. Tercatat, menurut Yusri, sebanyak 18 saksi yang sudah didengar keterangannya oleh penyidik berkaitan kasus tersebut.

Yusri menjelaskan, pihak penyidik Ditreskrimum Polda Jabar melakukan analisis dan evaluasi dalam gelar perkara. Tim penyidik, lanjut Yusri, bekerja mengumpulkan keterangan saksi-saksi dan alat bukti untuk menguatkan sangkaan terhadap Rizieq.

Rizieq disangkakan melanggar Pasal 154 a KUHP tentang Penodaan terhadap Lambang Negara dan Pasal 320 KUHP tentang Pencemaran terhadap Orang yang Sudah Meninggal.

“Perkara penistaan Pancasila dan pencemaran proklamator ini seluruhnya sudah masuk unsur dan alat bukti yang cukup,” tutur Yusri. (Detik)

Dengan ditetapkannya sebagai tersangka, tentunya ini akan lebih mudah untuk menjemputnya bahkan termasuk dengan cara paksa. Ini baru satu kasus, sementara di kasus yang berbeda yang juga menimpa dirinya bersama Firza, Firza pun sudah ditetapkan menjadi tersangka, yang mana hal ini semakin mendekatkan bahwa dia (Rizieq) juga akan ikut menyusul. Inilah buah karma atas kelakuannya sendiri.

Ketika para tauladan dalam konteks beragama berbuah kasih, Rizieq yang menyebut diri front pembela justru berbuah karma “jahat”. Yang dapat menjelaskan bahwa pekik takbir yang dia lakukan dalam berbagai aksi demonstran belakangan ini adalah PALSU.

Saya berharap kepada para pengikutnya, untuk bangkit dalam kesadaran. Untuk berpikir jernih dalam melihat realita diberbagai peristiwa. Bahwa sesungguhnya apa yang kalian ikutin itu bukan menegakkan ajaran agama melainkan menggunakan agama untuk hasrat ambisi kuasa, yang juga menggunakan kata “Tuhan” sebatas teks semata.

Terimakasih pak Polisi yang sudah menetapkan RS sebagai tersangka, jika dia tetap tak menghormati proses hukum. Maka sudah sepatutnya wewenang untuk jemput paksa dilakukan.

Kepada Rizieq Shihab selamat menikmati apa yang sudah kamu tanam. Mungkin Rizieq lupa kalau Tuhan tidak tidur.


Monyet pun berpikir, bahwa Singa tak sekuat yang dia kira. Karena di Nusantara ada Harimau Sumatera. Ini hutan rimba Indonesia bukan gurun ataupun padang pasir.

@losa terjal


Membela Habib Rizieq Sama Dengan Mencoreng Wajah Islam Indonesia di Mata Dunia


DUNIA HAWA Bau busuk mulut seorang Habib Rizieq sampai hari ini masih belum berhenti menebar aroma-aroma kebusukan dan kebencian dikalangan masyarakat Indonesia, bahkan saat dia tak lagi berada di Indonesia, tetap saja aroma bau busuk yang keluar dari mulutnya terasa semakin menyengat.

Salah satu korban bau busuknya yang kelihatan sangat kenttara adalah Ahok. Tentu saja bukan hanya beliau, yang paling mirisnya adalah ketika banyak anak-anak di republik ini yang terpengaruh oleh sifat-sifat intoleran ataupun perilaku a-moralnya yang dipertontonkan dihadapan umum.

Kecenderungan untuk membenci mereka yang non-muslim dan minoritas di republik ini semakin mengakar, ditambah lagi dengan tindakan-tindakan anarkisme dan main hakim sendiri, tanpa menghiraukan proses hukum senantiasa akan menjadi contoh buruk yang akan ditiru para generasi setelah kita.

Tekanan kepada Ahok itu hanya sebagian terkecil dari banyak kasus-kasus korban intoleransi. Katakanlah seperti pelarangan beribadah, pelarangan pendirian rumah ibadah dan sampai pada sweeping ataupun pembakaran rumah-rumah ibadah kaum minoritas di daerah-daerah lain yang tidak di ekspos secara besar-besaran oleh media.

