Tuesday, February 21, 2017

Betapa Kuatnya Umat Islam di Negara Kita edisi Bela Freeport


DUNIA HAWA - Pertarungan Freeport melawan pemerintah Indonesia semakin nyata. Boss Freeport Mc Moran Richard Ackerson bahkan sudah mengancam akan mem-PHK 12 ribu karyawan dalam minggu ini. Ancaman itu bagian dari gertak Freeport sebelum mereka berencana membawa masalah ini ke arbitrase.

Menteri Jonan pun tidak kalah kerasnya. Ia tetap berpegang bahwa Freeport sebaiknya mematuhi peraturan yang ada atau merubah diri menjadi tambang biasa. Perang urat syaraf dibangun di media, bahkan Donald Trump dikabarkan memantau semua perselisihan ini.

Setelah 50 tahun, baru kali inilah Indonesia menyatakan diri dengan tegas terhadap kedaulatan negara ini melawan Freeport. Nasionalisme bangsa dipertaruhkan, karena melawan Freeport bukan main-main. Freeport adalah wajah Amerika di Indonesia. Dampaknya bisa sangat buruk untuk keamanan negeri kita.

Dan seharusnya, inilah waktu kita menunjukkan kecintaan kepada negara dengan memberikan dukungan moril supaya pemerintah tetap konsisten pada pendiriannya.

Seharusnya mulai muncul poster- perlawanan di media sosial supaya kita "ganyang Amerika". Seharusnya juga ada mobilisasi massa atas nama umat Islam -sebagai agama terbanyak di Indonesia- dari seluruh Indonesia. Masjid-masjid mengumandangkan takbir penuh patriotisme dan khotbah-khotbah Jum’at diisi dengan nada berapi-api sudah saatnya kita berdiri di atas kaki sendiri.
Seharusnya juga pesantren-pesantren di seputaran Jakarta mengirimkan santrinya untuk longmarch sebagai bentuk perlawanan terhadap kesombongan Amerika.

Seharusnya juga Aa Gym berdoa di twitter mendoakan pemerintah supaya jangan takut umat Islam dibelakang mereka. Atau naik kuda ala panglima Diponegoro dengan pose gagah.

Seharusnya Tengku Zulkarnaen mulai marah-marah di twitter membakar semangat umatnya. Seharusnya juga KH Maruf Amin dan jajarannya di MUI mengeluarkan fatwa wajib hukumnya membela negara.

Seharusnya Habib Rizieq berada di podium bagai singa mengaum menggelorakan semangat kaum muda. Shalat subuh berjamaah di seluruh wilayah digerakkan untuk menunjukkan kekuatan umat Islam di Indonesia.

Seharusnya juga ustad Arifin Ilham mengajak umat berzikir dengan suara serak-serak basah untuk keamanan Indonesia. Ustad Yusuf Mansur seharusnya membuat video di Instagram dengan mimik marah, "Freeport jangan ditiru ya nak, jangan ditiru!".

Dan seharusnya Monas dikelilingi lautan 7 juta manusia menggertak Amerika supaya patuh pada hukum di Indonesia.
Seharusnya begitu, Amerika adalah lawan yang sepadan untuk itu. Sayangnya, mereka semua hanya berani berhadap-hadapan dengan hanya seorang Ahok saja. Hanya dengan seorang Ahok saja.

Bah! Amerika bisa ketawa ngakak kalau mereka tahu. Donald Trump pasti sedang taruhan ma wakilnya, "Demi rambut palsu, kirimkan seorang Ahok lagi kesana, hancurlah Indonesia.."

Meski pait, kopi terpaksa harus diseruput dulu.

@denny siregar


Anies Baswedan dan Nostalgia PKS di Putaran Kedua


DUNIA HAWA - Lolosnya Anies Baswedan ke putaran kedua Pilkada Jakarta adalah berkat jasa besar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menopang gaya kampanye senyap Gerindra memanaskan mesin-mesin politiknya, termasuk mengetuk pintu kelompok akar rumput Muslim konservatif yang pernah mendukung Prabowo Subianto di Pemilihan Presiden 2014.

PKS juga yang meyakinkan Anies untuk mendekatkan diri dengan Front Pembela Islam (FPI) melalui bujukan Hidayat Nur Wahid. Meski dikecam, nyatanya kehadirannya di Petanburan menghapus keraguan kelompok Islam konservatif yang memandang Anies berpandangan liberal atau pro-Syiah. Paduan strategi ini berhasil menjaring ceruk pemilih Muslim di Pilkada DKI.

