Saturday, May 13, 2017

Jaksa “Perkara Ahok” Ajukan Banding, Apa Karena Dilecehkan


DUNIA HAWA 
Kutipan dari berita di https://m.detik.com :

Tim jaksa mengajukan banding atas putusan hukuman 2 tahun penjara terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pihak jaksa sudah menandatangani akta pernyataan banding.

“Kalau banding itu sudah, mereka sudah menyatakan banding dan akta pernyataan banding sudah ditandatangani panitera,” kata juru bicara Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Hasoloan Sianturi, saat dimintai konfirmasi detikcom, Sabtu (13/5/2017).

°°°°
Kita jadi bingung dengan jaksa “kasus penistaan agama ” mau mengajukan banding.    Kan jaksa sudah menang loh, sehingga terdakwa Ahok masuk penjara.    Walaupun vonis yang dijatuhkan majelis hakim bukan berdasarkan tuntutan jaksa.

Malah hakim berimprovisasi, bikin dakwaan versi hakim sendiri.   Akhirnya ambil putusan vonis penjara dua tahun untuk terdakwa Ahok.    Keren lagi, majelis langsung perintahkan Ahok untuk ditahan.    Sepertinya hakim tidak percaya sama Ahok.

Sebelumnya, penyelidik dari polisi dan jaksa tidak menahan Ahok.    Kita semua sudah tahu, Ahok kooperatif dan taat hukum sehingga niat kabur. Ahok berani mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Bahkan dijebloskan ke penjara, Ahok oke-oke saja.

Beda jauh banget antara Ahok dan Rizieq Shihab.   Rizieq Shihab kemana-mana selalu gagah dengan pengawalan banyak pengikutnya.    Untuk membuktikan kejendralannya, Rizieq Shihab suka pakai tongkat komando, padahal tepatnya tongkat kakek-kakek. Duh Rizieq Shihab yang maunya pakai gelar “habib” kok pakai kabur segala, padahal cuma ditanya saja sama polisi “pangkat jendral otak hansip”.

Di mana Rizieq Shihab ?    Jangan ngumpet donk…  Kasihan Firza sendirian di kamar tahanan, butuh ditemani.    Rizieq Shihab pinter bisa menyulap kamar tahanan jadi kebun pisang.

Terlampiaskan sudah rasa mangkel dari hati saya, begitu selesai menulis kepengecutan Rizieq Shihab di atas. Otak cangkok saya jadi lega dan enteng, hehehe.

Wajar loh, Ahok lah yang ajukan banding karena kalah sehingga harus divonis penjara dua tahun. Umumnya pihak yang kalah pastilah ajukan banding.   Untuk diproses di level lebih tinggi , dalam hal ini pengadilan tinggi.   Hakim di pengadilan tinggi nanti memproses hukuman yang telah diputus oleh pengadilan tingkat pertama. Dilanjutkan penjatuhan vonis, bisa lebih berat, bisa juga lebih ringan.

Akan tetapi jaksa yang ajukan banding itulah membingungkan kita. Setahu kita, yang ajukan bandingkan biasanya dari pihak kalah. Bilamana jaksa kalah, pasti ajukan banding….memang sering kita lihat di tv atau baca di media cetak/elektronik.

Bagi kita, pengajuan banding oleh pihak menang serasa tidak umum /tidak wajar. Tetapi yang jelas kita senang dan mendukung pengajuan banding tersebut. Karena ada kemungkinan besar Ahok banyak terbantu , vonisnya jadi lebih ringan atau vonis bebas dengan catatan masa percobaan.

Menggelikan ya, dua pihak berlawanan sama-sama mengajukan banding.   Pihak Ahok yang ajukan banding dan pihak lawan Ahok ( jaksa penuntut umum)  juga ajukan banding. Bikin kita terharu. Tuntutan jaksa kemarin agar terdakwa Ahok diganjar hukuman penjara 1 tahun masa percobaan 2 tahun.    Dengan dakwaan sesuai pasal 156 KUHP.

