Monday, April 17, 2017

Indonesia Bom Berjalan


DUNIA HAWA - Indonesia seharusnya mulai belajar berbenah diri dari peristiwa politisasi masjid yang sering terjadi belakangan ini.

Pengusiran Haji Djarot sesudah shalat Jumat di masjid Tebet bisa dibilang adalah puncak gunung es dari geraknya kaum radikal yang menguasai masjid sebagai alat politik. Sudah banyak masjid yang dikuasai mereka dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan kampanye politik.

Seharusnya Menteri Agama turun ke masjid-masjid dan lihatlah di beberapa masjid, betapa seramnya takmir masjid saat khotbah Jumat. Shalat Jum'at yang seharusnya menjadi bagian dari ibadah sejuk menjadi medan perang propaganda yang membuat merah telinga.

Seakan disana setan yang berkhotbah, bukan lagi ahli agama. Coba Menteri Agama belajar ke Mesir. Sejak jatuhnya Presiden Husni Mubarak, Mesir dikuasai oleh kelompok garis keras yang bernama Ikhwanul Muslimin. IM melakukan gerakannya melalui masjid-masjid dan memompa semangat anarki para jamaah Jumatnya. Jatuhnya Husni Mubarak banyak dipengaruhi oleh IM - meski mayoritas rakyat juga menghendaki Husni Mubarak untuk turun dari tahta abadinya.

Pada waktu itu mayoritas masyarakat Mesir menganggap IM sebagai pahlawan penggerak revolusi. Sayang mereka tidak tahu bahwa agenda IM bukan saja menjatuhkan Husni Mubarak, tetapi menunggangi kebencian rakyat terhadapnya untuk mengambil alih kekuasaan.

Sesudah Husni Mubarak jatuh, mulailah IM membangun kekuasaannya melalui Mohammad Morsi yang menang pemilu.
IM mendapat penentangan dari institusi Al Azhar yang berseberangan dengan Morsi. IM kembali mengeluarkan kekuatannya dalam mimbar-mimbar Jum'at untuk merebut kendali fatwa dan keumatan dari Al Azhar.

Jadi dari sini seharusnya kita belajar, betapa sangat bahayanya ketika masjid dikuasai oleh mereka yang punya kepentingan politik praktis.

Jika melihat pola politisasi masjid di Indonesia sekarang ini yang mirip Mesir, bisa dipastikan Ikhwanul Muslim sudah bergerak di Indonesia. Hancurnya IM di Mesir, membuat mereka mengalihkan kekuatannya di 2 negara dengan penduduk muslim yang besar yaitu Turki dan Indonesia.

Turki sudah berhasil mereka kuasai dengan memanfaatkan ambisi Erdogan. Dan sekarang mereka menunggangi situasi politik di Indonesia dengan berada di balik calon-calon pemimpin yang lemah dan ambisius.

Darimana IM membangun kekuatannya? Masjid-masjid kecil dan besar. Coba baca lagi pola serang mereka di Mesir.
Dan kita semua tahu partai mana yang menjadi perwujudan Ikhwanul Muslimin di Indonesia.

Pemerintah baru Mesir dan institusi Al Azhar sangat paham betapa bahayanya IM dan politisasi masjid, terutama saat shalat Jum'at. Karena itu sempat ada wacana dari pemerintah sana untuk menyatukan shalat Jumat di satu tempat saja..

Wacana ini tidak berkembang dengan bagus karena mendapat penentangan dari berbagai pihak, terutama mereka yang jauh dari areal tempat yang direncanakan untuk shalat Jumat bersama. Karena itu, Al-azhar dan pemerintah Mesir membuat konsep baru untuk menghadang berkembangnya IM kembali melalui masjid-masjid.

Pemerintah Mesir mencabut lebih dari 55 ribu izin takmir masjid yang ada dan menerapkan sertifikasi bagi takmir shalat Jumat. Selain itu, Mesir juga menerapkan materi kutbah Jumat yang sama dan disiapkan oleh pemerintah sejak 2014.

Dan -seperti biasa- ditolak mentah-mentah oleh mereka yang menamakan dirinya "ulama" dengan alasan klasik, mengekang kebebasan. Meski begitu, pemerintah Mesir tetap menerapkan aturan tersebut sampai sekarang ini.

Efektifkah?

Jelas muncul perlawanan. Dan dakwah kekerasan mereka berlanjut di bawah tanah. Hasilnya adalah pemboman gereja koptik Mesir beberapa hari lalu yang menewaskan puluhan orang.

Meski begitu, Tunisia menganggap bahwa langkah Mesir menyeragamkan materi khotbah Jum'at adalah langkah efektif. Dan mereka memberlakukannya juga disana..