Namun di atas strategi jitu itu, acungan jempol mesti diberikan kepada ketua tim pemenangan Mardani Ali dari PKS yang sempat digadang-gadang menjadi wakil jika Sandiaga Uno menjadi Gubernur atas kerja kerasnya mengamankan perolehan suara Anies. Dialah yang memastikan seluruh kader PKS di Jakarta untuk memilih pasangan nomor 3 dan berhasil.

Romansa 2007


Militansi kader yang berprinsip sami’na wa atho’na (kami mendengar dan kami taat) adalah kekuatan PKS sejak partai ini berdiri sampai sekarang. Kehebatan kadernya selalu dikenang lewat kejutan PKS di tahun 2007. Tahun itu adalah pertama kali DKI menggelar pilkada langsung. PKS, yang menguasai 18 kursi di DPRD atau peringkat dua setelah Partai Demokrat, menggebrak dengan mengajukan calonnya sendiri, yakni Adang Daradjatun, bekas pembesar polisi, bersama Dani Anwar tanpa dukungan partai lain.

PKS tidak gentar menghadapi keroyokan 19 partai yang kala itu mendukung Fauzi Bowo. Di atas kertas, PKS seharusnya terhempas karena partai ini hanya punya massa 23,3 persen penduduk Jakarta. Sementara gabungan 19 partai mempunyai massa 72,4 persen.

Keberanian PKS ini menjadi pusat perhatian publik di dalam maupun luar negeri. Sampai-sampai negarawan Singapura mendiang Lee Kuan Yew menyebut PKS adalah partai yang bisa mengubah Indonesia lebih baik dalam naungan nilai-nilai Islam. Pandangan ini tidak berlebihan karena ketika itu PKS citranya adalah partai yang bersih dan jujur; PKS adalah oase bagi pencari keadilan dan pelindung rakyat kecil lewat sejumlah aturan di DKI yang mengedepankan pendidikan dan perbaikan etika serta moral rakyat Jakarta.

Jadi, meski PKS akhirnya kalah, semua orang bertepuk tangan atas perjuangan partai ini . PKS berhasil meraih suara 42,1 persen, sementara Foke memperoleh 57,9%. Kontribusi terbesar perolehan suara tersebut adalah karena militansi kadernya, yang meskipun PKS digoyang isu miring kesetiaan, tidak pernah padam.

Banyak pengamat yang mengatakan kekalahan PKS di tahun 2007 adalah karena partai ini gagal menampilkan wajah yang mereka inginkan. Di satu sisi, PKS ingin dilihat sebagai “partai dakwah Islam” yang bersih dan perduli. Namun ketika kampanye Pilkada DKI 2007, PKS menolak memberlakukan Perda-perda Syariah hingga mengecewakan ormas Islam lainnya, termasuk FPI. Tapi di saat bersamaan, PKS juga ditolak oleh kalangan moderat karena strateginya berdekatan dengan organisasi non-Muslim dipandang sebagai sandiwara belaka.

Persepsi ini akhirnya mengantar Fauzi Bowo dan Prijanto sebagai Gubernur yang gencar “menghajar” PKS dengan isu bahwa jika menang PKS akan memimpin Jakarta seperti Taliban di Afghanistan,

Kisruh 2012


Setelah Pilkada DKI 2007, PKS gagal memanfaatkan momentum kekalahan yang mengagumkan untuk membuat partai ini besar. Malahan, PKS dilanda konflik internal yang menyeret sekjennya Anis Matta dan bendahara Luthfi Hasan Ishaaq. Salah satu pendiri partai ini, Yusuf Supendi, yang dipecat atas tuduhan selingkuh, balik melaporkan keduanya ke Badan Kehormatan DPR karena Anis yang ketika itu wakil Ketua DPR dan Hasan Ishaaq anggota DPR Komisi I. Keduanya dituduh menerima uang Rp 40 miliar dari Adang Daradjatun. Konflik ini mengotori citra PKS yang bersih.

Kisruh internal tersebut kemudian membuat PKS tidak kompak dalam Pillkada DKI 2012. PKS berusaha merangkul berbagai partai, termasuk PDI-P dan Demokrat. Tri Wisaksana ditawarkan PKS untuk mendampingi Fauzi Bowo yang diusung Partai Demokrat atau Jokowi Widodo yang didukung PDI-P. Namun dua partai ini menolak.