Inilah akibat yang akan tetap kita warisi jika Habib Rizieq dibiarkan melenggang tanpa diproses hukum. Artinya, para generasi muda sekarang akan menganggap bahwa tindakan-tindakan seperti yang dilakukan Habib Rizieq adalah sebuah kebenaran, toh juga pemerintah diam dan tidak menindak.

Hari ini, Habib Rizieq mengundang para pengurus FPI dan Tim Kuasa Hukumnya ke Arab Saudi, dia menyerukan agar kasus yang menimpa dirinya dihentikan, karena Ahok telah kalah Pilkada DKI Jakarta dan telah dipenjara.

“Ahok sudah kalah di Pilkada, sudah kalah di Mahkamah, sudah selesai. Jadi nggak perlu lagi melancarkan politik balas dendam. Marah, murka panik, kalap. Nangkap aktivis, habib dan ulama”

Sumber : DETIK.com

Beiau juga mengancam dengan menyebut agar pemerintah berhati-hati jika kasus terhadap dirinya tidak segera dihentikan.

“Setop semua kasus yang ada baik itu kasus yang menyangkut para ulama habib maupun yang menyangkut para aktivis. Kalau pemerintah melakukan itu berarti ada iktikad baik untuk membangun bangsa Indonesia. Tapi kalau terus menerus ulama ditekan, habib ditekan, hati-hati. Nanti bisa jadi pemicu meletusnya kemarahan umat di berbagai daerah. Saya tidak mau ini terjadi”

Sumber : DETIK.com

Menciptakan opini agar seolah-olah pemerintah mengkriminalisasi ulama jika menangkap Habib Rizieq adalah bentuk lain dari provokasi terhadap masyarakat muslim Indonesia. Padahal, kalau boleh jujur, ulama yang mana? Habib Rizieq sendiri yang bermasalah dengan hukum, itupun murni karena kasus perbuatan asusila “chatting sex” bersama Firza Husein, pelecehan Pancasila dan penodaan agama Kristen.

Pertanyaannya, apakah ada umat muslim yang mau membela Habib Rizieq yang nyata-nyata telah mempermalukan umat Islam sendiri? Apalagi masih menyebutnya sebagai ulama?

Menurut saya, membela Habib Rizieq sama saja dengan mempermalukan umat muslim itu sendiri. Karena ulama itu harusnya memberi contoh teladan yang baik bagi umatnya, bukan mempertontonkan kemarahan dan kebencian terhadap masyarakat non-muslim, mengolok-olok Pancasila dan agama Kristen, atau chatting sex dihadapan umum.

Apakah semua kasus pelanggaran hukum ini harus dihentikan karena yang mekakukannya adalah seorang yang mengaku ulama? Kufikir tidak boleh demikian, karena itu tidak adil. Pelanggaran hukum tetaplah pelanggaran hukum yang harus ditindak lanjuti sampai tuntas! Tanpa mengenal siapa dan agamanya apa.

Sejarah mencatatkan bahwa ulama yang benar itu tidak akan melarikan diri untuk menghindari hukuman, justru dengan tegar dan berani menghadapi hukuman untuk membuktikan bahwa apa yang dilakukannya benar. Sangat berbeda dengan sikap yang ditunjukkan Habib Rizieq. Maka dari sini kita bisa menilai, bahwa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan, karena itu dia melarikan diri ke Arab Saudi.

Ketakutan, itu sudah pasti, karena dia memang melakukan kesalahan, hanya saja tidak mau mengakuinya agar tetap terlihat bagai dewa yang suci dihadapan para pengikut-pengikutnya.

Ketakutan Habib Rizieq bisa kawan-kawan lihat dari perubahan sikapnya sebelum dan sesudah di Arab Saudi.

Dulu teriak PEMERINTAH ZOLIM, LAKNAT DAN ANTEK-ANTEK PKI atau LENGSERKAN JOKOWI!

Sekarang teriak KAMI TIDAK MEMUSUHI PEMERINTAH ATAU POLISI!