Banding diajukan oleh jaksa, pasti ada alasannya. Diduga, hati nurani jaksa tercabik-cabik melihat ketidakadilan hukuman yang dijatuhkan atas nama terdakwa Ahok. Tentunya setelah mempelajari kronologis kejadian yang dialami Ahok. Dan akhirnya jaksa ambil kesimpulan bahwa Ahok korban politik dan Ahok tidak punya masalah keagamaan. Cuma omongan Ahok dipelintir, diperparah dengan kalimat PENISTAAN TERHADAP AGAMA ?.   Jaksa berkesimpulan, biang kerok kasus penistaan agama adalah caption Buni Yani.    Maka jaksa memberi kesempatan kepada Ahok agar lebih hati-hati berbicara.   Sehingga dituntut cukup dengan vonis masa percobaan.

Mungkin ada sebab lagi, jaksa merasa dilecehkan oleh putusan hakim tanpa memperhatikan tuntutan jaksa. Tuntutan jaksa sepertinya tidak dihargai sama sekali. Bila vonis yang dijatuhkan oleh hakim berbeda sedikit bisa diterima dan masuk akal.

Tetapi putusan hakim terlalu jauh melenceng dari tuntutan jaksa, bahkan juga melampaui akal sehat. Apalagi tidak ada sedikitpun unsur keadilan karena cuma satu pertimbangan hakim yang meringankan Ahok yaitu Ahok rajin datang tepat waktu di pengadilan. Pertimbangan hakim yang lain semuanya memberatkan.    Sungguh tidak fair !

Hakim melecehkan akal sehat.
Hakim melecehkan asas keadilan.
Hakim melecehkan jaksa.

Semoga hakim di pengadilan tinggi tidak seperti hakim pertama yang menjatuhkan vonis penjara kepada Ahok.Tetapi kita tidak boleh terlalu berharap, hakim di pengadilan tinggi bisa saja lebih gila daripada hakim pertama.

Untuk bisa mempengaruhi hakim, kita harus bisa konsisten memberikan tekanan keras. Juga harus berani berhadapan dengan GNPF-MUI. Karena CUMA DIAM DAN MENONTON SAJA, KITA PASTI KALAH.

Saya selalu menang.    Karena nama saya adalah WIN , hahaha

@winarno 


Pak Jokowi, Apakah Kami Sudah Mencuri Perhatianmu


DUNIA HAWA 

Pak Jokowi,

Lihatkah bapak semua lilin-lilin itu ?

Dari Jakarta, Surabaya, Bali, Papua, Palembang, Siantar, Semarang, NTT dan enttah darimana lagi, terlalu banyak tak mampu ku menghitungnya sendiri..

Semua datang, suara-suara yang tadi diam, meluangkan waktu sekedar menangisi matinya keadilan di negeri ini. Semua datang berbaris rapi, berdoa semoga negeri ini kembali pada jati dirinya lagi..

Kami beda suku, agama dan ras, pak. Tapi kami saling mencintai. Karena apapun kami, kami adalah saudara dalam merah putih.

Pak Jokowi, dengarkan suara kami..

Lihat betapa kami ada di belakangmu, ratusan ribu, untuk menngembalikan tatanan negeri ini yang telah rusak oleh oknum yang mengaku, "kamilah pedang keadilan di negeri ini.."

Lihat cara mereka memainkan hukum, begitu kasar dan menjijikkan. Putra terbaik bangsa yang berusaha menjadi pelayan bagi anak negeri, dihancurkan dan dikurung supaya tidak lagi bersuara.

Kami hanya berharap padamu, pak, sebagai pemimpin yang kami pilih. Kami sudah tidak banyak percaya siapapun lagi. Jika pengadilan saja diisi oleh mereka-mereka yang haus promosi, pada siapa kami berharap keadilan di negeri ini ?

Jangan takut, pak, jangan takut akan di demo mereka jika engkau membersihkan sarang maling berbaju keadilan itu. Kami akan membentuk pagar berlapis untukmu, menjagamu dari setiap tekanan dan intimidasi yang biasa mereka mainkan.

Pak Jokowi, engkau pasti ada disana, di sudut ruangan sunyi menerima laporan yang terus kau dapat bahwa beberapa wilayah ikut bergerak menyalakan lilin-lilin lagi. Kami hanya berharap ada secercah cahaya terang di balik gelap dan suramnya situasi ini.

Kami percaya engkau sedang memikirkan strategi yang terbaik bagi negeri ini. Kami percaya. Dan kami akan terus mendukungmu selama kami bisa.