PKS akhirnya memutuskan mengajukan calonnya sendiri. Meski Hidayat Nur Wahid setuju, calon wakilnya sempat mengalami bongkar pasang. SemulaTri Wisaksana, kemudian diganti Anis Matta. Namun, Anis menolak hingga PKS “mencomot” kader PAN Didik J. Rachbini.

Sebagaimana diketahui, PKS hancur lebur di Pilkada DKI di putaran pertama yang diikuti enam calon. Hidayat-Didik hanya memperoleh 11,8 persen suara, Fauzi Bowo-Nachrowi dan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) lolos ke putaran kedua.

Kekalahan itu begitu menyakitkan kader PKS hingga sempat muncul pernyataan lebih baik golput ketimbang memilih Foke atau Joko Widodo. Namun belakangan PKS mendukung Fauzi Bowo. Namun, sial bagi PKS, Fauzi Bowo tersungkur di bawah kaki Joko Widodo-Ahok karena memainkan isu agama dan rasial. Lagi-lagi ini bukti bahwa isu agama akan menghempaskan calon mana pun yang menggunakannya, dan dalam konteks Pilkada DKI Jakarta 2012, PKS kena imbasnya.

Sejak kekalahan itu, skandal demi skandal mendera partai itu. Aib korupsi sapi ketua PKS Luthfi Hasan Ishaaq mengakibatkan kursi PKS di DPRD DKI hasil Pemilu Legislatif 2014 terpangkas dari 18 kursi menjadi 11 kursi. Perolehan suara di DPR juga turun dari 57 menjadi 40 kursi. Bertahannya PKS di tengah badai skandal lagi-lagi disebabkan karena kesetiaan kadernya.

Tunggangan Nasionalis


Sadar posisinya sebagai parrtai yang tidak lagi menentukan, PKS bertindak rasional. Dia terpaksa harus “mengekor” partai nasionalis, seperti Gerinda. Karena posisi ini, PKS tidak lagi keras menyuarakan slogan-slogan keislaman. PKS seolah traumna dengan pengalaman buruknya yang sejak 2007 selalu menemui kegagalan karena mengusung citra partai Islam

Banyak mungkin yang sudah lupa bahwa PKS sebenarnya ingin melepaskan identitas partai Islam. Di tahun 2008, PKS menyatakan sebagai partai terbuka. Jadi, dalam konteks ini bisa dimengerti mengapa PKS sekarang tanpa ragu mendukung calon pemimpin non-Muslim di lima daerah tahun 2017 dan setidaknya 2 calon Kristen di 2015. Kadernya tidak protes sama sekali karena doktrin “kami mendengar dan kami taat” yang melekat kuat, meski mereka tahu langkah itu melanggar larangan Muslim memilih pemimpin non-Muslim.

Sampai sekarang PKS tidak berani terang-terangan menyebut dirinya sebagai partai terbuka. Mungkin jajaran pemimpinnya sadar bahwa predikat partai Islam masih laku dijual. Di setiap pilkada, partai nasionalis selalu mengeksploitasi aspek keislaman hingga memerlukan pembenaran dengan menggandeng partai bernuansa Islam.

Di antara partai yang ada, PKS masih memiliki nilai jual yang tinggi karena citranya yang “lebih Islam”  dibanding PKB, PAN atau PPP. Selain itu, menggandeng PKS berarti juga jaminan mendapatkan massa yang tunduk sepenuhnya tanpa protes terhadap perintah pimpinan partai, termasuk di tingkat ranting sekalipun.

PKS dipastikan akan berjuang mati-matian mendukung Gerindra memenangkan Anies dan Sandi di putaran kedua, namun tidak akan bersuara lantang memainkan unsur sentimen agama. PKS paham bahwa sentimen agama adalah racun yang melumpuhkan semua strategi kampanye partai mana pun di Indonesia. Jikapun ada sentimen agama, maka itu akan dicitrakan dilakukan oleh kelompok di luar koalisi pemenangan Anies dan PKS, namun membiarkannya karena bisa menguntungkan menjaring suara.

Bagi sebagian orang, sikap PKS ini laksana bunglon yang bermain-main di belantara sentimen agama. Namun, bagi PKS, apa boleh, inilah cara bertahan hidup yang terbaik untuk saat ini sampai Pemilu 2019, meski harus menahan sakit dituduh sebagai partai yang plin-plan.

