Monday, February 27, 2017

Nangka, Buah Manis yang Bisa Membunuh Sel Kanker


DUNIA HAWA – Kanker adalah salah satu penyakit yang masih menjadi momok menakutkan bagi manusia. Bagaimana tidak, banyak penderita penyakit ini akhirnya harus meregang nyawa meskipun sudah berjuang keras melakukan berbagai macam pengobatan. Karena alasan inilah ada baiknya kita sebisa mungkin menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah datangnya penyakit ini. Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah kanker adalah dengan mengkonsumsi buah nangka.

Buah yang sangat mudah ditemukan di berbagai pelosok tanah air ini ternyata mampu menurunkan resiko kanker dengan signifikan. Berdasarkan hasil penelitian kesehatan, nangka ternyata memiliki kandungan vitamin dan antioksidan yang bisa membunuh sel-sel kanker pada tubuh. Tak hanya kanker, penelitian ini juga menyebutkan jika nutrisi pada buah yang terasa manis ini bisa menurunkan resiko terkena berbagai penyakit berbahaya lainnya.

Nangka ternyata kaya akan kandungan elektrolit, serat, karbohidrat, vitamin, mineral, protein, dan juga lemak sehat yang bisa membantu kesehatan tubuh. Meskipun memiliki kandungan glukosa yang cukup tinggi, buah ini ternyata cukup direkomendasikan bagi mereka yang sedang menjalani program diet. Nangka juga memiliki senyawa antioksidan berupa fitonutrien, isoflavon, saponin, dan juga lignin. Senyawa antioksidan inilah yang bisa mampu membunuh berbagai macam sel kanker, menjaga kesehatan saluran pencernaan dan organ-organ tubuh lainnya, menjaga kekuatan tulang dan gigi, hingga memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Adanya berbagai manfaat dari buah nangka ini membuat pakar kesehatan menyarankan kita untuk mengkonsumsi buah nangka ini secara rutin jika ingin mencegah kanker. Hanya saja, kita tentu juga harus tetap menjaga pola makan yang sehat, waktu tidur yang cukup, dan melakukan olahraga rutin agar resiko terkena penyakit kanker dan berbagai masalah kesehatan lainnya pun bisa menurun.

@doktersehat


Vaginitis


DUNIA HAWA - Vaginitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada vagina. Kondisi ini umumnya disertai dengan indikasi yang meliputi munculnya keputihan atau perubahan warna, jumlah keputihan yang Anda alami, bau yang ditimbulkan, iritasi atau gatal-gatal pada vagina, rasa sakit saat berhubungan seks atau buang air kecil, serta flek atau pendarahan ringan.

Meski demikian, ada juga pengidap yang mungkin merasakan gejala lain, misalnya bau tidak sedap pada vagina (terutama setelah berhubungan seks) atau bahkan sama sekali tidak merasakan gejala.

Vaginitis memang bisa ditangani sendiri tanpa ke dokter, misalnya jika Anda sudah mengenal gejala-gejalanya karena pernah mengalami vaginitis dan sembuh sepenuhnya. Tetapi periksakanlah diri Anda ke dokter ketika Anda merasakan gejala-gejala yang tidak biasa atau perubahan pada vagina Anda, khususnya yang jika Anda:

• Belum pernah mengalami infeksi vagina.

• Merasakan gejala-gejala yang berbeda dengan infeksi vagina yang pernah Anda alami sebelumnya.

• Berhubungan seks dengan lebih dari satu orang. Gejala vaginitis terkadang mirip dengan penyakit menular seksual.

• Tetap mengalami infeksi vagina meski sudah menggunakan obat antijamur yang dijual bebas.

Penyebab dan Faktor Risiko Vaginitis


Jenis vaginitis yang dialami pasien umumnya ditentukan berdasarkan penyebabnya yang sebagian besar dapat berupa:

• Infeksi jamur atau bakteri. Pada kondisi normal, vagina memang memiliki sebagian kecil sel-sel jamur atau bakteri tanpa menyebabkan gangguan apa pun. Tetapi infeksi akan terjadi jika jamur atau bakteri tersebut berkembang biak tanpa terkendali.

• Penyakit menular seksual, seperti trikomoniasis, chlamydia (klamidia), dan herpes genital.

• Iritasi akibat bahan-bahan kimia, misalnya karena kandungan sabun, pewangi pakaian, atau kondom yang memicu reaksi alergi.

• Membasuh bagian dalam vagina.

• Atrofi vagina, yaitu penipisan dinding vagina karena penurunan kadar estrogen setelah menopause.

Selain penyebabnya yang beragam, terdapat banyak faktor lain yang bisa meningkatkan risiko Anda untuk mengidap vaginitis. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:

• Perubahan hormon, misalnya karena menopause, hamil, atau menggunakan metode kontrasepsi hormonal.

• Aktif berhubungan seks, terutama jika Anda memiliki lebih dari satu pasangan.

• Mengidap penyakit menular seksual.

• Efek samping obat-obatan, contohnya antibiotik dan kortikosteroid.

• Penyakit diabetes yang tidak diobati dengan baik.

• Menggunakan produk pembersih daerah intim, misalnya sabun sirih.

• Mengenakan pakaian lembap atau ketat.

Diagnosis dan Pengobatan Vaginitis


Langkah awal dalam proses diagnosis vaginitis adalah dengan menanyakan gejala-gejala yang dialami, riwayat kesehatan pasien, serta memeriksa kondisi vagina. Dokter kemudian akan mengambil sampel cairan vagina untuk diperiksa di laboratorium. Proses ini dilakukan untuk mendeteksi penyebabnya.

Setelah mengonfirmasi hasil diagnosis, dokter akan memberikan metode pengobatan yang sesuai dengan penyebab di balik vaginitis yang dialami pasien. Langkah pengobatan yang diberikan biasanya meliputi obat antijamur dan/atau antibiotik.

Sesuai namanya, obat antijamur diberikan untuk mengatasi infeksi vagina akibat jamur. Sementara antibiotik dianjurkan untuk pengidap vaginitis yang disebabkan oleh bakteri.

Jika vaginitis yang dialami pasien adalah akibat penurunan hormon estrogen, dokter akan merekomendasikan terapi penggantian hormon. Terapi ini akan menggantikan hormon estrogen alami tubuh.

Sedangkan dalam menangani vaginitis akibat reaksi alergi terhadap bahan-bahan kimia, pasien disarankan untuk menghindari substansi pemicu alerginya. Dokter juga terkadang memberikan obat oles estrogen untuk meredakan gejala-gejala vaginitis.

Selain obat-obatan, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk meringankan gejala, sekaligus mempercepat proses penyembuhan. Langkah-langkah sederhana tersebut meliputi:

• Menjaga agar vagina dan sekitarnya tetap bersih serta kering. Pastikan Anda menggunakan sabun tanpa bahan pewangi dan menyekanya hingga benar-benar kering. Hindari berendam air hangat selama infeksi belum pulih sepenuhnya.

• Jangan membasuh bagian dalam vagina.

• Gunakan kompres air dingin untuk mengurangi ketidaknyamanan pada vagina.

• Kenakan pakaian dalam yang tidak ketat dan berbahan katun.

Vaginitis memang tidak berakibat fatal. Meski demikian, vaginitis yang dibiarkan dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi tertentu, misalnya lebih rentan terinfeksi penyakit menular seksual seperti klamidia dan HIV. Bagi pengidap yang sedang hamil, vaginitis akibat trikomoniasis dan vaginosis bakteri diduga dapat memicu kelahiran prematur dan bayi yang lahir berisiko memiliki berat badan yang ti dak memadai.

@doktersehat