Bergeraklah, pak.. biar kami tahu langkah-langkahmu. Bergeraklah, biar kami tentram melihat dirimu. Datanglah sebagaimana engkau datang menentramkan aksi massa yang dulu menekanmu. Biar mereka tahu, bahwa engkau ada dan tetap ada untuk kami, hanya engkau sedang bekerja tanpa seorangpun tahu langkahmu.

Pak Jokowi, lihatlah lilin-lilin itu. Indah sekali. Mereka semua ingin mencuri perhatianmu..

@denny siregar


MUI: Kemungkinan Aksi Simpati Ahok Ditunggangi ISIS. Mari Kita Tepok Jidat


DUNIA HAWA - Sore ini muncul kembali pernyataan MUI yang bikin banyak pihak tepok jidat dan kebingungan.

“(Aksi) pendukungnya (Ahok) menjadi persoalan yang mengarah menjurus ke (gerakan) radikal,” kata Wakil Ketua Umum dan Perundangan-undangan MUI Ikhsan Abdullah dalam diskusi di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 13 Mei 2017.“

Gerakan radikal ISIS ini yang kita khawatirkan. Dari celah-celah ini mereka masuk,” kata Ikhsan.

MUI khawatir aksi lilin simpati kepada Ahok, aksi damai karangan bunga itu akan ditunggangi ISIS???? WHAT THE……

Apakah penulis hidup di dunia teatrikal komedi satir.. Karena jika iya pernyataan bahwa pendukung Ahok ditunggangi ISIS ADALAH KOMEDI TERHEBAT HARI INI.

Memang ada kemungkinan penyusup dsb, tapi penulis yakin 100 persen jika ISIS menyusup maka mereka lebih memilih masuk dari kubu tukang demo togel. Ga percaya? Lihat saja dalam beberapa aksi demo togel kemarin ada beberapa oknum yang membawa bendera ISIS!


Foto : Aksi simpatik “Ahok” yang diduga MUI dibekingi ISIS…HAHAHAHAHAHAA

Kemana saja MUI selama ini, ISIS memang sudah lama membekingi beberapa aksi di Indonesia tapi bukan lewat aksi simpati Ahok. Lagipula bukannya dulu ada info bahwa beberapa pejabat GNPF MUI menerima dana dari donor yang diduga berafiliasi ISIS? Hmmm..mungkin sudah pada amnesia ya, yuk mulai search lagi beritanya. ISIS juga telah berhasil melakukan pengkaderan di Indonesia, bahkan diduga salah satu anggota FPI yang fenomenal bernama Munarman ikut dalam aksi pengambilan sumpah kepada ISIS. Dan herannya orang itu masih bisa beredar bebas di Indonesia bahkan menjadi motor penggerak aksi togel kemarin. Apakah ini yang dimaksud MUI sebagai aksi yang disusup ISIS?


Foto : Munarman, salah satu “simpatisan Ahok” yang diduga dibekingi ISIS…HAHAHAHAAA

Lalu kenapa MUI mengemukakan statement meresahkan seperti itu tanpa ada bukti yang jelas dan sangat menyudutkan masyarakat yang cuma menyuarakan pendapatnya? Kemana MUI ketika sudah jelas ada atribut ISIS dalam berbagai demo baik yang togel maupun koplo? Apakah ini yang dimaksud standar ganda? Atau jangan-jangan ini strategi untuk lagi-lagi memecah belah masyarakat menjadi kubu-kubu politik identitas…hmm bisa jadi jika dilihat dari strategi teman baik MUI di Gerindra dan PKS yang mencoba untuk memecah belah masyarakat antara pendukung Ahok dan Jokowi. Polanya hampir sama, bikin isu absurd yang belum ada faktany cuma spekulasi belaka, sekali para pembaca jangan tertipu strategi ini!!

Disatu sisi ada sisi positif dari pernyataan MUI ini yang harus kita ambil, yaitu untuk terus menambah kewaspadaan kita terkait orang-orang yang mengaku sebagai simpatisan Ahok atau Jokowi tapi ternyata penyusup yang dikirim untuk bikin kacau. Karena kini kita tahu bahwa ternyata oknum tertentu ternyata siap bertindak sejauh itu untuk mengirimkan agen-agen pembuat kekacauan di tengah masyarakat yang tengah bersimpati atas nama Pancasila dan keadilan. Bahkan tidak mungkin seperti kata MUI, agen ini membawa nama ISIS untuk mengkotori aksi damai para orang biasa yang cuma ingin menyuarakan suaranya.