Bagi PKS, kemenangan Anies di putaran kedua akan membuka jalan untuk bangkit kembali sekaligus menciptakan rasa bangga bagi kadernya yang selalu setia sambil bernostalgia akan kejayaan partainya di Jakarta zaman dulu.

Tapi jika Anies kalah, PKS bisa kerdil selamanya yang hanya hidup mengandalkan kesetiaan total para kadernya yang berpotensi redup menjadi partai gurem dan digerus massa.

@budi setiawan


Ternyata Ateis Lebih Beragama


DUNIA HAWA - Tragedi Ahok saat ini sudah benar-benar menjalar ke berbagai penjuru negeri. Segala sudut nusantara ditelanjangi hingga ke mata kaki. Dari pulau yang padat hingga pulau tak berisi, berita ini menyebar bagaikan racun nyamuk yang dengan gesit melahap para bedebah nyamuk nakal yang tak tahu diri menelan mentah darah-darah manusia yang sedang lengang terninabobo dengan aktivitas duniawinya.

Si nyamuk yang ganas, hingga tak pernah membedakan mana darah manusia yang bersih dan yang kotor. Semua asal ditelan dan dihisap tanpa berpikir panjang. Itulah kerakusan seekor nyamuk. Salah satu sifat manusia juga.

Indonesia kini sedang dalam keadaan bergejolak. Ia diibaratkan sebuah gunung merapi, yang sedang aktif mengelola lahar di dapur magma sambil meletup-meletupkan semburat abu vulkanik yang mengancam nyawa yang bernapas. Indonesia sedang dilanda konflik lahir dan bathin saat ini.

Konflik duniawi yang luar biasa merambat bagaikan semut yang terjebak di dalam sarang laba-laba, ia merambat kedalam segala aspek kehidupan manusia mulai dari aspek budaya yang kini samakin deras terjangan ombak globalisasinya sehingga menyebabkan budaya kita seolah-olah sudah terkikis karena erosi.

Bidang sosial yang mana kini manusianya sudah menonjolkan watak-watak manusia purba zaman dahulu di mana manusia satu dengan yang lainnya sudah tak kenal satu sama lain. Mereka sibuk dengan aktivitas hariannya masing-masing, dan tak jarang di antara mereka saling menikam satu sama lain, bahkan tanpa mengenal ikatan darah sekalipun.

Dalam bidang politik, yang saat ini sedang panas membara bagaikan bara api bumerang yang sangat panas, yang mana bidang politik indonesia saat ini sudah seperti hukum rimba, siapa yang lemah maka bersiaplah menjadi santapan sang singa yang jauh lebih hebat dan perkasa dari yang lainnya.

Politik, ya politik. Ketika kata persaudaraan sudah tak berlaku lagi. Darah yang sama pun bahkan harus saling menerkam satu sama lain untuk mendapatkan singgasana mewah yang diinginkan. Yang sebenarnya hanya rayuan duniawi semata. Masyarakat kita sudah semakin dewasa, namun kedewasaan tersebut terus diiringi dengan sikap manusia yang edan.

Mereka mengaku bertuhan, memakai atribut agama mereka masing-masing, namun sayang, itu semua hanya sebatas atribut semata, sedangkan isi hati mereka masing-masing tak berjalan linear dengan kenyataanya. Dunia semakin maju katanya, begitu juga kemajuan kelicikannya. Topeng mereka semakin modern, dan semakin sulit untuk dideteksi oleh mesin apapun. Itulah manusia zaman sekarang, agama hanya dianggap patamorgana semata.

Hanya sekadar memiliki, menjalankan apa yang diperintahkan, namun tak sepenuh hati mengimplementasikan apa yang diajarkan oleh ajaran agama mereka masing-masing. Mereka memiliki tuhan, namun tuhan mereka kelabui, mereka sudah merasa pintar, hingga tuhan pun mereka rasa bisa ditipu dengan akal muslihat mereka. Politik kita begitu kejam. Politik bahkan telah mengubah sikap manusia yang bertuhan bersikap seolah-olah tak bertuhan.