“Kalau pemerintah mengambil kebijakan yang bagus ya kita dukung. Kalau mereka mengambil kebijakan yang salah kita kita kritisi terus, tanpa henti, apapun risikonya”

Sumber : DETIK.com

Tujuannya tidak lain hanyalah untuk mengiba rasa kasihan dari Presiden Joko Widodo dan Polisi, dengan maksud agar kedepan bisa menebar aroma bau busuk lagi dari mulutnya di Indonesia.

Pak Joko Widodo, gebukin aja dia Pak… Sampe bonyok beserta para pengikutnya kalau boleh.

@benardo Sinambela


Raisa, Hancurnya Hatiku


DUNIA HAWA Raisa, bolehkah aku menandai hari ini sebagai hari berkabung nasional ?

Sesudah ku mendengar bahwa dirimu sudah lamaran, ingin rasanya kutendang kaleng-kaleng di pinggir jalan sambil berteriak, "Kenapa ya Tuhannn.. Kenapa kau turunkan ujian yang tidak bisa kutahannn?".

Mungkin engkau tidak tahu, hasrat yang kupendam selama ini kepadamu.

Bahkan aku pernah bermimpi sedang chatting denganmu.. Engkau dengan tanpa selembar handukpun di tubuhmu sedang berpose di kamar mandi dan tempat tidur dengan background televisi kotak itu, meski aku sempat heran dan bertanya dalam hati, "Duitmu kan banyak, kenapa gak beli yang sudah flat aja.."

Jengah aku kemudian menutupi semuanya dengan emoticon buletan kuning yang tersenyum manja dan tanda cinta khusus di tempat yang vital saja, yaitu di kedua belah matamu. Tempat lain, biarkanlah terbuka..

Bahkan ada saat engkau menyebut "pisang" dalam chatmu, yang membuatku tersentak. Pisanggg ?? Jeritku dalam hati. Meski akhirnya aku kecewa karena engkau juga menyebut pepaya, mangga dan jambu. Rupanya engkau sedang nyanyi "pepaya, mangga, pisang, jambu. Dibeli dari pasar minggu..Disana banyak penjualnya.."

"Stress dia kak emma.." Katamu kepada sahabatmu. Kukira dia wanita, ternyata namanya emmadudin. Aku sempat cemburu dengan hubungan kalian, sampai aku tahu bahwa kak emma yang kamu maksud senangnya pake daster biru berenda di dada meski profesinya pengacara.

Mirip fahmi shahab penyanyi kopi dangdut dengan gaya daster jamaika, tapi yang ini dasternya lebih menyala..

Dan kamu tahu, Raisa, apa panggilan sayangmu kepadaku ? Al khottot, begitulah kamu memanggilku. Entah apa artinya itu, mungkin karena aku berotot atau aku orangnya suka ngotot..

Aku tidak terima, Raisa.. aku tidak terima kamu dilamar orang itu. Akan aku adukan ke PBB, mungkin mereka akan mendengarkan. Aku kirim surat ke markas mereka di Jenewa, meski akhirnya suratku balik juga dengan tulisan indah, "Markas PBB itu di New York, Gorilla..."

Aku kecewa, Raisaaa.. kecewa. Aku lari ke Mekkah, trus ke Malaysia, Mekkah lagi, Malaysia lagi begitu seterusnya. "Kok cuman dua negara itu aja, bang ?" Tanyamu. Iya, soalnya visaku sudah habis jadi harus begitu caranya..

Sudah, Raisa.. aku sudah tidak ingin memikirkanmu lagi. Aku di depan teman2ku adalah seekor singa ganas ketika orasi, di hadapanmu menjadi singa kurus tak terurus ketika kau ajak aku ke kantor polisi.

"Ada apa di kantor polisi ??" Tanyaku waktu itu. Engkau menjawab, "Aku panik, bang.. panik. Mereka menyimpan video 3gp adegan panas kita !!" Tangismu meledak. Aduh, kasian.