Indonesia bisa melakukan seperti yang dilakukan Mesir - dan Tunisia. Sertifikasi takmir khotbah Jum'at dan seragamkan materi khutbah. Bentuk Dewan khusus untuk itu yang terdiri dari ulama-ulama NU dan Muhammadiyah yang sudah diberikan pemahaman bela negara.

Ancaman bom sesudah itu pasti ada. Serahkan pada ahlinya, Tito Karnavian Kapolri yang sudah terbukti akurat langkah-langkahnya.

Radikalisme berawal dari pikiran. Dan picunya adalah khutbah Jumat yang membakar.

Jangan sampai kita menyesal kemudian, menyaksikan anak-anak kita dicuci otak saat shalat Jum'at dengan kebencian. Mereka sudah tercuci otak di sekolah dengan Kepala sekolah dan guru agama yang radikal, masih harus ditambah dengan kebencian takmir dalam shalat Jum'at yang tersebar di banyak wilayah di Indonesia.

Anak-anak kita dibentuk untuk dijadikan bom berjalan..

Semoga tulisan ini bisa menggerakkan pemerintah dan aparat untuk mulai secara cepat dan serius menangani situasi ini.

Saya masih ingin minum kopi di warkop dengan tenang tanpa ada rasa khawatir bom meledak di sekitar.

Seruput dulu pakde Jokowi, Menteri Agama dan Kapolri.

@denny siregar


Hati-Hati PKS Berkuasa di Jakarta


DUNIA HAWA - Menjelang Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kian menunjukkan agretasi politiknya untuk menguasai Jakarta. Tentu saja ini berpotensi buruk mengingat PKS telah mempunyai banyak rekam jejak buruk, seperti korupsi, kesamaan ideologi dengan ormas intoleran, dan paham khilafah yang sangat membahayakan kehidupan Jakarta.

Apalagi, pernyataan Jazuli Juwaini, Ketua Fraksi PKS DPR RI yang meminta Anies-Sandi untuk mengembalikan kursi PKS di DPRD Jakarta yang sempat menurun setelah selesai mengurusi warga Jakarta(14/4), semakin menguatkan nafsu PKS untuk menguasai Jakarta sudah menggebu-nggebu.

Di samping itu, kesanggupan Anies mengiyakan pernyataan Jazuli Juwaini dalam sambutannya, menunjukkan Anies-Sandi telah berkomitmen penuh atas tujuan PKS untuk menguasai Jakarta. Hal ini mengisyaratkan majunya Anies-Sandi dalam Pilkada Jakarta, sarat kepentingan elit politik dan dikhawatirkan menduakan kepentingan warga Jakarta sendiri.

Rekam Jejak Buruk PKS

Kekhawatiran warga menjadi bertambah mengingat rentetan catatan buruk yang dipertontonkan para kader PKS selama ini. Mulai dari perilaku korupsi sampai tindakan teroris. Sehingga menjadikan warga semakin khawatir dan tidak bisa dibayangkan apa jadinya jika PKS berkuasa benar-benar berkuasa di Jakarta.

Tindakan korupsi yang paling mengejutkan ketika Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaq (LHI), terjerat dalam kubangan korupsi sapi. Tidak tanggung-tanggung, untuk sekadar pengurusan kuota impor dari PT Indoguna Utama, LHI mendapat 1,3 Milyar. Maka tak heran jika banyak netizen memplesetkan PKS sebagai “Partai Korupsi Sapi”.

Terbongkarnya kasus korupsi sapi yang menjerat petinggi PKS menjadi titik balik kebencian PKS terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama ini. Mulai dari menghalang-halangi kinerja KPK, menyuarakan dengan lantang penghapusan KPK, bahkan PKS tak segan mengolok-olok KPK melalui juru bicaranya, Fahri Hamzah.

Padahal, KPK merupakan lembaga terdepan dan terbukti berkomitmen penuh dalam memberantas kejahatan rasuah di bumi Indonesia. Di sisi lain, KPK juga mendapatkan kepercayaan penuh dari publik karena rekam jejaknya. Mulai dari penyidik sampai pimpinannya yang jauh dari kasus, kecuali dikriminalisasi.

Belum lagi, terbongkarnya “uang ketok” dari mantan Gubernur Gatot Pujo Nugroho (GPN) salah satu kader PKS  kepada DPRD Sumatera Utara periode 2009-2014 dan periode 2014-2019 guna menyetujui Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (LP JP APBD) Provinsi Sumut Tahun Anggaran (TA) 2012, menambah daftar panjang korupsi PKS.