Mereka bertindak seolah-olah tak ada tuhan yang maha kuasa yang megawasinya. Mereka pikir tuhan itu tidur. Padalah mereka salah. Tuhan bahkan mampu menghitung berapa jumlah nafas yang telah kita hirup dalam waktu sehari semalam.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menjalankan peran kita masing-masing sebagai hamba tuhan yang maha kuasa. Kita memainkan peran kita masing-masing diatas panggung  luas yang sudah disiapkan oleh sang pencipta. Kita semua telah diberikan kitab suci masing-masing yang kita yakini akan menjadi jalan kita menuju cahaya yang diridainya. Agama sudah ibarat kulit yang sudah melekat erat dalam tubuh kita. Sejak lahir kita bahkan sudah mengenakannya.

Meskipun ada sebagian di antara kita yang terlahir dengan pakaian yang berbeda kemudian ketika sudah mulai mengenal jalan timur dan barat, mengganti kulit dengan yang sesuai dengan keyakinan kita masing-masing. Yang jelas, agama sudah mendarah daging dalam jiwa dan raga kita masing-masing.

Agama yang kita yakini masing-masing telah mengajarkan segala macam hal, mulai dari hal yang terkecil yang tak kasat mata, hingga hal yang paling besar yang tak mampu kita lihat karena terlalu besar untuk ukuran mata manusia. Sehingga secara logika, ketika manusia telah memeluk erat agamanya masing-masing, maka ia dipastikan tidak akan pernah menyimpang dari rel yang sudah ada.

Ketika kita berbicara mengenai agama, maka eksistensi tuhan tidak akan pernah lepas darinya. Karena jalan pikirnya adalah bahwa agama itu berasal dari yang maha kuasa. Ia diberikan oleh sang maha kuasa sebagai identitas diri manusia dan sebagai pedoman hidup masing-masing selama ia hidup di dunia ini. Tuhan telah memberikan larangan dan perintah yang telah dituangkannya dalam kitab suci yang kini sedang kita pegang.

Tuhan sudah dengan sangat gamblang memberikan perintah dan larangannya, sehingga tak ada satu pun perintah dan larangannya yang multitafsir, kecuali manusia itu sendirilah yang terlalu meliarkan pikirannya sehingga muncul berbagai macam tafsiran mengenai perintah dan larangan tuhan. Pikiran manusia itu memang liar.

Agama. Ternyata tak semua manusia menyakininya. Ada kawasan manusia terentu yang mengenalnya namun tak ingin memiliki atau memeluknya. Bagi mereka agama hanya melemahkan manusia. Tuhan itu tidak ada. Sesungguhnya hanya hati yang menyebabkan manusia bisa tetap eksis. Manusia tetap bisa menjadi manusia, meskipun tanpa ada agama.

Bagi mereka, manusia itu terlahir bebas, dan agama hanyalah perenggut dari kebebasan itu sendiri. Bagi orang yang beragama, mereka disebut orang yang tak beradab. Mereka adalah orang yang tak bertuhan. Mereka adalah orang yang tak akan selamat hidup di dunia.

Namun apakah benar kenyataanya? Benarkah orang yang tak bertuhan tersebut sebagai dalang kerusakan di dunia ini? Benarkah mereka dalang dari keributan, kelicikan, kehancuran, dan kekejaman di dunia ini? Tunggu ... jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Justru merekalah orang pertama yang membantu orang yang menganggap dirinya beragama untuk bangkit dari keterpurukan.

Justru merekalah orang yang pertama kali menegur orang yang beragama untuk kembali ke rel yang benar. Merekalah orang pertama yang mengajarkan yang beragama mengani konsep keikhlasan. Mereka justru bersikap seolah-olah memiliki tuhan. Sedangkan yang menganggap dirinya bertuhan di mana? Daftar manusia terkorup di dunia ini justru diramaikan oleh mereka yang menganggap dirinya bertuhan.

Mereka merasa telah menjalankan segala perintah tuhannya, namun secara berbarengan pula menjalankan segala larangannya. Manusia yang beragama seolah-olah bersikap naif dan munafik. Mereka akhirnya hanya menjadi manusia pencemar agama dan tuhannya sendiri. Namun mereka tak pernah merasa bersalah, justru mereka tetap mampu tersenyum, dan lebih paranhnya lagi mulai membenarkan segala macam tindakan yang pernah mereka lakukan.

Mereka berindak seolah-olah tak ada tuhan yang mengawasi kehidupan mereka. Mereka seolah-olah lupa memiliki tuhan. Selamat datang di dunia amnesia di mana manusia yang beragama sudah tak tahu mengenai konsep agama yang mereka anut. Namun yang paling parahnya lagi adalah, mereka masih berani dan sempat untuk memberikan khotbah mengenai kejelakan manusia yang tak bertuhan.