Jadi dibalik kekesalan penulis atas komentar MUI, penulis wajib ucapkan terimakasih. Karena kini kita tahu dan akan bertambah waspada atas kemungkinan penyusup dan provokator dari luar. Dan kita jadi tahu jika suatu saat ada aksi simpati yang mendadak dikotori oleh kehadiran ISIS, maka cuma ada pihak-pihak itu saja yang sebetulnya bertanggung jawab. Ingat mereka rela menggunakan segala cara, dari demonstrasi togel, politik mayat, janji palsu, ancaman neraka, hingga menyamar jadi simpatisan palsu. Waspadalah, waspadalah!

Yuk tepok jidat

@rudi


Aksi Seribu Lilin untuk Ahok Membungkam Para Ormas Radikal dan Politisi Busuk


DUNIA HAWA - Sehabis kalah di Pilgub, Ahok tengah ditahan atas kasusnya. Mereka yang menjadi lawan Ahok pun bersorak riang gembira. Ada yang merayakannya dengan tumpengan ‘selamat ahok di penjara’. Ada yang sehabis memvonis langsung dipromosikan. Ada pula yang mungkin mulai cuti demo angka togel demi ‘penjarakan Ahok’. Sekarang, keseluruhan lawan Ahok merasa di atas 7 Juta angkasa. Kata lawannya, Ahok kini sudah tamat.

Ada ketidakadilan di vonis Hakim terhadap Ahok


Setelah Hakim yang katanya ‘mulia’ itu memvonis Ahok selama 2 tahun penjara, bumi Indonesia dan bahkan dunia dibuat gerah. Nama Ahok semakin tenar. Diperbincangkan karena adanya curiga hak adilnya Ahok telah dipermainkan. Banding pun telah pihak Ahok ajukan, dan sedang berproses. Tapi atas perintah Hakim, ia harus ditahan. Alhasil massa pendukung Ahok dibuat geram. Mereka menolak Ahok ditahan, dari mulai Ahok di Rutan Cipinang sampai ke Mako Brimob. Ada ketidakadilan di sini.

Lucunya, baru-baru ini Jaksa juga ingin mengajukan banding. Dalihnya karena ada sesuatu yang ganjil di vonis Hakim. Entah jadi bagaimana nantinya, akan tetapi hal ini seakan mengiyakan adanya ketidakadilan dari vonis Ahok. Lagian Jaksa menuntut pasal a, Hakim malah pakai pasal b sebagai dasar hukuman. Apalagi pasalnya pasal karet. Maka tak heran banyak timbul kecurigaan. Keadlian telah dipermainkan sesuai pesanan?

Vonis Ahok harus tetap dihormati, meski banyak orang yang tidak menerimanya. Hakim yang memvonis Ahok pun tetap yang ‘mulia’. Pun jika ada yang ingin menyalahkan Hakim, tempuh jalur yang ada. KY terbuka untuk itu. Banding sudah diajukan, tinggal tunggu giliran. Dan untuk asumsi ada ‘tangan besar istana’ yang mengintervensi kasus Ahok ini, hal itu tidak ada yang bisa menjaminnya, tapi tetap kawal dan tingkatkan kewaspadaan. Jadikan kasus Ahok ini sebagai pelajaran untuk Munarman dan Rizieq utamanya. Buktikan hukum Indonesia tidak pandang bulu.

Seribu lilin untuk Ahok di berbagai daerah


Setelah jatuh dan ditimpa tangga, Ahok tidak sendirian. Di belakang Ahok masih ada banyak orang waras yang melihat vonis hukuman Ahok ini sebagai ketidakadilan. Sebagian dari mereka sudah bergerak sedari lama ketika meyakini ucapan ‘jangan dibohongi pakai buku’ dan ‘jangan dibohongi buku’ maknanya jelas beda. Sebagian lagi yang dulunya hanya mencermati dalam diam, kini mereka mulai mencuat ke permukaan. Mereka bersuara lantang atas nama Indonesia. Dan mereka jadikan Ahok sebagai simbol perjuangannya.