Tidak hanya itu, persetujuan Perubahan APBD (P-APBD) Provinsi Sumut TA 2013, persetujuan APBD Provinsi Sumut TA 2014, pengesahan P-APBD TA 2014 dan APBD TA 2015, pengesahan LPJP APBD TA 2014, pengesahan LKPJ APBD TA 2014, dan terakhir, "uang ketok" itu untuk pembatalan pengajuan hak interpelasi anggota DPRD Sumut 2015 semakin membuktikan PKS sebagai partai yang mendengungkan partai terbersih, toh publik akhirnya mengetahui yang sebenarnya.

Bahaya PKS

Terbaru, Anggota DPRD Kabupaten Pasuruan dari PKS, Muhammad Nadir Umar, tertangkap Densus 88 karena keterlibatannya dalam jaringan ISIS (9/4). Muhammad Nadir Umar diamankan Tim Densus di Terminal T2 Bandara Internasional Juanda, Sabtu sore usai turun dari pesawat Air Asia XT 327 rute Kuala Lumpur – Surabaya.

Tertangkapnya salah satu kader PKS terkait jaringan teroris semakin menguatkan keterkaitan PKS dengan organisasi Ikhwanul Muslimin (IM) selama ini. Selain membahayakan, PKS yang merupakan perpanjangan tangan IM di Mesir juga akan merusak tatanan sosial kehidupan Indonesia, khususnya Jakarta yang sudah berjalan relatif stabil.

Sebenarnya, PKS telah lama dikaitkan dengan Ikhwanul Muslimin yang berbasis di Mesir. Hal ini disebabkan beberapa pendirinya bersekolah di sekolah-sekolah IM. Di samping itu, beberapa indikasi juga terlihat saat Mardani Ali Sera, juru bicara PKS, membenarkan bahwa beberapa karya pendiri IM, Hasan al-Banna, menjadi bacaan dan juga rujukan dalam proses pengkaderan partai.

Selain itu, pengakuan salah satu tokoh IM Yusuf al-Qordhowi dan dibenarkan oleh Pendiri PKS, Yusuf Supendi yang mengatakan 90% pendanaan pada pemilu 1999 yang diikuti PKS, didanai oleh partai-partai se-ideologi di Timur Tengah. Begitu juga Ketua Dewan Syariah PKS, Surahman Hidayat, menegaskan bahwa mereka hanya mempunyai “hubungan cita-cita” dengan Ikhwanul Muslimin.

Padahal, jika dicermati penggulingan M. Morsi di Mesir yang menyebabkan jatuhnya korban banyak adalah ulahnya karena ingin mendirikan Mesir Islami di tengah keberagaman.

Perlu diketahui, IM sendiri adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, bekerja dengan-Nya dan untuk-Nya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik. Di kemudian hari, gerakan Ikhwanul Muslimin tersebar ke seluruh dunia.

Untuk itu, sebagai warga Jakarta, tentu harus lebih cermat lagi dalam memilih pemimpin. Melihat siapa yang berada di belakangnya, dana apa tujuan sebenarnya.

Anies-Sandi yang didukung PKS dan ormas radikal telah nyata menginginkan hadirnya Jakarta bersyariah, dan sangat dikhawatirkan Jakarta akan seperti Mesir yang hancur lebur. Dan cita-cita Jakarta Berpancasila dan beragam hanya bisa dipastikan dengan terpilihnya Basuki-Djarot yang selalu konsisten memperjuangkan kebhinnekaan warga Jakarta.

@m ari setiawan 


Terima Kasih, Ahok-Djarot


DUNIA HAWA - Jakarta yang sudah banyak berubah di berbagai sektor, tidak lain karena komitmen Ahok-Djarot untuk membahagiakan warganya. Kerja nyata melalui program kerja yang dikerjakan dengan baik selama ini telah terbukti memberi manfaat yang besar pada setiap lapisan masyarakat. Terima kasih, Ahok-Djarot, dan rakyat akan memilih anda kembali untuk terus mengurus dan membenahi Jakarta.

Berbagai survei seperti Charta Politika dan SMRC yang menyatakan mayoritas warga Jakarta mengaku puas atas kinerjanya selama ini merupakan bukti konkret Ahok-Djarot pantas memimpin kembali Kota Jakarta.

Bukan hanya itu, berbagai penghargaan atas prestasi dan kinerja pemerintah di bawah Ahok-Djarot juga semakin meyakinkan warga untuk memilihnya kembali menjadi Gubernur Jakarta. Di antara penghargaannya ialah 4 penghargaan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebagai Provinsi dengan Perencanaan Terbaik, Provinsi dengan Perencanaan Inovatif, Provinsi dengan Perencanaan Peogresif, dan Pencapaian Indikator Millenium Development Goals Terbaik I 2015.

Yang terbaru, Jakarta meraih Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan terbaik pada 2016. Penghargaan itu diserahkan oleh Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri. Sehingga, tidak ada alasan bagi warga Jakarta untuk tidak memilih Ahok-Djarot yang telah terbukti bekerja dan berhasil membawa perubahan besar untuk Jakarta.