Meskipun dosa tetap mereka jalankan, mereka tetap tak malu mengklaim diri mereka untuk tetap akan masuk surga, sedangkan yang tak bertuhan akan masuk neraka. Sifat mereka terkadang tak seperti manusia. Mereka terlalu sibuk mencari retak di kaca kehidupan orang lain, sedangkan dalam kaca kehidupannya sendiri masih banyak retak yang tak ia lihat sehingga belum ia tutupi. Mereka memang aneh. Inilah dunia masa kini.

Kawan, sudahkah kita melihat diri kita sendiri terlebih dahulu di cermin kehidupan kita masing-masing? Tidak lupakah kita bahwa kita sendiri masing-masing memiliki ratusan celah dosa yang masih berlubang belum mampu kita tambali? Mungkin sudah saatnya kita sebagai orang yang beragama, orang yang memegang kitab suci yang sangat sakral mulai berbenah diri.

Kita merasa memiliki agama, namun apakah aksi dan tindakan kita selama hidup ini sudah sesuai dengan perintah agama kita masing-masing? Kita terlalu lama dan banyak menghabiskan waktu kita sendiri untuk menghujat dan menceramahi orang-orang yang tak beragama. Padahal in the fact, mereka terkadang memiliki attitude dan sikap yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kita yang merasa memiliki tuhan.

Tidakkah kita malu dengan mereka? Mereka merasa tak memiliki tuhan, namun mereka bertindak seolah-olah ada tuhan yang senantiasa mengawasi pergerakan langkah mereka walau sejengkal dan sedetik. Sedangkan kita sendiri yang merasa memiliki tuhan, terkadang bertindak seolah-olah tuhan itu tak ada, dan buta untuk melihat segala macam gerak-gerik dusta yang telah kita perbuat.

Seharusnya kita malu kepada mereka.


@restu alpiansah


Tidak Paham Jakarta, Pantaskan Anies Menjadi Gubernur DKI Jakarta?


DUNIA HAWA - Curah hujan yang tinggi  terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, salah satunya di Jakarta. Tak pelak lagi, ada beberapa titik  di Jakarta yang terkena banjir , sementara ada beberapa yang tergenang.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, banjir di Jakarta yang beberapa tahun lalu menjadi langganan dan momok warga, sudah jauh berkurang sejak sejumlah program untuk mengurangi banjir di lakukan Joko Widodo (Jokowi) sewaktu menjabat Gubnernur DKI Jakarta bersama  wakilnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Kemudian dilanjutkan oleh Ahok setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden RI ke-7.

Bahkan pada tahun 2015 titik banjir yang semula ada 486 lokasi, kemudian turun drastis pada Januari-Juni 2016 menjadi 185 lokasi dan Juli 2016 menjadi hanya 80 lokasi. Penurunan jumlah titik banjir, menurut  Soni Sumarsono (Plt Gubernur DKI Jakarta)  disebabkan karena berbagai program unggulan penanggulangan banjir yang telah terealisasi dan membuahkan hasil. Mulai dari pembangunan waduk, pembersihan got dan saluran air, normalisasi sungai dan waduk dan lain-lain.

Tetapi agaknya banjir yang melanda beberapa titik di Jakarta dalam minggu ini, dijadikan bahan olok-olok dan sindiran dari calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta , Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

“Kirain sudah bebas banjir,” kata Anies disambut gelak tawa pendukungnya di kantor DPP Gerindra, Jakarta Selatan, Kamis (16/2/2017).

“Genangan,” timpal Sandiaga yang berdiri di samping Anies.

“Oh genangan,” kata Anies lagi. 

Bahkan Anies sepertinya segaja melempar olok-olok tersebut menjadi tudingan bahwa Ahok telah berbohong soal banjir di Jakarta. “Anda bisa cek apa yang diungkapkan Pak Basuki pada debat pertama di NET TV. Pada saat itu saya sampaikan, jadi ada banjir dari hulu. Beliau menyampaikan banjir dari hulu sudah enggak masalah lagi,” ujar Anies. Menurut  Mendikbud yang tidak genap bertugas selama 2 tahun tersebut,  air kiriman dari hulu saat ini masih meresahkan bagi warga Jakarta. Ia juga menambahkan bahwa banjir masih menjadi masalah. Seakan-akan hulu bukan masalah, padahal masih menjadi masalah. Menurut saya, secara tidak langsung, Anies mengatakan bahwa Ahok telah berdusta soal banjir di Jakarta dan menjadikan bahan olok-oloknya.