Aku sendiri tidak mengerti kenapa engkau begitu panik, apakah terlalu berat bagimu adegan yang kita filmkan waktu kita sedang ngobrol di depan kandang kambing berjam2 terpapar sinar matahari yang sedang mekar ?

Itu panas banget, Raisa.. dasterku sampe basah karena keringetan...

Raisa, pergilah.. Mungkin itu yang terbaik bagimu. Engkau sudah menjadi tersangka bagi lelaki itu, tinggal menunggu hari pengadilan dan ditahan selamanya di rumah kalian nantinya. Dan aku.... aku disini, di Saudi, sedang bersama onta-onta yang tidak pernah bisa mengerti situasi hatiku saat ini.

Setiap detik yang kulihat cuman onta dan kurma, dan maaf jika terkadang wajah onta itu terselip wajah cantikmu. Itu karena aku kangen sekali padamu. Saking kangennya kuelus2 onta itu dan dia merem melek penuh napsu..

Raisa, selamat jalan. Bahkan secangkir kopipun tidak mampu menampung airmataku..

Sebagai catatan akhir, biarlah aku berpantun seperti masa SMA dahulu. "Empat kali empat sama dengan enam belas.." Entah ini pantun apa, yang bikin pasti dulunya kalau bukan tukang pas poto bisa juga guru matematika. WITH LOBE.. #HariPatahHatiNasional


@denny siregar


HTI dan Konsep Khilafah yang Sudah Tak Relevan


DUNIA HAWA Isu khilafah akhir-akhir menjadi isu yang cukup santer dan menyedot banyak perhatian masyarakat. Terlebih setelah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), organisasi yang paling getol menyuarakan konsep khilafah di Indonesia resmi dilarang oleh pemerintah Indonesia karena dinilai dapat mengancam keutuhan NKRI dan tidak sesuai dengan ideologi Pancasila.

HTI bercita-cita mewujudkan Indonesia sebagai bagian dari Khilafah Islamiyah, suatu bentuk pemerintahan yang terdiri dari negara-negara Islam yang bergabung dalam satu bingkai kepemimpinan, untuk kemudian menggunakan sistem hukum Islam sebagai landasan bernegara

Hizbut Tahrir punya keyakinan bahwa khilafah adalah sistem pemerintahan yang terbaik. Keyakinan yang pada titik tertentu juga menganggap bahwa khilafah adalah satu-satunya sistem pemerintahan yang paling sesuai dengan Islam. Klaim yang sebenarnya boleh dibilang terlalu terburu-buru dan terlalu memaksakan.

Konsep khilafah yang ditawarkan oleh Hizbut Tahrir, bukan hanya muluk, tapi juga mempunyai banyak kelemahan, terutama soal relevansinya terhadap kondisi negara-negara di dunia saat ini.

Selain itu, klaimnya yang menganggap khilafah sebagai sistem pemerintahan terbaik dan satu-satunya sistem pemerintahan yang diperintahkan oleh ajaran Islam juga perlu dipertanyakan.

Bahwa esensi Al-Quran dan Sunnah yang merupakan dasar ajaran Islam akan selalu kontekstual dengan zaman, tentu itu adalah benar adanya dan tak bisa dibantah, sebab memang begitulah Islam datang, ia menjadi pemandu bagi manusia sejak ia diturunkan sampai nanti kelak datangnya akhir zaman.

Namun jika kemudian menganggap kontekstualitas itu juga berlaku untuk sistem pemerintahan khilafah, tentu itu hal yang perlu untuk diluruskan. Sebab, nyatanya, baik Al-Quran maupun As-Sunnah tidak ada ayat ataupun hadits yang menerangkan secara spesifik tentang kewajiban menggunakan sistem pemerintahan khilafah.

Kewajiban yang diatur dalam Al-Quran dan juga Hadits lebih kepada kewajiban untuk mengangkat pemimpin. Sebab, kepemimpinan adalah hal amat sangat penting dalam hidup manusia. Tanpa adanya pemimpin, kehidupan manusia akan kacau.

Lalu bagaimana dengan bentuk negara atau sistem pemerintahan?