Aksi seribu lilin untuk Ahok ramai digelar sebagai bagian perjuangan mereka. Tidak hanya di Jakarta, daerah lain seperti Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Papua, Bali, dan lainnya telah melakukan aksi ini. Semuanya karena mereka menyadari ada sesuatu yang tengah mengancam Indonesia. Yakni semakin hinanya politisi busuk dan kekhawatiran akan ormas-ormas radikal. Ditambah ketidakadilan terhadap salah satu putra terbaik Indonesia, Ahok.

Sebenarnya, tumbangnya Ahok hanya gerbang awal para politisi busuk dan ormas-ormas radikal untuk menjatuhkan Jokowi. Desas desus isu makar sering mengusik istana. Isu ini patut diantisipasi, karena ada beberapa orang telah ditangkap atas dugaan makar. Terlebih isu ini juga dibakar oleh tulisan Alan Nairn yang mengejutkan kita. Maka ditahannya Ahok ini adalah lonceng peringatan besar bagi rakyat Indonesia.

Tetapi berkat Ahok, rakyat Indonesia matanya telah terbuka. Peduli karena tidak ingin Indonesia jatuh ke tangan yang salah. Perrjuangan tidak boleh berhenti di aksi seribu lilin untuk Ahok. Tapi untuk saat ini, kita harus selamatkan Ahok lebih dulu, sambil tetap waspada akan ada kebusukan apa lagi dari lawan, utamanya terhadap Jokowi. Semoga ajuan penangguhan penahanan dan banding Ahok berbuah baik. Jangan pula kita mudah terprovokasi menyalahkan Jokowi atas tumbangnya Ahok ini, karena itu merupakan startegi guna lawan memecah belah kita.

Mari bungkam para politisi busuk dan ormas radikal!


Di kondisi Indonesia yang cukup mengkhawatirkan ini, mau tak mau, suka tak suka, mampu tak mampu, kita dipaksa memilih: “Maukah kita mendukung politisi busuk maupun ormas-ormas radikal?” Jika kita tidak mau, maka pilihannya hanya satu: “Mari bungkam mereka dengan cara mendukung orang-orang jujur dan peduli terhadap kita, semisal mendukung Jokowi dan Ahok!”


@ananda vivkry pratama


Ide Khilafah Bukan Ide Islam


DUNIA HAWA - Wacana pengusung khilafah menyebut demokrasi yang kini tengah diperjuangkan dan dianut sebagai sistem Pemerintahan di Indonesia sebagai sistem pemerintahan yang haram dan salah, dan yang benar, tentu saja: khilafah. Beberapa pertanyaan yang dapat kita ajukan adalah, jika katanyaKhalifah (pemimpin dari sistem khilafah) tidak ditunjuk oleh Allah, tetapi dipilih oleh kaum Muslim, dan memperoleh kekuasaannya melalui akad bai’at, lalu bagaimana nasib manusia-manusia yang lain di negeri ini?

Indonesia, sebagaimana kita ketahui adalah Negara yang tidak hanya memiliki keragaman Sumber Daya Alam, namun juga Sumber Daya Manusia yang terdiri dari keragaman Suku, Agama dan RAS. Dalam sistem demokrasi Pancasila, hak tiap-tiap warga Negara, tak peduli apapun latar belakangnya, diakui dan bersifat setara.

Kebudayaan, yang menjadi warna sebuah peradaban manapun di dunia, selalu mengikuti dan menghormati proses. Sejarah kebudayaan adalah sejarah panjang yang sangat tua dan kompleks. Nabi Muhamad, dalam piagam Madinah tidak pernah menyelenggarakan kekhilafahan, namun menjamin hak yang adil bagi setiap manusia, pun berdasar situasi budaya yang eksis pada zamannya.

Kedua, bahwa sebagaimana termaktub dalam laman http:www.hizbut-tahrir.or.id, pengusung wacana Khilafah tidak mengakui Khilafah sebagai sistem teokrasi.

Menurut para pengusungnya, konstitusi pada Negara Khilafah yang mereka cita-citakan itu nantinya tidak terbatas pada masalah religi dan moral sehingga mengabaikan masalah-masalah sosial, ekonomi, kebijakan luar negeri dan peradilan. Khilafah, katanya, juga menginginkan kemajuan ekonomi, penghapusan kemiskinan, dan peningkatan standar hidup masyarakat.