Banjir menjadi amunisi kampanye Anies


Tidak hanya Jakarta dilanda banjir. Bahkan sejumlah di daerah di Indonesia juga di landa banjir. Hal itu juga sudah lama diprediksikan oleh BMKG bahwa  pada periode November 2016 sampai Februari 2017 bakal menjadi puncak musim hujan. Untuk kawasan  Jabodetabek,  BMKG  sudah menyampaikan  sinyal merah terjadinya bencana terutama di bantaran kali, seperti Kali Angke, Ciliwung, dan Pesanggrahan.

Jabodetabek  sendiri diperkirakan belum mampu mengatasi banjir karena sarana dan prasarananya tidak memadai, selain faktor kali meluap, banjir bakal terjadi di bagian utara karena adanya pasang air laut.

Berdasarkan perkiraan dari BMKG tersebut,  menurut saya, meskipun gubernur DKI Jakarta itu Anies Baswedan atau siapapun, potensi  terjadinya banjir  tidak bisa dihindari  dan ini terbukti sudah banjir masih terjadi di Jakarta dan sekitarnya.

Soal banjir ini, rupanya Anies  jeli memanfaatkan situasi banjir menjadi salah satu cara untuk menarik simpati warga.  Dalam hujan deras dan tanpa payung, ia mendatangi lokasi banjir  setinggi 1 meter  di kawasan Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur, Senin (20/2/2017).  Anies juga masuk ke dalam gang pemukiman warga. Ia juga mencari tahu soal banjir dengan bertanya kepada warga setempat. Dari pernyataan warga, Anies melontarkan pernyataan soal berhentinya normalisasi sungai sejak tahun 2014.

Bahkan  ia menyoroti proyek normalisasi Kali Krukut penyebab banjir yang berhenti (mandek) selama hampir 3 tahun. “Normalisasinya itu berhenti mulai tahun 2014, makanya harus dicek kenapa normalisasinya itu berhenti mulai tahun 2014, ada masalah apa bisa berhenti. Karena kalau itu berjalan harusnya bisa selesai dengan baik,” ujar Anies.

Menurut pendapat saya, pernyataan Anies Baswedan itu sangat mengelikan dan terkesan membodohi warga hanya demi untuk mencari simpati warga yang pada akhirnya diharapkan akan memilihnya  pada Pilkada putaran kedua nanti.

Kenapa?

Saya nyakin betul seorang Anies Baswedan pasti sudah membaca data dan tahu betul soal penyebab belum tuntasnya  normalisasi sungai di Jakarta. Ia pasti sudah tahu kalau proyek normalisasi  Kali Krukut  di Jakarta tersendat karena persoalan pembebasan lahan. Soni Sumarsono sendiri waktu menjabat Plt gubernur DKI pernah menyebutkan bahwa  normalisasi Kali Krukut  diharapkan selesai sampai tahun 2017. Sampai 2016 sudah dilakukan  pembebasan 117 bidang dan masih 69 bidang yang harus diselesaikan Pemprov DKI Jakarta.  Kesulitan utama proyek normalisasi Kali Krukut  karena harga yang tidak cocok, letaknya yang terlalu sulit, juga anggaran  tidak ada di tahun 2016.

Kalau Anies seorang yang elegan, jujur dan bersaing merebut kursi DKI 1  secara fair  mestinya ia akan menjawab keluhan warga soal banjir dengan mengatakan kalau proses normalisasi sungai  belum tuntas  sehingga wajar kalau masih ada yang terkena banjir. Ia juga mestinya menghimbau  kepada warga untuk mau bekerjasama mempermudah proses pembebasan lahan sehingga normalisasi sungai bisa berjalan lancar dan cepat.

Tetapi ketika Anies merespon keluhan warga yang terkena banjir dengan melempar pertanyaan seperti diatas, maka  patut dipertanyakan bahwa Anies itu sejatinya  tidak paham permasalahan Jakarta dan tidak mau tahu permasalahan Jakarta.  Pertanyaan saya berikutnya, pantaskah  orang yang tidak paham masalah Jakarta akan memimpin Jakarta??