Perubahan Di Setiap Sektor


Hal ini tidak lepas dari beberapa pembangunan dan programnya yang sangat sukses dan membantu masyarakat berbagai kalangan, termasuk warga miskin. Seharusnya, fakta tersebut bisa membuka mata masyarakat untuk tetap berpikir rasional mana calon gubernur yang benar-benar bekerja untuk rakyat dan mana yang bekerja untuk kelompok tertentu.

Di bidang kesehatan, Ahok-Djarot telah membangun, merenovasi, dan memperbaiki fasilitas kesehatan di Jakarta. Tepatnya, Ahok-Djarot telah merenovasi 34 puskesmas, meningkatkan 19 Puskesmas menjadi Rumah Sakit Umum (RSU), dan membangun rumah sakit baru di Pasar Minggu. Sehingga, kami dapat menikmati layanan kesehatan secara menyeluruh dangan kualitas yang prima.

Dengan ini, Ahok-Djarot juga telah mengubah image kami untuk tidak takut lagi datang ke fasilitas kesehatan yang sudah di sediakan Pemda DKI Jakarta. Hanya dengan Kartu Jakarta Sehat (KJS), kami sudah tidak khawatir lagi akan biaya besar untuk pengobatan.

Bukan hanya itu, melalui program Ahok-Djarot berupa Kartu Jakarta Pintar (KJP), anak-anak kami bisa bersekolah tanpa memikirkan biaya. Segala perlengkapan sekolah, mulai dari alat tulis, seragam, sampai transportasi juga telah disediakan dengan gratis oleh Bapak. Hal ini, juga sangat membantu kami sebagai orang tua dari segi biaya dan bisa menabungnya untuk keperluan lain.

Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di 188 lokasi  juga menambah ruang untuk kami bermain, berinteraksi dengan sesama, dan mengekplorasi hobi. Semua ini, juga membantu kami untuk terhindar dari pemakaian narkoba. Karena di sini kami sangat aman untuk bergaul secara sehat, dan menghabiskan waktu kami untuk hal-hal positif, seperti bermain sepeda, skateboard, belajar kelompok, kumpul ibu-ibu PKK, dan banyak hal lainnya.

Tidak sampai di situ, banjir yang sering kami rasakan bertahun-tahun sudah mulai tiada. Semua ini berkat komitmen Bapak dalam menanggulangi banjir melalui program normalisasi sungai yang sudah memperlihatkan hasilnya. Dari 2.000 titik pada 2012, sekarang hanya tinggal 88 titik saja, dan bukan tidak mungkin tahun mendatang banjir akan benar-benar hilang dari Jakarta.

Kami yang terdampak program normalisasi sungai, juga mendapat ganti rugi yang sepadan dengan Rusunawa yang Bapak berikan. Fasilitas yang komplit dan biaya yang terjangkau membuat hidup kami berubah jika dibandingkan hidup di bantaran kali yang kumuh dan sewakti-waktu banjir mengancam.

Kehadiran transportasi transjakarta yang sudah terintegrasi, juga sangat membantu kami para pekerja dan mahasiswa untuk cepat sampai ke tujuan. Dengan harga Rp. 3.500 kami bisa pergi ke manapun yang kami mau dan bebas kemacetan. Belum lagi, kerja sama antara PT. Transjakarta dengan Angkotan Kota Koperasi Wahana Kalpika juga semakin menjangkau kami yang di pelosok kota untuk bisa ikut menikmati transportasi murah dan terintegrasi ini.

Pembentukan pasukan khusus yang bapak bentuk, mulai dari pasukan orange, biru, hijau, dan kuning sangat membantu kami dari segi pekerjaan, kebersihan lingkungan, bahaya pohon tumbang, dan saluran alir yang mampet. Sehingga, kami warga yang menganggur dapat dipekerjakan sebagai petugas dengan gaji UMR dan tunjangan lainnya, serta kami yang hidup di lingkungan juga senang dengan pemandangan yang indah dan bersih.

Sebenarnya, masih banyak manfaat yang telah saya rasakan sejak Bapak hadir sebagai pemimpin Jakarta. Namun, tidak dapat kami tuliskan semua dan apresiasi setinggi-tingginya kami berikan kepada bapak yang sudah menjalankan tugas dengan sebaik mungkin selama ini.

Oleh karena itu semua, izinkanlah kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya atas apa yang bapak lakukan selama ini dalam membangun jakarta yang modern, bersih, transparan, nyaman, dan indah. Saya percaya akal sehat tidak akan menghianati kebenaran. Rakyat akan memilih kembali Bapak Ahok-Djarot untuk lima tahun yang akan datang. Terima kasih, Ahok-Djarot.

@septa nuril fahmi