Lha, kalau begitu, bukankah sudah sama persis dengan Negara Indonesia yang sudah jadi? Di Negeri ini, hak-hak kaum beragama telah dijamin dalam Pasal 29 UUD 1945. Negara memfasilitasi hal tersebut lewat Kementerian Agama bahkan berbagai organisasi kemasyarakatan yang gerakannya dilindungi.

Di saat sistem sudah jadi, apakah kita diajak kembali bermimpi? Pantas saja Pemerintah berhasrat membubarkan organisasi HTI sebagai agen pengusung khilafah dengan tuduhan sebagai organisasi yang kontra-produktif alias tidak memberikan kontribusi bagi pembangunan.

Retorika HTI itu bisa disebut sebagai langkah “strategic ambiguity”. Di satu sisi, HTI tidak menyatakan secara eksplisit dan terang-terangan ingin mengganti Pancasila, tetapi di sisi lain ia terus menyuarakan wacana anti-sistem demokrasi secara radikal lewat berbagai aksi yang mereka gelar secara rutin.

Sudah jamak kita ketahui, bahwa dalam aksi-aksi itu pula mereka kerap meremehkan simbol-simbol Negara, seperti lebih menegakkan bendera organisasi dibanding bendera merah putih, dan poster-poster seruan makar dari negara Pancasila.

Buku Manifesto Hizbut Tahrir untuk Indonesia (2009) menyatakan, “Hizbut Tahrir juga menentang dengan keras konsep-konsep yang lahir dari paham Sekularisme seperti Demokrasi, Patriotisme, Sosialisme dan Kapitalisme atau isme-isme lain.”

Abdul Qadim Zallum (1924-2003), pemimpin generasi kedua Hizbut Tahrir setelah pendirinya Taqiyuddin al-Nabhani (1909-1977), menulis buku berjudulDemokrasi Sistem Kufur (Ad-Dimuqrathiyyah Nizham Kufr) yang kemudian disebarluaskan sebagai bacaan pokok kaderisasi. Buku ini tidak hanya menyerang demokrasi tetapi juga menuduh nasionalisme sebagai strategi jahat orang-orang kafir untuk memecah belah dunia Islam.

Pada zamannya, Akibat lain dari ide khilafah ialah munculnya pemaksaan tafsir dari mazhab atau aliran tertentu jika mazhab itu memegang kekuasaan. Hal itu semacam gabungan dari will to truth yang bergabung dengan will to power. Syariat yang harusnya dipahami sebagai metode, akhirnya direduksi hanya sebagai hukum formal yang dimanfaatkan untuk menindas golongan lain.

Sedangkan, Indonesia sekarang ini sudah jauh lebih Islam(i) dan syar’i secara sistem daripada konsep khilafah itu. Yang paling penting dari syariah adalah substansinya, yakni keadilan (yang disebut al-Quran sebagai “dekat kepada takwa”; aqrabu lit-taqwa). Perihal keadilan ini sudah sejak kelahirannya dipikirkan betul oleh para pendiri bangsa dengan bersepakat menghapus narasi sila pertama pada piagam Jakarta.

Teks awal yang berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” akhirnya diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa sebab terjadi pertentangan antar golongan yang menganggap kalimat itu memuat nilai pemaksaan kehendak satu golongan. Jelas sudah, bahwa sikap legawa para pemimpin Islam ketika itu untuk mengambil jalan tengah sesungguhnya menunjukkan sikap kesatria sekaligus pengambilan tafsir terbaik atas nama keadilan.

Berdasar latar belakang sejarah ini, hendaknya umat Muslim Indonesia yang telah terindoktrinasi wacana khilafah tidak lagi takut soal dosa atau alasan hukum agama. Sekali lagi, pendirian khilafah tidak berkaitan dengan otoritas kebenaran hukum Islam. Dan, pendirian Negara Islam sama sekali tidak sama dengan Islam itu sendiri.

@bambang Anto


Kita yang Durhaka pada Pancasila


DUNIA HAWA - Pada satu waktu, saya diundang dalam acara tertutup dengan tema, "Sosialisasi Pancasila melalui media".

Saya termasuk yang diundang dengan beberapa teman media sosial. Kami berbicara banyak hal, sebelum akhirnya masuk ke pokok pembicaraan.