@suci


Ketahui Faktor Penyebab Kecacatan Pada Janin


DUNIA HAWA - Kehamilan tentu menjadi sebuah momen yang menggemberikan bagi setiap pasangan suami istri yang mendambakan segera memiliki keturunan. Apalagi jika kehamilan ini merupakan hal yang telah diimpi-impikan pasangan suami istri sejak lama. Mendapati sang istri mengandung, tentunya menjadi sebuah kebahagian yang tak terhingga dalam keluarga. Betapa tidak, tidak lama lagi ibu dan suami akan segera mendengar tangis dan canda tawa sang buah hati yang telah dinanti-nanti.

Kehamilan adalah moment yang membahagiakan sekaligus mendebarkan, untuk itu ibu perlu menjaga dan memperhatikan segala sesuatunya agar ibu dan si janin dalam kandungan senantiasa sehat terjaga. Semua orang tentu menginginkan bayi yang mereka nantikan dapat lahir ke dunia dengan normal dan sempurna tanpa memiliki kecacatan sedikitpun. Untuk itu, menjaga dan memperhatikan kondisi kesahatan ibu dan janin selama kehamilan menjadi poin penting yang harus selalu ibu lakukan.

Lantas, apa sajakah faktor yang membuat kecacatan jadi bisa terjadi? Kita simak berikut ini.


1. Faktor Perokok Aktif Ataupun Pasif


Semua orang mungkin sudah mengetahui bahwa rokok mengandung nikotin yang berbahaya utnuk ibu maupun janin yang ada dalam kandungannya. Bukan hanya perokok aktif yang beresiko mengalami kecacatan pada janin yang dikandungnya, perokok pasif pun demikian. Zat kimia yang bersifat toxic pada rokok akan membuat anak memiliki resiko yang negatif seperti IQ yang rendah dan berperilaku tidak baik. Untuk itulah, ketika hamil, sebaiknya usahakan agar anda berada jauh dari sumber asap rokok untuk menghindari kecacatan janin yang ada dalam kandungan.

2. Faktor Konsumsi Junk Food yang Berlebihan


Saat ini konsumsi terhadap makanan siap saji seolah telah menjadi gaya hidup yang hampir sulit dipisahkan dari masyarakat. Hidangan junk food yang begitu menggoda membuat siapa saja tergiur untuk mencicipinya. Namun tahukah anda, sekali anda mencoba biasanya anda akan ketagihan untuk kembali melahapnya lagi. Hal ini disebabkan karena junk food mengandung zat aditif yang membuat anda ketagihan. Terlalu sering mengkonsumsi junk food akan berimbas buruk untuk kehamilan sebab akan memberikan dampak buruk terhadap perkembangan otak janin. Janin akan beresiko memiliki IQ yang lebih rendah serta menjadi hiperaktif.

3. Faktor Terlalu Banyak Kafein


Banyak orang yang meyakini konsumsi kafein akan membuat anda merasa lebih bersemangat terutama ketika anda merasakan lemas dan kantuk saat malam hari. Kafein akan membantu anda terjaga dimalam hari. Hanya saja konsumsi kafein yang terlalu berlebihan akan berbahaya untuk kesehatan, termasuk kesehatan janin yang ada dalam kandungan. Adapun dampak yang akan diterima si janin ketika ia lahir kedunia dan tumbuh menjadi anak-anak maka mereka akan kesulitan menerima pelajaran dari sekolah, menjadi hiperaktif serta memiliki IQ yang lebih rendah.

4. Faktor Terlalu Banyak Konsumsi Alkohol


Mengkonsumsi alkohol dan minuman keras lainnya seolah telah menjadi gaya hidup baru bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Hanya saja, jika dikonsumsi oleh ibu hamil hal ni akan dapat menyebabkan cacat lahir pada janin. Seorang wanita yang sering mengkonsumsi alkohol ketika hamil akan memiliki resiko bayi mengalami kerusakan otak. Bukan hanya itu, perkembangan janin dalam kandunganpun menjadi terganggu.

Pada intinya, faktor penyebab terbesar terhadap kecacatan janin dalam kandungan dipengaruhi oleh gaya hidup yang buruk dan tidak beraturan. Untuk itu, ubah gaya hidup anda dan mulai jalankan pola hidup sehat agar janin beserta ibu hamil akan terjaga kesehatannya.

@bidanku