Islam tidak pernah menentukan atau mewajibkan suatu bentuk negara atau sistem pemerintahan tertentu bagi para pemeluknya. Umat diberi kebebasan dan kewenangan sendiri untuk bisa merancang dan menentukan sistem pemerintahan yang dirasa sesuai dan pas sesuai dengan dinamika wilayah masing-masing.

Hal inilah yang dulu dilakukan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw saat membangun negara Madinah. Kala itu, Nabi Muhammad saw yang merupakan pemimpin agama sekaligus pemimpin negara mengatur bentuk negara dan sistem pemerintahan sesuai dengan kesepakatan para warganya yang terdiri dari beragam latar belakang.

Mulai dari latar belakang asal, yaitu Ansor dan Muhajirin, sampai latar belakang keyakinan mulai dari muslim, Yahudi, Majusi, Kristen, sampai penganut agama nenek moyang. Kesepakatan itu kelak disebut sebagai Piagam Madinah atau Konstitusi Madinah, yang mana di dalamnya mengatur tentang landasan kehidupan bernegara masyarakat Madinah.

Sistem pemerintahan ala Khalifah justru muncul setelah Kanjeng Nabi wafat atau masa Khulafaurrasyidin. Itu pun tidak serta merta menjadi bentuk sistem pemerintahan yang baku, sebab dalam perjalanannya, metode pengangkatan pemimpin atau imam-nya pun mengalami perubahan.

Abu Bakar, misalnya, beliau diangkat secara aklamasi; Umar diangkat melalui wasiat; Utsman diangkat melalui tim formatur yang diprakarsai Umar; dan sedangkan Ali diangkat melalui aklamasi.

Di masa pemerintahan Khulafaurrasyidin, tentu sistem pemerintahan khilafah boleh dibilang adalah model yang cocok dan pas. Kenapa? Karena memang itu sesuai dengan eranya. Yakni ketika kehidupan umat dalam bernegara belum berada di bawah naungan negara-negara bangsa atau nation state, sehingga kala itu, umat islam sangat dimungkinkan untuk bisa hidup dalam satu sistem khilafah.

Namun, ketika zaman semakin berkembang dan umat manusia mulai bernaung di bawah pemerintahan negara-negara bangsa, maka konsep khilafah itu tentu sudah tidak relevan lagi.

Ketika Khilafah bubar tahun 1924, misalnya, sebagian besar negara-negara Muslim (yang dulu di masa Khilafah hanya setingkat provinsi) telah berubah menjadi negara-negara bangsa dan banyak mengadopsi sistem pemerintahan demokrasi, di mana rakyat memiliki hak tertentu dalam bidang politik, salah satunya memilih pemimpin.

Di masa negara-negara bangsa, rakyat di suatu wilayah negara mempunyai wewenang untuk menentukan mau seperti apa bentuk negara hingga sistem pemerintahan yang dipakai. Penentuan ini tentu melihat berbagai pertimbangan, mulai dari dinamika masalah rakyat, sampai kemajemukan warga negaranya.

Pada konteksnya untuk Indonesia, para bapak bangsa pendiri negara ini telah bermufakat untuk membentuk Indonesia sebagai negara Kesatuan, dengan Pancasila sebagai ideologi negaranya, dan demokrasi sebagai sistem pemerintahannya.

Hasil permufakatan para bapak bangsa inilah yang sampai sekarang menjadi landasan kehidupan bernegara bagi rakyat Indonesia. Karenanya, seluruh elemen bangsa Indonesia yang sangat majemuk (terdiri dari berbagai suku, bahasa, budaya, dan agama) kemudian mempunyai kewajiban untuk setia terhadap hasil permufakatan dengan wajib mempertahankan dan memperkuat keutuhan negara Kesatuan Republik Indonesia.

Maka wajar ketika ada Hizbut Tahrir, atau organisasi apapun yang berusaha mengubah bentuk atau sistem pemerintahan negara Indonesia akan mendapat hadangan dari pemerintah, sebab mewujudkan khilafah berarti membubarkan negara yang ada saat ini.

@bambang anto