Dari wakil pemerintah melaporkan bahwa mereka sudah merumuskan beberapa program untuk sosialisasi Pancasila dan sudah mendapat lampu hijau di stasiun TVRI.

Lampu hijau ??

Rasa frustasi yang meningkat selama beberapa waktu melihat kondisi negara yang acakadut karena intimidasi ormas berbaju agama yang bertujuan merubah dasar negara, membuat saya muntap.

Langsung saya mengangkat tangan dan minta bicara. Saya genggam mic di depan dan suara saya keluar dengan bergetar.

"Pemerintah ini seperti tuan rumah yang lemah, yang bahkan harus meminta ijin tamunya hanya untuk ke toilet saja.

Pemerintah butuh persetujuan stasiun televisi hanya untuk sosialisasi Pancasila ?? Ini yang tuan rumah pemerintah atau stasiun televisinya ??

Pancasila itu sudah final dan tidak perlu sosialisasi. Pancasila itu doktrin dan doktrin adalah kewajiban negara untuk memasukkan ke otak-otak generasi bangsa secara sistematis.

Musuh Pancasila dengan mudah menguasai stasiun televisi dan mengubah pola pikir masyarakat awam dengan konsep khilafah.

Mereka mendoktrin masyarakat setiap hari, setiap menit, dan Pancasila sebagai tuan rumah yang diinjak-injak, diganggu kewibawaannya dengan malu-malu melakukan yang namanya sosialisasi ???

Tidak habis pikir saya. Yang punya frekwensi pemerintah. Yang punya izin juga pemerintah...

Seharusnya untuk Pancasila, para stasiun televisi yang menyewa frekwensi dan mengurus ijin, harus diberi kewajiban menyiarkan acara Pancasila yang dibuat pemerintah secara berkala. Itu kewajiban yang harus mereka lakukan, jika tidak, cabut ijin frekwensinya !

Meski bermasalah dengan pribadinya, itulah program terbaik yang dilakukan zaman Soeharto dengan menguasai media di tangannya, bukan media yang menguasai negara. Catat, ini masa siapa yang menguasai media, dialah yang menang perang.

Pemerintah harus sudah memperbaiki sikapnya. Kita sudah diinjak-injak sampai hampir rata dengan tanah..

Lihat, di banyak sekolah bahkan kepala sekolah pun mengharamkan para guru dan murid menghormati bendera. Haram, katanya. Bukankah itu berbahaya buat negara ??

Lihat di lembaga-lembaga negara. Siapa yang menguasai lembaga-lembaga itu ? Mereka yang ingin mengubah Pancasila !!

Para Menteri boleh ganti, tapi dibawah Menteri mereka sudah menanam ranjau sejak lama untuk secara sistematis menghalangi rencana pemerintah melakukan tugas dan kewajibannya menjaga persatuan negara.

Coba cek saja Kominfo, badan strategis informasi itu sudah puluhan tahun dikuasai sehingga loyo dan tidak punya daya, bahkan sekedar memblokir situs pemecah belah ?? Apalagi berhadapan dengan stasiun televisi, langsung pingsan karena banyaknya kirim surat teguran tapi gak dipandang sebelah mata..

Negara ini darurat ideologi. Banyak orang rapuh dan labil karena lemahnya negara yang sejak dulu dipingsankan. Di fase labil inilah doktrin radikal terus dimasukkan ke otak mereka, jadi jangan heran ketika mereka tumbuh dan menjadi pemuda yang haus darah, delusi dengan konsep khilafah yang akan mengubah hidup mereka.

Apa pemerintah buta akan hal ini ? Atau hanya abai saja ? Apa harus kita hancur dulu seperti Libya, Irak, Lebanon yang 15 tahun perang saudara dan Suriah dulu baru kita sadar akan bahaya ? Apa harus begitu dulu ??"

Keluarlah semua uneg-uneg dalam dada dimuntahkan seperti rentetan peluru sampai selongsongnya habis. Kusandarkan badanku ke kursi dan kuseruput secangkir kopi untuk menenangkan gundahku akan nasib bangsa ini di depan nanti.

Kutatap semua wajah yang hadir dan kukeluarkan peluru terakhir.

"Apakah semua yang hadir disini tidak sadar bahwa banyak anak-anak kita lebih hapal Mars Perindo daripada Pancasila???"

@denny siregar